Akhirnya Ibu Greesel di tempatkan di tempat yang jauh lebih baik. Ibu Greesel yang berada di ruang VIP, seperti apa yang dikatakan Adrian. Tempat yang juga bisa untuk beristirahat untuk Greesel dan adiknya. "Kamu istirahatlah di sini!" ucap Adrian yang masih ada di sana. "Makasih tuan!" ucap Greesel dengan menundukkan kepala yang merasa sangat tidak enak dengan Adrian yang sudah begitu baik pada dia. "Kalau begitu! saya mengajak Vano untuk tidur dulu!" ucap Greesel. Vano menganggukkan kepala. Greesel yang langsung berjalan menghampiri Vano yang sejak tadi memang hanya duduk saja terdiam dan sementara Ibu Greesel yang masih dalam perawatan intensif yang memiliki kamar tersendiri. Yang memang ruangan itu terpisah dari kamar pasien dan tempat istirahat keluarga pasien. Adrian melihat bagaimana Greesel yang mengajak Vano untuk beristirahat dan Vano yang menurut saja dengan berbaring dan Greesel yang juga menyelimuti Vano yang memang di sediakan selimut di sana. "Kamu tidur ya! janga
Greesel yang duduk di samping Adrian dengan Greesel yang mulai makan. Lihatlah wajah Greesel yang terlihat sedikit terpaksa saat mengunyah makanan itu. Entah dia tidak selera karena Ibunya yang sakit, atau memang Greesel memang kenyang."Tuan Adrian! makasih ya, sudah peduli pada Ibu dan bahkan memberikan tempat yang nyaman untuk Ibu," ucap Greesel."Jangan terlalu percaya diri. Aku sama sekali tidak peduli. Aku hanya tidak ingin nanti di kaitkan," jawab Adrian sembari makan, dia bahkan masih sempat-sempatnya gengsi."Begitu kah!" sahut Greesel."Lalu apa yang kau pikirkan. Aku peduli?" tanya Adrian dengan alis terangkat. Greesel menggelengkan kepala.Adrian yang kembali fokus pada makanannya dan Greesel yang juga melanjutkan makannya. Greesel yang ingin mengambil botol air mineral kecil dan ternyata sangat bersamaan dengan Adrian yang membuat mereka berdua saling melihat dengan tangan yang paling menumpu di botol mineral yang sama. "Maaf tuan!" Greesel yang dengan cepat menarik tang
Adrian yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut dan pintu ruangan Adrian yang terbuka yang ternyata Gracia yang memasuki ruangan tersebut. "Sayang kamu menelpon siapa?" tanya Gracia yang memang masih melihat Adrian memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. "Greesel!" jawab Adrian dengan jujur yang apa adanya. "Oh iya. Aku juga tidak melihat Greesel di hotel. Apa dia tidak masuk hari ini?" tanya Gracia penasaran. "Ibunya masuk rumah sakit dan sekarang berada di ICU dan mana mungkin dia masuk," jawab Adrian. "Oh iya. Kapan?" tanya Gracia sedikit panik. "Tadi malam," jawab Adrian yang kembali duduk ke bangku kerjanya. "Begitukah! semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Ibunya dan semoga bisa cepat pulih," ucap Gracia. "Oh iya sayang. Kenapa tadi malam kamu menelponku dan mempertanyakan masalah Greesel dan adiknya?" tanya Gracia yang memang pembicaraan tadi malam sangat singkat dan bahkan Adrian mematikan hal-hal begitu saja. "Aku hanya ingin tahu alasan wanita itu m
Adrian yang berada di dalam mobil yang sedang menyetir menatap lurus ke depan. "Aku sebaiknya kerumah sakit saja," gumam Adrian yang tiba-tiba kepikiran. Dratttt-dratt-drattt-drattt. Tiba-tiba ponsel Adrian berdering dan melihat panggilan yang masuk dari Greesel. "Baru saja aku ingin ke rumah sakit dan dia sudah menelpon," gumam Adrian yang mengangkat panggilan telepon tersebut. "Ada apa?" jawabnya cuek. "Tuan! Kondisi Ibu belum baik-baik saja. Apa saya boleh menginap satu malam Lagi di rumah sakit?" tanya Greesel yang terdengar begitu sangat hati-hati berbicara. "Jadi jika ibu kamu tidak sembuh selama 1 bulan dan kamu akan di sana terus?" tanya Adrian dengan sindiran. Tidak ada jawaban dari Greesel. Kata-kata Adrian yang seperti itu sudah mengartikan jika Adrian tidak mengizinkan dan mungkin Greesel yang tidak tahu diri padahal dia meminta untuk menginap satu hari dan bahkan pagi sudah pulang dan sampai sore ini Greesel masih belum pulang dan bahkan menelpon Adrian untuk m
Greesel dan Adrian yang sekarang sedang menikmati makan malam yang baru saja datang. "Vano belum bangun?" tanya Adrian."Saya sudah melihat Vano dan dia memang belum bangun. Vano tadi malam begadang dan mungkin saja dia kurang tidur," jawab Greesel."Kalau begitu kamu sisahkan makanan untuk dia. Agar Vano bangun bisa langsung makan," ucap Adrian.Greesel melihat kearah Adrian, 'ternyata tuan Adrian bukan hanya memberikan perhatian kepadaku. Tetapi juga perhatian pada Vano!' batin Greesel yang terlihat kagum.Adrian menautkan kedua alisnya yang melihat Greesel malah bengong seperti itu."Greesel!" tegur Adrian yang membuat Greesel kaget."Hah! iya tuan," sahut Greesel yang tersadar dari lamunannya."Kamu kenapa melamun?" tanya Adrian dengan alis terangkat."Oh! tidak apa-apa tuan. Saya, saya hanya sedikit gugup saja," jawab Greesel dengan tersenyum tipis."Gugup! kenapa tiba-tiba kamu jadi gugup?" tanya Adrian."Oh tidak apa-apa. Iya. Saya akan menyisahkan makanan untuk Vano," jawab G
Greesel yang terlihat terdiam dengan apa yang dikatakan Adrian. "Kamu masih tidak setuju?" tanya Adrian dengan kedua alis yang terangkat. "Aku menurut saja apa yang terbaik dan mungkin keputusan yang diambil tuan sudah yang terbaik," jawab Greesel yang memang tidak akan bisa menolak. "Baguslah. Lagi pula pelayan yang aku letakkan di rumah kamu juga pelayan dari rumah dan kamu jangan khawatir tentang keamanan dan juga tentang pekerjaannya," ucap Adrian. Greesel hanya mengangguk saja. "Ya sudah. Ini sudah malam! kamu sebaiknya istirahat!" ucap Adrian. "Hmmmm, tapi saya mau pulang sebentar," ucap Greesel tiba-tiba. "Pulang! pulang kemana?" tanya Adrian heran. "Saya ingin pulang ke rumah saya. Besok Vano harus sekolah karena sudah terlalu lama libur dan juga besok ada ujian. Saya ingin menjemput seragam sekolah Vano dan Vano akan sekolah dari sini," jawab Greesel. "Ya sudah kalau begitu saya akan antar kamu," ucap Adrian. "Tapi---!" "Kamu bisa tidak kalau diperinta
Greesel dan Adrian yang semakin berciuman dengan romantis yang seakan melupakan dunia mereka dan untung saja tidak ada orang sama sekali di sana yang ada hanya mereka berdua saja. "Adrian!" ciuman berhenti dengan mereka berdua yang sama-sama terkejut dan melihat ke arah suara tersebut yang berasal dari pintu yang ternyata itu adalah Greesel. Gracia yang sangat terkejut melihat Adrian dan Greesel berciuman sampai wajah Greesel memerah. "Bu Gracia!" lirih Greesel. "Apa yang kalian lakukan!" sentak Gracia dengan emosi. Adrian dan Greesel yang langsung berdiri. "Gracia kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Adrian. "Jika aku tidak berada di sini, maka aku tidak akan tahu apa yang kamu lakukan dan kamu menepati janji kamu dan malah berduaan bersama dengan Greesel. Apa-apaan kamu Adrian!" ucap Gracia yang terlihat bertambah emosi. Greesel yang berada di dalam situasi itu terlihat semakin bingung dan justru takut. Bukan pertama kali dia melihat Adrian dan Gracia reboot. Tetapi kali ini
"Nona Greesel, kondisi adik Anda semakin memburuk. Kami harus melakukan operasi sumsum tulang belakang secepatnya." Ucapan dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD membuat gadis berpakaian kucel itu lemas seketika. Air mata jatuh membasahi pipinya yang tampak pucat. Sesaat yang lalu, adiknya mengalami kecelakaan hingga langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Masih jelas dalam benak Greesel bagaimana tubuh Vano—adiknya yang berusia 10 tahun—berlumuran darah dan tidak sadarkan diri."O-operasi, Dokter?" sahut Greesel terbata. Pikirannya langsung kalut. "Kalau memang operasi bisa menyelamatkan nyawa adik saya, maka lakukan saja, Dokter!” Namun, pria berjubah putih itu menggeleng samar. “Anda harus menyelesaikan biayanya terlebih dahulu, Nona.” “Biaya…” ujar Greesel membeku. Matanya yang berair mengerjap beberapa kali. “Be-berapa banyak biaya yang dibutuhkan, Dokter?" tanyanya harap-harap cemas. Ia tak memiliki banyak uang dalam tabungannya saat ini. "Untuk donor sendiri kam