Galaxy berjalan menuju ruang kerja
pribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca.Verdic Wiradmatja tgl sekian,
20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic.
'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.'
Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya.
Dia terus berdecak.
'Kalau begini terus perusahaan ayahmu bisa corupt beneran. Dasar bocah boros.'
Galaxy meletakan kertas tersebut.
***
Keesokannya.
Diruangan rapat rumahnya, Orang-orang baru saja berkeluaran. Rapat baru selesai. Galaxy memang telah melakukan diskusi kecil bersama para kolega yang bukan dari keluarga kantornya tersebut.
Tiba-tiba, Star muncul ditengah-tengah mereka, mengenakan pakaian kasual, jeans panjang ketat dengan kaos putih sepotong yang memperlihatkan pusarnya, serta sandal bening yang memperlihat kaki putih kenyalnya serta jempol yang masih diperban. Para tamu yang melengos menuju pintu keluar pada melihatinya kagum, dengan sosok Star yang sangat cantik dan amat harum.
Galaxy sedang membelakanginya dengan bermain handphone, mengarah ke jendela.
"Hey, apa yang kau lakukan, cepat tarik lagi kartuku!!." Bentak Star menyadarkan Galaxy.
Galaxy terkejut dan menengok kesamping. Ditampilkannya sosok wanita cantik titisan khayangan. Ternyata gadis itu sudah bangun dan mandi.
Star berkacak pinggang, "Atas dasar apa kau memblokir kartu-kartuku huh??! Lancang sekali." Alisnya berkerung tak suka.
"Atas dasar apa?" Lelaki itu berbalik, "Kau lupa? Kau disini karna wasiat ayahmu. Tentu saja aku melakukan itu semua karna dasar dari wasiat ayahmu." Galaxy tak ingin Star berpikiran aneh atas tindakannya, jelas dia hanya melakukan tugasnya. Dan akan mensikat apapun yang menjadi penghambat tugasnya. Termasuk Verdic pacarnya sekalipun.
Star nyaris gila mendengar alibi itu, "Hah..!!" dia berdecak, mengeleng-geleng, tidak percaya akan selalu di skakmat oleh alibi basi seperti ini. Sialnya Galaxy memang bisa berlaku seenaknya karna telah mendapat persetujuan tertulis dari ayahnya.
Galaxy meraih lembaran print-out semalam, lalu mengawurkannya di depan Star.
srakk.
Berlembar-lembar kertas yang tidak di steples dan di klip itu mengapung dengan bebasnya di sekitar muka Star. Mata Star membelalak. Ada satu kertas yang menyangkut didadanya.
"Aku menemukan catatan yang tidak sehat direkeningmu. Tentu aku harus bertindak."
"Apa?"
Galaxy menarik kursi, "Sudah berapa banyak huh?? Uang yang kau kerahkan untuk pacarmu itu?? Kau sendiri saja tidak bisa menghitungnya kan?!." Galaxy sudah duduk kemudian memainkan ponselnya lagi yang digeletak dimeja. Acuh.
"Hey, itu kan privasiku. Kau seharusnya tidak ikut campur sampai kesitu-situ dong!!." Star membuka tangannya seperti mempertanyakan.
Galaxy menatapnya, "Aku tidak peduli dengan segala privasimu. Tapi coba kau periksa lagi!!" matanya mengarah kelembar-lembar yang berserakan. Menyuruh Star untuk membacanya.
Star meraih salah satu lembar yang menempel didada idealnya, kemudian melihatinya.
"Memangnya itu wajar?? Dia bukan siapa-siapamu, tunangan saja bukan, kau terlalu berlebihan. Apalagi kau ini perempuan. Yang cerdas sedikit dong Star!! Lihat juga situasimu yang sekarang! Yang kemarin itu transferan terakhir. Tidak ada lagi hari esok!." Tegas Galaxy tak mau dibantah.
Star benar-benar mati kata. Lidahnya terbelit, Galaxy memang ada benarnya, dia memang sudah kelilit kebiasaan bodoh pada Verdic. Tetapi dia tetap berlagak emosi, menjungjung tinggi egonya.
"Mulai sekarang kau pakai kartuku. Aku akan limitkan sebulannya 8 juta untuk uang jajanmu. Kalau mau belanja keperluan, aku sudah sediakan kartu khusus." Galaxy bicara dengan alis kerung serta sorot mata tajam, kemudian kembali melihat Iphonenya.
"Apa??? 8 juta? hey, tidak bisa begitu!! kau mau mencekikku?."
Star menampik, tentu saja itu sangat tidak cukup untuknya yang biasanya sekali jalan paling kecil menghabiskan 1 juta. Galaxy memang sengaja, supaya Star tidak bisa transfer-transfer lagi pada Verdic, dan tidak menghambur uangnya untuk hal yang tidak perlu. Dia juga akan mendidik Star dengan cara bagaimana menggunakan uang yang seharusnya.
"Tidak ada penolakan, kalau begini terus kau bisa jadi curandus."
Curandus adalah orang yang dibawah pengampuan. Orang yang berkategori, Boros, dungu, gila, tidak bisa mengurus dirinya sendiri.
"Ah kau memang sudah menjadi curandus sih." Galaxy menyengir sendiri. Mengingat posisi Star yang memang belum cakap atau bisa mengurus harta kekayaan ayahnya, dan dia yang jadi pengampunya juga.
"Hey jangan sok superior seperti itu. Mentang-mentang memimpin perusahaan besar dan perusahaan ayahku. Kau pikir orang lain tidak bisa melakukannya? aku juga bisa melakukannya! Jangan belagak, sok paling kau saja yang bisa!! lagian siapa juga yang menyuruhmu mengurus perusahaan ayahku, kau kerajinan!!!."
"Kau juga tidak berhak, seharusnya akulah yang mengurusnya." tambahnya.
Galaxy menarik senyum, "Huh, kalau begitu, apa kau mau mengurus perusahaan ayahmu bersama dengan pacarmu?" alisnya menaik.
Star terjedar.
Galaxy menyeringai ala mencebik, "Kalau seperti itu, silahkan saja, dengan senang hati aku akan melepasnya!" Dia tersenyum penuh kemenangan disinyalir mengejek, "Nanti aku akan rekomendasikan kurator terbaik yang sudah sangat pro memperjuangkan perusahan pailit." Tawarnya.
Star mengepal, "Sialan kau, berani-beraninya meremehkan." Tubuhnya sudah bergemetar, wajahnya memerah benar-benar kesal, tidak suka dinilai sepele seperti ini. Tenggorokannya sudah sakit.
"Kenapa?? kau kan punya pacar andalkan dong!! jangan menjajaninya terus." Galaxy semakin menjadi-jadi mengejeknya. Tahu saja Verdic itu orangnya seperti apa.
Star benar-benar terpukul mendengarnya. Dia tahu Verdic memang tidak bisa diandalkan untuk soal seperti ini, meskipun dia sudah menaruh harapan banyak padanya.
"Hmm??" Galaxy menaikan sebelah alisnya, masih dengan senyuman tipis yang mempermalukan.
Bibir Star sudah mengeriting, ia tidak tahan lagi. Pada akhirnya pun dia menangis, "Sialan.. awas saja kau !!! aku akan merebut kembali hakku, seenaknya saja kau mengatur...Hikss." Gadis itu menangis dengan sesegukan, tak terima kalah debat. Buliran air mata menjatuhi pipinya.
Shad langsung masuk keruangan mendengar nonanya yang menangis kejer seperti anak kecil. Dia datang dengan gelapan diekstrai panik.
"Nona kau kenapa?" Tanyanya dengan melongo kaget.
"Hikss, hikss, sialan kau Galaxy.. berani-beraninya mau memangkas semua uangku... hikss..hiks.. memangnya tidak cukup semua harta warisan ayahku kau pegang, hikss... " Star menutup wajahnya dengan lelukan lengan.
Galaxy hanya diam saja melihatinya, bibirnya tersenyum sedikit nakal. Lucu juga melihat Star menangis seperti itu, ternyata gadis itu manjanya benar-benar kolaps.
"Kau bedebah kepa*at, serakah... semuanya saja kau rebut... hukk..hukk... kini kau tahan kartuku, apa sajalah kau ambil." Star mencengkram kaos dadanya, "SEKALIAN JUGA AMBIL JANTUNGKU!!" dia mulai bicara ngaco untuk tuduhannya, masih disertai menangis.
Galaxy masih tersenyun menarik melihatinya.
"Tolong ikuti sesuai prosedur nona, jangan buatku sulit. Lakukan sesuai permintaan ayahmu. Kau ingin segera menandatandani surat warismu kan?? makannya ikuti intruksiku. Aku tidak tertarik dengan harta warisanmu."
"Hiks, pembohong!"
"Aish.. sudah-sudah bawa dia keluar Shad, dia belum sarapan. Nanti dia sakit lagi, bawa dia keruang makan." Suruh Galaxy melirik Shad, masih terselip aksi perhatian.
Shad mengangguk, "Ayo nona." Shad memandunya.
"Hwaa... dasar pelit, masa dikasih 8 juta, mau membunuhku dia." Rengek gadis itu tampak manja sambil berjalan menuju keluar didampingi Shad.
"Sudah nona." Shad berusaha menenangkanya, dengan mengusap lengannya.
Galaxy yang melihat ini tersenyum payah.
'Dasar gadis unik. Aku melakukan semua ini demi kebaikannya juga. Astaga... Bisa-bisanya dia masih berpikiran buruk tentangku.' Dia menyeringai sendiri merasa tertantang ingin terus melakukan beberapa hal yang membuat Star sampai sadar.
Star sudah dibawanya Shad ke meja makan.
"Pokoknya tidak bisa seperti ini hiks.. hikss." Dia masih menangis sesegukan sambil memakan potongan Strawberry yang telah dicampur susu dan kue telur.
Biasanya perminggu uang jajannya bernominal xx.xxx.xxx, tapi sekarang dunianya jungkir balik.
Hap. meskipun wajahnya berlinangan air mata, dan tenggorokannya sakit, Star tetap menganyem. Shad yang melihat tingkah konyol Star tentunya terkekeh didalam hati.
"Kalau uangku diambil, lalu bagaimana dengan perawatanku nanti??" Dia menangis sambil melahap lagi dan mikir-mkir tentang nasib skincare dan perawatan mahal rutinnya.
Para pelayan yang melihati nona barunya itu pada cengar-cengir.
"Mengesalkan.. huuu...." Sambil terisak cemberut, Star meraih handphonenya.
Ada notifikasi pesan masuk, 'Sayang kamu belum transfer?' Pesan Verdic yang mengingatkan 100 jt ibunya.
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
"Apa kau pernah mendengar istilah, 'tidak ada bunga yang mengejar lebah.' Ya. Seperti itulah aku. Akulah si bunga." - Starvia Del Carlotta Angelic - Seorang gadis cantik yang sering disapa Star. Berusia 20 tahun, putri semata wayang Rameron Fernadas, sangat manja, playful. Mengambil kelas balet, dan jago dalam gymnastic. Star juga mengambil kuliah jurusan kesenian serta manajemen bisnis. Ia sangat jago menari, dan tidak pernah merasakan kritis ekonomi semasa hidupnya. "Aku bilang, aku akan menikahimu kalau berani macam-macam. Apa kau dengar?" - Ravien Galaxy Giobens - Seorang CEO RG group yang masih misteri, sering dipanggil Galaxy. Ayah Star tiba-tiba menitipkan putrinya padanya. Intinya lelaki ini dikenal memiliki citra baik, disiplin, dan beribawa, sehingga ayahnya sangat mempercayainya. Tiba-tiba saja Gala
Siang hari, disebuah kediaman konglomerat asing yang berimigrasi di Indonesia. "Pokoknya, kalau ayah melarangku lagi, aku akan pergi dengan Verdic, titik!!!" Seorang perempuan berambut panjang kemerahan, berteriak sambil menuruni anak tangga berkarpet merah, dengan angkuhnya. Ia adalah Starvia Del Carlotta Angelic, seorang ekspatriat berkebangsaan Spanyol, yang memiliki darah keturunan Chinesse berkat sang ibu. Sang ayah yang berdiri dibelakang sisi pembatas tangga, hanya menepuk jidat. "Anak itu." Racaunya sambil menghela napas. Tiba-tiba Starvia menghentikan langkahnya, dan menengok kebelakang, "Ayah.." panggilnya lirih. Rameron terperangah. Gadis yang akrab di panggil Star itu, menatapnya dengan sorot serius yang tak berkedip, "Pokoknya aku serius. Aku cinta Verdic, dia bukan anak berandalan!" kekehnya yang langsung berbalik pergi, dan berjalan menuju pintu keluar. Ayahnya kembali memejamkan mata. Ternyata ucapan ana
Star turun dari mobil yang disetiri Galaxy. Dia menjingjing dua koper kecil bewarna plum pucat dan pink dikedua tangannya lalu menghempasnya dengan kasar ke tanah. "Ughhh." dia mendengus sebal. Galaxy turun dari mobil. Star menatap rumah Galaxy yang besar berlantai 6 dengan mendumel. 'Kenapa ayah ingin aku tinggal dirumah Orang aneh ini sih, mengesalkan saja.' dia menendang pintu mobil hitam tersebut dengan kencang, tanpa sadarnya "Hei pelan-pelan. Jangan berlaku kasar-kasar, dirumah orang yang akan mengurus Harta ayahmu nanti." Galaxy pergi melewatinya. "Huuh." Star langsung mendengus dan mengejek pria itu dari belakang. 'Apa orang itu gulung tikar ya? Masa gada supir gak ada pelayan sama sekali. Masa dia yang nyetir sendiri.' Deliknya sebal menatap sekeliling halaman, kemudian punggung bidang Galaxy. 'Ah iya sih, dia emang perebut harta warisanku.' Galaxy menaiki anak tangga yang ada didepan terasnya dengan lurusnya t
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa