Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris.
Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut.
Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar.
Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star.
'Anak itu terlalu bodoh, dia tidak bisa membedakan mana lelaki yang baik mana yang tidak.'
Galaxy termenung, 'Benarkah begitu?? Gumam batinnya.
Mendadak dia teringat scene, dimana Star berkata, 'Pacarku sudah menjemputku diluar. Aku tidak bisa membuatnya menunggu lama-lama.'
"Hhhh." Galaxy menghembus, memejamkan matanya. 'Mau punya pacar atau tidak, bukan urusanku.'
Ia membuka matanya lagi, kemudian menggerakkan ballpointnya dengan gesit, menulis oret-oretan isi surat pernyataan yang nantinya akan diketik oleh staffnya.
'Aku hanya menjalankan saja tugasku untuk membimbingnya sampai dia siap memegang perusahaan ini. Selebihnya bukan urusanku.' Galaxy menghembus tak mau ambil pusing. Baginya memikirkan dirinya dan pekerjaannya saja sudah penat apalagi ditambah anak keras kepala seperti Star.
Rasanya dia tidak terlalu mau banyak pikiran saat ini. Ia hanya akan melakukan apa tindakan yang simpelnya saja untuk Star. Selesai menulis. Dia meraih handphonenya, memanggil sekertaris yang dikhususkan mengurus dan memantau tindakan Star secara diam-diam.
Sekertaris ini juga usulan ayahnya Star sebelum meninggal. Dia adalah Shadow, orang yang bertanggung jawab penuh atas Star, tetapi tidak boleh sampai ketahuan, takutnya nanti Star akan kembali manja, dan mengkacungkan Shad, seperti Diaz asisten pribadinya sebelumnya.
Shad muncul keruangan rapat.
"Iya tuan?"
Galaxy melirik.
"Mulai besok, nonaktifkan segala kartu kredit dan debitnya Star. Lalu nanti malam kirim laporan semua riwayat penggunaan kartunya hari ini dan sebelumnya."
Shad melongo.
Galaxy tersenyum, "Oh iya, sekarang limitkan penarikan saldonya, jangan sampai lebih dari 10 juta." Dia menyeringai seakan puas dengan keputusannya.
Star di kampusnya sedang mengambil uang di gerai ATM. Saldonya masih melimpah ruah, ia hanya mengambil 2 juta. Disampingnya ada Verdic menunggu.
'Hah, ternyata ATM-ku masih aman. Dia gak menariknya??' Bingung Star, dia kemarin sudah was-was takut seluruh saldo rekeningnya ditarik atau diblokir Galaxy guna untuk alibi wasiat ayahnya.
Biasanya kan di film-film begitu, dan begitu juga dikehidupannya.
Dia mengambil uang merah tersebut, dan memasukannya kedalam dompet.
Yah untuk berjaga-jaga, nanti malam aku akan tarik semua. Dia terdiam sebentar mengingat jumlah saldonya terlalu besar, 'Ah tidak, sebagian saja. Setidaknya sampe cukup sewa apartemen selama 2 tahun, kalau aku diharuskan kabur dari rumah itu.'
Star sudah tahu pasti aparterment sekarang yang dipunyanya akan ditahan juga, pokoknya fasilitas yang dipunyanya semuanya pasti akan disita. Makanya dia harus punya uang candangan untuk membeli sekaligus menggantikan semua fasilitas yang dipunyanya saat ini.
Dia berencana akan menarik uangnya malam setelah pulang dari kampus. Star memang mengambil 2 jurusan, di kelas reguler yang paginya dia mengambil jurusan kesenian, lalu di reguler sorenya sampai malam dia mengambil manajemen bisnis.
Jam sudah menunjuklan dia harus masuk kekelasnya, karna dosen sudah datang. Verdic melambai.
"Sampai ketemu nanti sore sayang!" Ucapnya sambil mengecup kening Star sekilas. Lelaki itu akan pergi, dan kembali lagi kekampus nanti sorenya. Karna Verdic hanya mengambil satu jurusan, dan kebetulan sekelas dengan Star.
"Bye sayang, awas aja kalau kamu nongkrong-nongkrong sama mereka lagi."
"Iya enggak sayang." Verdic berjalan menuju parkiran mobilnya.
Star menatap pacarnya itu dengan raut gelisah serta khawatir. Ia tak mau Verdic menongkrong lagi sama anak-anak berandalan yang suka poya-poya perempuan.
Star sudah masuk ke gedung fakultas, menuju ruangan dimana dosennya berada.
Disela pelajaran, ia terbengong menatap dosen yang sedang presentasi. Pikirannya melalang buana entah kemana. Ia masih tidak tenang dengan suasana sebatang karanya ini. Ia temurung lesu menatap bindernya.
'Ayah, aku kangen kamu.' Cemberutnya.
'Kini kau sudah ketemu ibukan?' Star mengelus kertas pink bindernya sedih.
'Bagaimana apakah dia beneran cantik sepertiku?'
Seumur hidup Star memang belum pernah bertemu dengan ibunya, selain melihat di foto. Gadis itu terus merengut, serasa ingin meneteskan bulir mata. Namun sekarang bukan waktu yang tepat.
Star teringat dengan Diaz, asisten pribadinya yang berasal dari london. Lelaki tampan itu adalah teman curhat terbaiknya.
Selesai mata kuliah utama, Star di telpon Verdic. Dia sedang berjalan di lorong, yang kiri kanannya kelas.
"Apa 100 juta?" Star melongo sesaat, walaupun sebenarnya dia tidak kaget-kaget banget, "Buat apa sih sayang?"
"Ah iya, penting banget ibuku masuk rumah sakit. Di g****e-adsence, aku belum bisa cairin lagi duit, soalnya belum kekumpul."
Verdic memang seorang youtuber terkenal nomer satu yang tampan. Tapi tidak sedunia hanya seasia tenggara saja.
"Kau tahukan sekarang ayahku lagi gabisa mengurus perusahannya karna stroke. Ibuku juga masuk rumah sakit hampir serangan jantung."
Star memang tahu kalau kondisi keluarga Vedric sedang kacau, begitupun juga dengan bisnis keluarganya yang hampir pailit.
"Ah iya-iya nanti aku kirimkan." Star mengkerut, walaupun agak aneh, hanya masuk rumah sakit sebentar, paling juga rawat inap beberapa hari kok bisa sampai harus 100 juta, herannya.
"Setelah selamat dari serangan jantung ibu pingsan sayang, gatau koma atau gimana."
"Yaudah nanti malem aku kerumah sakit." Star berencana akan menyerahkan uangnya pas dia kerumah sakit dan melihat langsung.
"Ehh, mamaku di rawat di Kalimantan. Dia lagi di Kalimantan sayang."
Star terdiam, meskipun sedikit curiga. Rasanya dia ingin menceploskan, 'Kau tidak sedang memerasku kan?' Tapi sekarang dia tidak bisa ngegas seperti itu karna ini masalah ibu, apalagi masuk rumah sakit. Tidak cocok situasinya untuk dia ngamuk atau menolak.
'Hyuhh.' Star menghembus, Verdic memang belakangan ini selalu merepotkannya soal materi.
Kemarin dia terpaksa harus menambal 3 milyar, karna Verdic hampir dipenjarakan atas penipuan bisnis koleksi tas brandednya. Yah beruntung masalahnya tidak jadi besar dan sampai keruang publik, karna keburu Star mengganti ruginya dan membungkam media.
"Sayang boleh pinjem dulu 8 juta, aku lagi di bandara mau jemput temen sekalian mau pesen tiket buat nanti ke kalimantan." Verdic benar-benar sedang kere.
Star menggeram, tapi kembali lagi dia menghembus menenangkan dirinya.
'Ingat waktu itu.. ingat yang waktu itu.' Star mengobati amarahnya dengan mengingat-ngingat awal pacarannya bersama Verdic, yang begitu royal padanya.
Memberi perhiasan berlian mahal, menyewa pulau pribadi orang lain, yah usahanya waktu itu sudah melebihi cukup untuknya.
Mata Star terpejam, 'Mungkin sekarang dia lagi beneran susah. Pacaran itu emang harus seperti inikan, selalu ada disaat susah dan senang.' Star membuka matanya, membuka iphone dan aplikasi m-bankingnya. Dia mentrasnfer uang 8 juta itu pada rekening Verdic.
"Sudah tuh yah."
Verdic berteriak senang, "Terimakasih sayang, emuachh."
Star mendumel dihatinya. 'Kalau bukan karna cinta, kau sudah kutinggalkan dari dulu.' Umpat hatinya.
Sayangnya Star selalu kalah dengan ekspesi manis dan wajah tampan Verdic yang meluluhkan siapapun wanita.
Di Auditorium tempat seminar.
Galaxy duduk di sofa khusus yang paling depan dekat panggung, karna memang dia tamu khusus. Lelaki itu menyimak obrolan dari narator dengan baik, tiba-tiba handphone disaku celananya bergetar.
Galaxy penasaran, karna hari ini dia baru saja memerintahkan sesuatu yang menarik pada Shad untuk Star. Dia mengeluarkan handphonenya berharap notifikasi itu adalah pesan atau pemberitahuan yang diinginkannya.
Dia tersenyum smirk, saat melihat layar Iphonenya. Benar rupanya, itu pemberitahuan, bahwa Star baru saja menggunakan saldo atmya untuk mentransfer uang sejumlah 8 juta untuk Verdic.
"Dasar anak bodoh, mau saja diperas."
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
"Apa kau pernah mendengar istilah, 'tidak ada bunga yang mengejar lebah.' Ya. Seperti itulah aku. Akulah si bunga." - Starvia Del Carlotta Angelic - Seorang gadis cantik yang sering disapa Star. Berusia 20 tahun, putri semata wayang Rameron Fernadas, sangat manja, playful. Mengambil kelas balet, dan jago dalam gymnastic. Star juga mengambil kuliah jurusan kesenian serta manajemen bisnis. Ia sangat jago menari, dan tidak pernah merasakan kritis ekonomi semasa hidupnya. "Aku bilang, aku akan menikahimu kalau berani macam-macam. Apa kau dengar?" - Ravien Galaxy Giobens - Seorang CEO RG group yang masih misteri, sering dipanggil Galaxy. Ayah Star tiba-tiba menitipkan putrinya padanya. Intinya lelaki ini dikenal memiliki citra baik, disiplin, dan beribawa, sehingga ayahnya sangat mempercayainya. Tiba-tiba saja Gala
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa