Padahal sebenarnya, Bayu mengajak Raina menuju salon, untuk memperbaiki penampilannya.Parahnya dia tidak meladeni Raina sama sekali, membiarkan Raina terus mengomelinya sepanjang perjalanan.Setelah tiba di salon, Bayu baru menanggapi salah satu kalimat Raina.“Bukankah kamu yang seharusnya ingin mempermalukanku, pergi dengan penampilan begitu?”Raina menatap Bayu dengan tatapan membunuh.Bayu sukses mengaduk emosinya dengan luar biasa, tentu saja dia teramat geram terhadap pria itu, sampai tak mampu berkata-kata.—Singkat saja, Mbak Lisa selesai menyulap Raina menjadi seorang bidadari.Bayu sampai pangling, matanya tak berkedip melihat penampilan baru Raina yang luar biasa cantik.Raina perlu menyadarkan pria itu dari lamunannya dengan melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajahnya.Sementara lamunan Bayu membuyar, bergantian Raina yang memperlihatkan ekspresi tak nyaman.Lantaran Bayu menatapnya dengan intens, membuat Raina kurang percaya diri.“Ada yang aneh sama penampilanku,
Suasana terasa semakin mencekam, ketika pria paruh baya yang diperhatikan Bayu menoleh ke arah mereka, serta membalas tatapan Bayu.“Aku kira kamu tidak akan datang.” Dom yang mengucapkan kalimat tersebut.Kelakuan Dom membuat Raina terpelanggat, karena kemunculannya terkesan tiba-tiba.Tetapi yang lainnya tidak terlihat terkejut, hanya Raina seorang. Mungkin karena dia sedang melamun juga, memikirkan siapa pria paruh baya di depan sana, yang hingga detik ini masih berperang tatap dengan Bayu.Raina benar-benar penasaran.“Karena kamu sudah disini, ayo kita menemui big bos,” ajak Dom lebih lanjut.Tetapi mereka semua bahkan belum sempat melangkah, mengindahkan ajakan Dom, pria paruh baya tersebut telah berada di hadapan mereka saat ini.Pria itu yang menghampiri Bayu terlebih dahulu.“Terima kasih, kamu sudah memenuhi undangan papa,” ucapnya sembari menatap datar Bayu.Lagi-lagi Raina seorang yang cukup mendapat kejutan, sangat terkejut mendengar ucapan Tuan Edgardo.Rupanya pria paru
“Ma-maaf.”Dengan panik Raina buru-buru beranjak, membantu Bayu membersihkan wajahnya yang kotor.Steak mendarat tepat di tengah-tengah hidungnya.Sembari mengelap wajah Bayu dengan tisu, Raina juga berusaha membela diri, mengklarifikasi bahwa dirinya tidak sepenuhnya bersalah.“Itu tuh, sapinya mungkin masih hidup sampe loncat begitu!!” racaunya membuat Bayu menatapnya penuh arti.Raina pun menjadi salah tingkah saat menyadari tatapan Bayu, dan seketika menghentikan aktivitas mengelap wajah Bayu.Pasangan itu tampak saling tatap.Pada detik yang sama, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan melontarkan kalimat menghina Raina, yang membuyarkan lamunan keduanya.“Norak banget sih. Makan steak saja tidak tau caranya.”“Entah, benar-benar memalukan! Bisa-bisanya tuh steak terbang. Hahaha.”Beberapa orang-orang di meja tersebut lalu tertawa bersama.Ternyata ada yang menyaksikan tragedi steak yang meloncat dari piring Raina sesaat lalu. Raina merasa agak syok dan menjadi sangat malu.
Bukan hanya di ponsel Raina muncul notifikasi tersebut, handphone Bayu juga.Ting! Ting!Ponsel Bayu lebih ramai berdenting. Selain notifikasi pesan internet, asisten dan manajernya juga mengirimkannya pesan singkat, bahkan hingga menelepon dirinya.Mereka berusaha menghubungi Bayu untuk meminta klarifikasi tentang pesan internet tersebut.Namun dia tidak berniat menjawab panggilan, atau membuka pesan sama sekali. Bayu mendapat masalah gara-gara Raina, Raina bukan lagi hanya sekedar ketakutan dimarahi Bayu atau semacamnya, lebih daripada itu, selanjutnya dia justru merasa perlu bertanggung jawab.“Biar aku saja yang angkat, aku akan jelaskan semuanya!” ucap Raina tiba-tiba, sembari meraih ponsel Bayu yang sedang berdering di atas meja.Bayu menahannya. “Tidak ada yang perlu dijelaskan.”“Tapi mereka akan menyalahkanmu, dan karirmu akan hancur!”“Biarkan saja.”“Mana bisa seperti itu ….”Raina dan Bayu berdebat dengan suara yang sebenarnya tidak begitu nyaring, hanya saja tetap menari
“Ehem!”Bayu berdehem, menyadarkan Raina dari lamunan.Ternyata Bayu hanya ingin memberitahunya tentang steak yang telah tersaji kembali. Pria itu melirik ke arah steak.“Oh.”Raina yang mengerti maksud Bayu, lekas memulai menyantap makanan tersebut.Meskipun agak kaku karena kepergok Bayu saat sedang memperhatikan pria itu, Raina segera tersadar penuh saat akan memotong steak.Dia melakukannya dengan sangat berhati-hati kali ini. Trauma steak meloncat benar-benar menghantuinya.Namun selang sejenak alam sadar Raina perlahan memudar. Otaknya mendesak agar dia berpikir, sehingga kembali melamun.Dia terngiang kembali semua memori selama bersama Bayu, terutama tentang kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan Bayu terhadapnya.Seperti menghiburnya di kala dia sedang terpuruk sewaktu hampir kehilangan sekolah, Bayu juga hadir bak pahlawan menyelamatkan karirnya sebagai guru, menyelamatkan harga dirinya dari Pak Budi, dan sekarang membelanya di depan Maya. Raina diam-diam terlena, dan ters
Pembicaraan masih berlanjut, Bayu merinci ucapannya usai memutar posisi duduk menghadap Raina.“Aku mendadak merasa sangat disayangkan, kita sudah menandatangani pernikahan kontrak selama satu tahun, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik—”Bayu tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.Sedangkan Raina telah bertambah bingung mencerna kalimat Bayu.“Maksudmu?” selidik Raina.“Iya, sangat disayangkan. Aku sudah berkorban banyak, tapi hanya mendapatkan sedikit keuntungan darimu.”Sampai di sini pikiran Raina sudah pasti berkelana, berpikir yang tidak-tidak.Yang kemudian juga membuatnya ketakutan.Raina tampak reflek menggeser posisi duduknya menjauh dari Bayu, sembari memeluk tubuh, bersikap melindungi diri.Sementara Bayu tiba-tiba menariknya, menjatuhkannya berbaring pada sofa.Raina bertambah syok.Terutama ketika Bayu mengimbangi dirinya yang sedang berbaring, dan mendekatkan wajah secara perlahan.“Kau mau apa?” teliti Raina dengan wajah tegang.Berada pada posisi yang terancam, Rain
“Aku tidak mau!” tolak Raina dengan tegas.“Di surat kontrak jelas tertulis, kita tidur di kamar yang berbeda. Kamu mana boleh seenaknya saja!” protes perempuan itu.“Aku berubah pikiran sekarang,” tanggap Bayu.“Mana bisa begitu, bagaimanapun sudah ditandatangani. Hitam di atas putih lebih sah dibanding sebuah ucapan!” ngotot Raina.“Hitam di atas putih lebih sah, ya?”Bayu tampak mengeluarkan sehelai kertas dari saku jasnya, yang ternyata adalah berkas berisi peraturan pernikahan kontrak yang pernah mereka tandatangani.Awalnya Raina berpikir, Bayu ingin mengubah isi berkas tersebut, dan berjanji pada dirinya tidak akan pernah menandatanganinya.Namun tak diduga, Bayu justru merobek kertas tersebut.Srag!Mata Raina pun membesar perlahan menyaksikan apa yang dilakukan Bayu.“Apa-apaan, kenapa kamu merobeknya?”“Dengan begini sudah tidak ada yang lebih sah, kan? Yang sah hanya perkataanku,” sahut Bayu memasang wajah sinis.“Ouch!” Raina merespon dengan berdesis geram, sembari menatap
Beberapa detik larut dalam lamunan, sembari mengagumi ketampanan Bayu, Raina tersadar kembali.Dia tiba-tiba teringat dengan peringatan Bayu di restoran steak tadi.Dimana Bayu meminta dirinya agar menjaga hati baik-baik, supaya tidak jatuh cinta padanya.“Yang benar saja, mana mungkin aku jatuh cinta. Aku pasti hanya sekedar mengagumi dia, kan? Iya, hanya kagum!” sangkal Raina membatin.Raina juga sontak membentengi diri untuk tidak lagi terlena lebih dalam dengan ketampanan Bayu. Selanjutnya dia tak lagi memperhatikan wajah Bayu.Namun tetap saja, dia masih memikirkan tentang Bayu. Tepatnya mengenai perubahan sikap Bayu yang terkesan tiba-tiba itu.Tiba-tiba memperlakukan dia layaknya seorang istri sungguhan.Sungguh terlalu aneh bagi Raina.“Bukannya dia menikahiku hanya untuk menyelamat karirnya waktu itu?” kenang Raina.Tapi sekarang, Bayu bahkan mengabaikan karirnya yang terancam hancur.Lalu apa yang sebenarnya diinginkan Bayu dengan pernikahan mereka?Semakin dipikir, otak R