Bukan hanya di ponsel Raina muncul notifikasi tersebut, handphone Bayu juga.Ting! Ting!Ponsel Bayu lebih ramai berdenting. Selain notifikasi pesan internet, asisten dan manajernya juga mengirimkannya pesan singkat, bahkan hingga menelepon dirinya.Mereka berusaha menghubungi Bayu untuk meminta klarifikasi tentang pesan internet tersebut.Namun dia tidak berniat menjawab panggilan, atau membuka pesan sama sekali. Bayu mendapat masalah gara-gara Raina, Raina bukan lagi hanya sekedar ketakutan dimarahi Bayu atau semacamnya, lebih daripada itu, selanjutnya dia justru merasa perlu bertanggung jawab.“Biar aku saja yang angkat, aku akan jelaskan semuanya!” ucap Raina tiba-tiba, sembari meraih ponsel Bayu yang sedang berdering di atas meja.Bayu menahannya. “Tidak ada yang perlu dijelaskan.”“Tapi mereka akan menyalahkanmu, dan karirmu akan hancur!”“Biarkan saja.”“Mana bisa seperti itu ….”Raina dan Bayu berdebat dengan suara yang sebenarnya tidak begitu nyaring, hanya saja tetap menari
“Ehem!”Bayu berdehem, menyadarkan Raina dari lamunan.Ternyata Bayu hanya ingin memberitahunya tentang steak yang telah tersaji kembali. Pria itu melirik ke arah steak.“Oh.”Raina yang mengerti maksud Bayu, lekas memulai menyantap makanan tersebut.Meskipun agak kaku karena kepergok Bayu saat sedang memperhatikan pria itu, Raina segera tersadar penuh saat akan memotong steak.Dia melakukannya dengan sangat berhati-hati kali ini. Trauma steak meloncat benar-benar menghantuinya.Namun selang sejenak alam sadar Raina perlahan memudar. Otaknya mendesak agar dia berpikir, sehingga kembali melamun.Dia terngiang kembali semua memori selama bersama Bayu, terutama tentang kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan Bayu terhadapnya.Seperti menghiburnya di kala dia sedang terpuruk sewaktu hampir kehilangan sekolah, Bayu juga hadir bak pahlawan menyelamatkan karirnya sebagai guru, menyelamatkan harga dirinya dari Pak Budi, dan sekarang membelanya di depan Maya. Raina diam-diam terlena, dan ters
Pembicaraan masih berlanjut, Bayu merinci ucapannya usai memutar posisi duduk menghadap Raina.“Aku mendadak merasa sangat disayangkan, kita sudah menandatangani pernikahan kontrak selama satu tahun, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik—”Bayu tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Sedangkan Raina telah bertambah bingung mencerna kalimat Bayu.“Maksudmu?” selidik Raina.“Iya, sangat disayangkan. Aku sudah berkorban banyak, tapi hanya mendapatkan sedikit keuntungan darimu.”Sampai di sini pikiran Raina sudah pasti berkelana, berpikir yang tidak-tidak.Yang kemudian juga membuatnya ketakutan.Raina tampak reflek menggeser posisi duduknya menjauh dari Bayu, sembari memeluk tubuh, bersikap melindungi diri.Sementara Bayu tiba-tiba menariknya, menjatuhkannya berbaring pada sofa.Raina bertambah syok.Terutama ketika Bayu mengimbangi dirinya yang sedang berbaring, dan mendekatkan wajah secara perlahan.“Kau mau apa?” teliti Raina dengan wajah tegang.Berada pada posisi yang terancam, Rain
“Aku tidak mau!” tolak Raina dengan tegas.“Di surat kontrak jelas tertulis, kita tidur di kamar yang berbeda. Kamu mana boleh seenaknya saja!” protes perempuan itu.“Aku berubah pikiran sekarang,” tanggap Bayu.“Mana bisa begitu, bagaimanapun sudah ditandatangani. Hitam di atas putih lebih sah dibanding sebuah ucapan!” ngotot Raina.“Hitam di atas putih lebih sah, ya?”Bayu tampak mengeluarkan sehelai kertas dari saku jasnya, yang ternyata adalah berkas berisi peraturan pernikahan kontrak yang pernah mereka tandatangani.Awalnya Raina berpikir, Bayu ingin mengubah isi berkas tersebut, dan berjanji pada dirinya tidak akan pernah menandatanganinya.Namun tak diduga, Bayu justru merobek kertas tersebut.Srag!Mata Raina pun membesar perlahan menyaksikan apa yang dilakukan Bayu.“Apa-apaan, kenapa kamu merobeknya?”“Dengan begini sudah tidak ada yang lebih sah, kan? Yang sah hanya perkataanku,” sahut Bayu memasang wajah sinis.“Ouch!” Raina merespon dengan berdesis geram, sembari menatap
Beberapa detik larut dalam lamunan, sembari mengagumi ketampanan Bayu, Raina tersadar kembali.Dia tiba-tiba teringat dengan peringatan Bayu di restoran steak tadi.Dimana Bayu meminta dirinya agar menjaga hati baik-baik, supaya tidak jatuh cinta padanya.“Yang benar saja, mana mungkin aku jatuh cinta. Aku pasti hanya sekedar mengagumi dia, kan? Iya, hanya kagum!” sangkal Raina membatin.Raina juga sontak membentengi diri untuk tidak lagi terlena lebih dalam dengan ketampanan Bayu. Selanjutnya dia tak lagi memperhatikan wajah Bayu.Namun tetap saja, dia masih memikirkan tentang Bayu. Tepatnya mengenai perubahan sikap Bayu yang terkesan tiba-tiba itu.Tiba-tiba memperlakukan dia layaknya seorang istri sungguhan.Sungguh terlalu aneh bagi Raina.“Bukannya dia menikahiku hanya untuk menyelamat karirnya waktu itu?” kenang Raina.Tapi sekarang, Bayu bahkan mengabaikan karirnya yang terancam hancur.Lalu apa yang sebenarnya diinginkan Bayu dengan pernikahan mereka?Semakin dipikir, otak R
Raina melangkah dengan gembira, senyuman terus mengembang di wajah. Dia benar-benar bahagia berhasil kabur dari Bayu.Saking bahagianya, sembari jalan jingkrak-jingkrak, dia bahkan melantunkan melodi.“Nanananana—”“Apa begitu senang diantar olehku?”Lantunannya seketika terhenti, dipotong oleh suara Bayu. Tepatnya Raina sangat terkejut menemukan Bayu di luar pekarangan.“Loh, kamu?” sebutnya terheran-heran.Suasana menghening kala sejenak, keduanya saling tatap dengan ekspresi yang berbeda.Satunya tampak senyum, sementara satunya lagi memperlihatkan ekspresi tegang.Kemudian Bayu yang kembali bersuara, “Ayo pergi sekarang! Kita masih harus nyari sarapan.”Bayu juga menggandeng tangan Raina, tetapi Raina mengibaskan tangannya menolak digandeng.“Aku sudah bilang tidak perlu diantar! Aku bisa pergi sendiri!” tolak Raina kesekian kali.Usai berkata, Raina langsung melenggang pergi.Bayu tentu menyusulnya, dengan cepat telah mengimbangi langkahnya.Berada di samping Raina, Bayu bahkan
“Cie, Bu guru Raina diam-diam ternyata punya ayang.”“Iya nih, mana ganteng banget lagi!”“Ganteng sama cantik, cocok sih.”“Owh! Kalian sweet banget sih!”Sontak para guru menggoda Raina, membuatnya semakin merasa malu.“Apaan, kalian salah paham!”Dia buru-buru berusaha melepaskan tangan Bayu dari pinggangnya, tapi tidak bisa.“Salah paham gimana, Bu guru Raina? Tidak perlu malu sama kita-kita.”“Tapi beneran, kalian salah paham. Aku sama Bayu hanya ….”“Benar kata Raina, kami bukan hanya pacaran tapi sudah menikah!” timpal Bayu tiba-tiba.Betapa terkesiap Raina, dia mau menutupi mulut Bayu pun sudah sangat terlambat.“Oh iya?”“Astaga, jadi Bu guru Raina sudah menikah? Aku kira masih gadis!”Sementara suasana pun telah bertambah heboh.“Duh, romantis banget nggak sih suami Bu guru Raina, udah ganteng, baik lagi. Mau aja nganterin sampe ke sekolah begini.”Beberapa guru lainnya tampak memperlihatkan ekspresi mengagumi sosok Bayu.Suasana semakin ramai, Raina tentu tidak bisa tinggal
“Sebentar, maksudmu kamu mengoles timun di bibir artinya sedang mencuci mulutmu dengan timun?”Andre mengangguk polos.Raina dan Bayu yang merasa terhibur dengan kelakuan Andre tak mampu menahan tawa.Setelahnya Raina baru menjelaskan kebenaran tentang kalimat cuci mulut dengan timun yang dikatakan ibunya Andre secara perlahan.“Maksud mama kamu cuci mulut dengan timun itu bukan cuci mulut sungguhan, Dre. Tapi timunnya dimakan.”“Tapi kata mama mulutnya dicuci pake timun,” ngotot bocah tersebut.“Iya, tapi ga gitu konsepnya.”Menjelaskan sesuatu hal pada anak-anak bukan hal yang mudah, Raina pun agak bingung bagaimana memberi pemahaman pada Andre.“Gini, Andre pernah ga liat orang cuci mulut dengan timun?”Setelah merenung sejenak lelaki kecil itu menggeleng.“Terus timun buat apa?”“Buat makan.”“Dilalap,” tambahnya.“Nah, benar! Dilalap! Maksudnya cuci mulut itu dilalap, bukan cuci mulut beneran.”“Oh, aku paham sekarang! Cuci mulutnya di dalam ya, Bu Nana? Biar mulut jadi bersih!” u
Bayu tak mendapati dandanan Raina yang mirip badut pancoran seperti yang dikatakannya, tetapi perempuan itu sangat cantik—bikin pangling.Bayu menatap Raina penuh arti, membuat Raina salah tingkah.“Kamu kenapa sih ngeliatin aku begitu, beneran kayak badut pancoran ya?” selidik Raina.Namun pertanyaannya belum sempat dijawab oleh Bayu, Raina sudah kembali bersuara—“Bay, Bay, ada orang di depan,” ucapnya panik. Saking pangling dengan kecantikan Raina, Bayu lupa sedang menyetir, sehingga tak sadar kendaraannya telah keluar jalur, nyaris menabrak pengendara dari arah berlawanan.Bahkan dia tak mendengar suara klakson yang berkumandang nyaring, perlu Raina yang mengingatkannya.Usai diperingatkan Raina, Bayu pun segera menginjak rem yang diiringi teriakan Raina.Raina berteriak panik karena posisi mobil mereka dengan kendaraan roda dua di depan sudah terlalu dekat, tabrakan nyaris tak terhindari.Namun ia tak mendengar suara benturan setelah kendaraan mereka benar-benar berhenti sempurn
Raina pun tiba-tiba teringat kejadian kemarin, tentang pertemuannya dengan Bayu di Corporindoo, Bayu berada di ruangan pribadi direktur utama ….Kemudian juga tentang bagaimana para karyawan di sana dalam memperlakukan Bayu, orang-orang itu sangat menghormati Bayu.Raina pun semakin antusias dengan pernyataan Bayu bahwa dirinya merupakan pemilik Corporindoo.“Tapi masa sih, dia CEO Corporindoo?” ragunya. “Kayaknya ga mungkin, keturunan sultan pemilik Corporindoo mau tinggal di rumah gubukku selama ini.”Pada waktu bersamaan dimana Raina kembali dirundung keraguan, Bayu bersuara menyadarkannya dari lamunan.“Ayo turun!” seru pria itu.Raina menyudahi perenungannya, manut pada ajakan Bayu untuk segera turun dari mobil.Sebab dia tak ingin membuang-buang waktu supaya tidak terlambat masuk kantor.Pasangan itu kemudian memasuki mall, langkah mereka langsung tertuju ke sebuah toko kosmetik brand ternama. “Silakan, boleh … mau nyari apa, Mbak?” sambut hangat seorang SPG.Raina tampak kago
Masalahnya Anna bahkan telah melihat sosok Bayu— dia mengintip ke arah mobil Bayu setelah klakson kencang yang dibunyikan Bayu.“Itu siapa, Rain? Pacar kamu ya?” goda perempuan itu seketika.“Apaan, bukanlah!” lurus Raina segera.“Ah, masa? Pacar kamu kali? Ngaku aja!” cecar Anna tak percaya.Perempuan itu bahkan menggoda Raina lebih lagi—“Oh, aku tau, jadi kamu sibuk karena mau kencan sama pacar kamu, kan? Cie, Raina!”“Ish, apaan sih … udah dibilangin dia bukan pacarku! Mana ada kencan-kencan.”“Terus siapa dong?”“Bukan siapa-siapa! Iya udah ya, aku balik dulu, bye!” pamit Raina buru-buru, tepatnya menghindari Anna.Dia bahkan menghindari Bayu, supaya Anna tidak semakin salah paham.Raina melewati mobil Bayu begitu saja, seakan mereka tak saling mengenal.“Hei, apa maksudmu?” pekik Bayu yang sudah pasti mendapat kejutan atas sikapnya.Raina mengabaikan panggilan Bayu, terus melangkah dengan cepat.Tak peduli bagaimana ia harus menghadapi Bayu nantinya, yang terpenting Anna tidak m
Selain dengkuran yang berhenti, Bayu juga tampak mengubah posisi. Dari terlentang menjadi menyamping— menghadap ke arah pintu pula.Namun matanya tetap terpejam rapat.Bayu pun tidak bersuara, tidak menegur Raina yang mencoba melarikan diri.Raina menyimpulkan Bayu masih terjaga, ia menghela napas lega.Kemudian segera melanjutkan niatnya, membuka lebar pintu secara perlahan, dan keluar secepat mungkin dari kamar tersebut sebelum Bayu benar-benar memergokinya.Dia berhasil melarikan diri dari Bayu.Namun Raina baru benar-benar merasa tenang setelah cukup lama Bayu tak menyusulnya di kamar sebelah.“Kayaknya dia memang ga tau aku keluar, dia benar-benar manusia yang unik,” cengir Raina.Antara lega tapi juga keheranan. Merasa lucu sekaligus kagum, bisa-bisanya Bayu begitu mudah terlelap.Sangat berbeda jauh dengannya yang membutuhkan waktu cukup lama untuk tertidur,— terlalu banyak yang terpikirkan.Selang sejenak pikiran Raina pun telah berseliweran, isi otaknya sangat penuh.Dari men
Rombongan nenek tak lagi terlihat jejaknya, Raina masih terbengong di tempatnya berdiri sejak awal, dengan wajah yang terasa hangat akibat ucapan Nyonya besar Edgardo yang meminta cucu.Gadis polos itu merasa sangat malu mendengar kalimat yang dirasa tabu baginya.Lagipula balik lagi pada— hubungannya dengan Bayu— hanya sebuah hubungan semu yang memiliki batas waktu, tidak mungkin mencetak cucu untuk keluarga Edgardo.“Kamu ngapain masih di situ!” tegur Bayu tiba-tiba. Pria itu sudah masuk ke dalam rumah sebelumnya, dia keluar lagi saat menyadari Raina masih berada di luar.Raina sontak menoleh ke arah asal suara, dan mendapatkan Bayu sedang berdiri tegak di ambang pintu.Dia keheranan melihat Bayu yang begitu santai.Raina lalu menghampiri Bayu dengan segera, dan menyampaikan rasa penasarannya tentang sikap pria itu.“Kamu masih bisa tenang setelah nenekmu ngomong kayak tadi?” “Emangnya nenek ngomong apa?”Raina menghela tak percaya bahwa Bayu tak mungkin tidak mendengar ucapan nen
Deg!Mata Raina perlahan melebar sempurna, wajah pun menjadi pucat, merasakan hangatnya sentuhan sang nenek seakan membakar menembus kulit tangannya yang dingin menusuk tulang.Sementara dia belum menyerah, berusaha menarik tangannya untuk membatalkan pemberian hadiah pada sang nenek.Hanya saja usahanya tak membuahkan hasil, sebab juga tidak berani terlalu bertenaga, takut menyinggung perasaan Nyonya besar Edgardo.Gagal dengan usahanya, Raina melirik Bayu—mencari bantuan.Namun Bayu pun tak terlihat ingin membantunya kali ini. Pria di hadapannya itu hanya membalas menatapnya dengan tatapan penuh arti dalam geming.Atau mungkin Bayu juga tidak dapat berbuat banyak karena kesalahan yang dia lakukan terlalu besar?Entahlah, Raina mulai gelisah, dan ketakutan. Semakin yakin dirinya sedang dalam masalah besar!Terutama sang nenek tiba-tiba merebut gantungan kunci dari tangannya.“Tamatlah riwayatku!” batin Raina memalingkan wajah.Dia tak memiliki keberanian untuk beradu tatap dengan Ny
Jangankan Raina, Bayu pun terlonjak kaget mendengar pekik nenek yang kencang itu.Sebab keberadaan nenek benar-benar tak diketahui oleh mereka.Raina merasakan jantungnya berdebar-debar, ternyata apa yang dikatakan Bayu benar, sang nenek sangat galak.Wajah wanita usia lanjut yang masih sangat energik itu begitu garang, menatapnya dengan tatapan mengerikan.Membuat Raina seketika menundukkan kepala.Beruntung Bayu cukup pengertian, pria itu memberinya ketenangan yang berarti.Bayu masih mendekapnya hingga detik ini, bahkan lebih erat lagi, seperti mengetahui dirinya sedang ketakutan menghadapi sang nenek.Sejenak Bayu juga membantunya melewati saat-saat menegangkan tersebut, dengan mengalihkan perhatian sang nenek.“Nenek kok tidak bilang-bilang mau kemari? Kalau begini ‘kan kami jadi tidak ada persiapan apa-apa buat menyambut Nenek.”Sambil berkata, Bayu berjalan menghampiri Nyonya Edgardo.Sungkem pada sang nenek, menciumi kening, pipi kanan dan pipi kiri sesepuh tersebut. Menggamba
Bayu mengerutkan kening, menatap serius objek di depan sana— wajahnya itu terlihat tegang.Hal ini menarik perhatian Raina yang kebetulan meliriknya.Namun ia tidak langsung menanyakan apa yang terjadi terhadap Bayu, melainkan ikut menoleh ke arah yang ditatap Bayu.Raina pun menemukan keberadaan mobil-mobil mewah itu, terparkir di sepanjang jalanan.“Ada acara apa nih, tumben banyak mobil di daerah sini,” ujar Raina.Dia malah tidak berburuk sangka seperti Bayu yang langsung menebak mobil-mobil tersebut sebenarnya berada di rumah mereka.Sebab hanya Bayu yang mengenali kendaraan-kendaraan itu.Bayu tak menanggapi ucapan Raina, terus memasang wajah serius, Raina justru mengira Bayu merasa terganggu dengan keberadaan mobil-mobil itu.“Atau parkir di dekat sini aja, kita jalan kaki ke rumah,” anjur Raina lebih lanjut. Masih menambahkan saran lain, “Nanti setelah mobil-mobil itu pergi baru majuin mobilmu.”Sementara Bayu tak terlihat mengindahkan ucapan Raina, ia melewati tempat parkir y
Bukan hanya membelikan makanan untuk pria paruh baya tersebut, Bayu juga menawarkan diri mengantarnya pulang.Rumah pak kumis ternyata cukup prihatin— anak dan ayah itu hanya tinggal di rumah kardus.Tak tanggung-tanggung, Bayu bahkan membeli satu unit rumah untuk mereka.Masih memberikan bantuan lainnya, seperti kebutuhan sehari-hari (sembako), dan terakhir mewujudkan impian pak kumis yang ingin membuka usaha jual siomay demi keberlangsungan hidup.Raina bertambah mengagumi Bayu atas sikap baiknya itu.“Terima kasih ya, kamu udah mau nolongin bapak itu,” ucap Raina ketika mereka dalam perjalanan pulang.Bayu tergelak kecil.“Kenapa kamu harus berterima kasih?”“Aku benar-benar terharu. Kamu bahkan rela menghabiskan tabungan untuk membelikan mereka rumah. Kamu pasti menghabiskan seluruh tabunganmu selama ini, kan?” tebak Raina tanpa mengharapkan jawaban.Bayu mengeluarkan banyak uang untuk membeli rumah, menurut Raina pria itu pasti menghabiskan seluruh tabungan, atau setidaknya lebih