Siang hari, disebuah kediaman konglomerat asing yang berimigrasi di Indonesia.
"Pokoknya, kalau ayah melarangku lagi, aku akan pergi dengan Verdic, titik!!!"
Seorang perempuan berambut panjang kemerahan, berteriak sambil menuruni anak tangga berkarpet merah, dengan angkuhnya. Ia adalah Starvia Del Carlotta Angelic, seorang ekspatriat berkebangsaan Spanyol, yang memiliki darah keturunan Chinesse berkat sang ibu.
Sang ayah yang berdiri dibelakang sisi pembatas tangga, hanya menepuk jidat.
"Anak itu." Racaunya sambil menghela napas.
Tiba-tiba Starvia menghentikan langkahnya, dan menengok kebelakang, "Ayah.." panggilnya lirih.
Rameron terperangah.
Gadis yang akrab di panggil Star itu, menatapnya dengan sorot serius yang tak berkedip, "Pokoknya aku serius. Aku cinta Verdic, dia bukan anak berandalan!" kekehnya yang langsung berbalik pergi, dan berjalan menuju pintu keluar.
Ayahnya kembali memejamkan mata. Ternyata ucapan anaknya itu masih sama saja. Keras kepala tidak ada bedanya dari sebelumnya. Batinnya terus merutuk.
Star sudah pergi meninggalkan rumah. Ayahnya menatap pintu lobi utama rumahnya yang besar bagaikan kerajaan diera modern itu, sudah tertutup dengan merengut sendu.
"Bagaimana aku akan meninggalkan anak itu, kalau dia kurang cerdas seperti ini." risaunya, kembali menghela napas disertai memejam mata.
Pelayan pria bertuxedo yang stanby disampingnya, ikut merengut turut simpati. Ia berdiri sambil memegang nampan yang tersimpan sarung tangan berwarna putih, tampak seperti baru.
Rameron meraih kain putih bergaris keemasan yang terlipat rapih itu,
"Pokoknya aku harus cari cara lain." Ucapnya sambil mengelap hidungnya yang tiba-tiba mengeluarkan darah. Tak lama, ia pun pergi meninggalkan lobi, diikuti bersama asistennya.
**2 minggu kemudian,
"Tidak!!! Ayah..." Star tersedu-sedu saat sekolompok orang berpakaian hitam mengangkat peti ayahnya kedalam mobil untuk dibawa ke pemakaman.
Dia hendak berlari berusaha menahan mereka, namun Galaxy-Lelaki yang dititipkan ayahnya, langsung menahan tangannya sehingga langkah gadis itu terhenti dan spontan langsung berbalik kearahnya.
"Jangan seperti anak kecil!." marah pria berambut hitam itu dengan memasang wajah tegas.
Star menatap Galaxy dengan penuh air mata, yang mengenang di seluruh penglihatanya. Kemudian dia menepis kasar tangan pria itu.
"Jangan mengatur, kau bukan siapa-siapaku!!" Bentaknya balik. Tangannya terlepas dari cengkraman Galaxy, kemudian dia kembali berlari.
Galaxy dan orang yang lainnya langsung mengejar Star. Sedangkan sekertarisnya hanya terdiam saja melihat orang-orang berpakaian serba hitam itu memburu Star, cukup kewalahan.
Setelah upacara pemakaman selesai, semua orang berkumpul dirumah ayahnya Star untuk mendengarkan wasiat yang ditinggalkan Rameron, mengenai harta warisan. Polisi, Pengacara, serta Notaris yang menjadi saksi hadir semua diruangan yang megah bernuansa bangunan Spanyol tersebut. Semuanya terdiam mendengar wasiat Rameron, ayahnya Star yang dibacakan lantang oleh sang pengacara.
"Apa?? Jadi ayah akan memberikan Harta warisannya kepada pria ini?" Star yang terduduk disofa tunggal hitam, berdiri memberontak, menatap Galaxy dengan sorot mata yang tak terima.
"Diwasiatnya memang tertulis seperti itu nona." jelas sang pengacara ayahnya dengan nada yang sekondusif mungkin.
Star bergeleng, "Tidak mungkin. Akulah ahli warisnya disini. Mana mungkin orang ini yang dapat." Dia kembali menengok pada Galaxy yang berdiri 5 meter dari jaraknya, "Dia tidak ada hubungannya dengan ayahku, bahkan dia bukan siapa-siapanya. Akulah anaknya!!"
"Betul demikian nona, tetapi ayah anda menulis dengan jelas bahwa Tuan Galaxy-lah yang akan mendapatkan seluruh Harta kekayaannya."
"Itu tidak mungkin." Star masih menggeleng tak terima, "Ayahku tidak mungkin melakukan hal yang tidak adil seperti itu padaku." Star terus membantah dengan bergeleng tak percaya.
Sedangkan Galaxy yang berdiri, hanya diam saja menyimak.
"Tolong tenang nona, saya disini hanya menyampaikan apa yang menjadi wasiat ayah anda. Yang saya katakan, sesuai dengan amanat yang beliau tinggalkan." Jelas sang pengacara apa adanya.
Star terus menggeleng, "Kalian semua pasti curang!!" teriaknya.
"Tidak, kami disini tidak berada dipihak siapapun."
"Darimana aku tahu kalau kalian semua tidak bersekongkol? Kalian pasti sudah merencanakan hal ini sejak lama kan? karna aku hanyalah anak tunggal yang tak berdaya jadi kalian pasti memanfaatkan celah posisiku ini dengan baik kan?!"
Semuanya terdiam.
"Dasar orang-orang serakah!" Star beralih menengok pada Galaxy dengan rahang yang mengeras geram, "Pokoknya akan aku tuntut orang ini hingga dia masuk penjara." Tunjuknya pada Galaxy. Bagaimanapun posisinya saat ini, sangatlah mengerikan. Ditinggal mati oleh orang tua satu-satunya, kemudian harta warisannya terancam diraib orang lain. Ini adalah kejadian paling malang sekaligus naas dihidupnya.
"Awas saja kau, memangnya apa hakmu mengambil hakku huh?" Star maju beberapa langkah ingin menghadang Galaxy, namun beberapa polisi lelaki dan pekerja wanita, yang berpakaian formal sebagai asisten pengacara itu langsung menahan lengannya.
"Tidak ada alasan untukku tidak menerima harta warisan orang tuaku sendiri." Star menepuk dadanya berkali-kali, "Aku ini garis keturunan satu-satunya. Aku juga tidak melakukan pembunuhan, ataupun hal-hal tidak pantas, yang membuat seorang ahli waris tidak layak mendapat harta warisan." Star menelan ludahnya kesat, menatap mereka satu persatu.
"Kalian pikir aku bodoh? tidak tahu celah itu hehh?? Habis kalian, kalau kubuat ini sebagai laporan. Berani-beraninya kalian mempermainkanku. Dibumi ini tidak ada ahli waris yang tidak menerima harta warisan peninggalan orangtuanya sepeserpun, tanpa alasan yang jelas. Kalau ada yang seperti itu, seret kasusnya padaku! Bodoh kalian, mau membohongiku seperti itu." umpatnya meledak-ledak.
"Tunggu sebentar pengacara... " Akhirnya Galaxy, si lelaki yang dari tadi di maki Star itupun buka suara. "Kenapa kau tidak saja langsung jelaskan, mengapa tuan Tuan Rameron memberikan semua Harta warisannya padaku. Sebaiknya cepat kau jelaskan, sebelum dia semakin berkata yang aneh-aneh." pinta Galaxy nyaris menghembuskan napas. Tentu dia sangat tidak nyaman dengan segala tuduhan gadis itu.
Pengacara itu langsung menatap Star.
"Jadi nona, Tuan Rameron memberikan semua Harta warisannya untuk tuan Galaxy karna memang Harta warisan itu sejak dulu milik ayahanda tuan Galaxy. Sebelum ayahnya tuan Galaxy meninggal, tuan Rameron adalah pihak ketiga yang memegang seluruh Harta warisan keluarga Rochefort, karna keluarga ayahnya tuan Galaxy belum mengambil haknya, maka keluarganya akan menerimanya secara integral setelah si pihak pemegang harta warisan tersebut meninggal."
"Jadi singkatnya... dikarnakan ayahku belum mengambilnya, maka sekarang akulah yang menerimanya." tambah Galaxy dengan tenang, namun terdapat nada sinis yang tertinggal.
Star menatap sang pengacara masih dengan tatapan bertanya-tanya dan tentunya menolak, "Tapi ayahku tidak bersaudara dengan ayahnya, bahkan aku sendiri tidak kenal siapa ayahnya. Jika dia memang pamanku, pasti aku akan mengenalnya sejak dulu. Tapi aku tidak pernah bertemu dengannya."
"Itu karna ayahmu dengan ayahku bukanlah saudara biologis. Ayahmu dengan ayahku tidak punya hubungan darah apapun, jadi bersyukurlah kalau ayahmu masih mendapatkan Harta warisan juga dari kakekku. Aku kemari hanyalah menjalankan tugasku." pungkas Galaxy, yang sungguh menyelekit dan menusuk hati Star.
"Apa?" Star menaikan alisnya, sungguh tak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Galaxy sedikit tersenyum smirk, "Oh memangnya kau tidak tahu kalau sebenarnya ayahmu itu adalah anak angkat dari kakekku? Dia tidak ada hubungan darah apapun dengan kakekku."
Star melongo untuk sesaat. Bukankah perkataan lelaki itu sangat sarkastik untuknya, yang sedang berduka? Star masih terdiam, mematung di tempat. Pikirannya mendadak blank.
Galaxy kembali menerbitkan seringai tipis, yang terkesan menunjukkan sisi kejamnya, "Kau pasti terkejut sekali. Mungkin semasa hidup, ayahmu lupa menyampaikannya, jadi seperti inilah jadinya."
"Bukan.. bukan itu." tepis Star menggeleng kecil.
"Eh?" Galaxy menaikan kedua alis hitamnya yang rapih nan panjang.
Star kembali menatap manik Galaxy dengan sorot yang penuh kebencian, "Aku tidak peduli dengan peryataan kalau ayahku ini adalah anak angkat dari kakekmu atau apalah," Star kembali menengok pada pengacara, "Tapi pak pengacara masa iya ayahku memberikan seluruh kekayaannya untuk orang ini? Coba kau pikirkan kembali, memangnya selama ini ayahku kaya hanya karna Harta warisan??"
Semuanya pada terkejut.
"Ayahku ini punya perusahan dimana-mana bahkan kalau dijumlahkan pasti hasilnya akan melebihi harta yang diwariskan sang mendiang kakek. Jadi mustahil jika diberikan semuanya pada pria itu, memangnya tidak ada sepeserpun Harta yang dipunyanya untukku huh?" Star mengucurkan air mata dari kelopaknya. Wajahnya bersemu merah.
"Kalau seperti itu, bagaimana nasibku nanti? Bagaimana dengan kuliahku! Lalu aku akan tinggal dimana kalau rumah ini juga diberikan pada pria itu." Dia terisak dengan suara seraknya.
Semuanya tak berkedip menatap wanita itu yang menangis seorang diri, bahkan Galaxy yang tadi sempat mengomel jahat padanya, kini terpatung ditempat, tak berkutik. Merasa bersalah juga tentunya.
Star mengusap air mata yang meluruh deras dari kelopak matanya, "Memangnya ayahku sekejam itu? Dia tidak mungkin pergi meninggalkan niat dengan menjadikanku gelandangan, dia juga pasti memberikan Harta warisannya padaku. Tidak mungkin dia tidak meninggalkan apapun untukku." Airmata gadis itu semakin jatuh tak tertahankan.
"Hikss... Kalian semua jahat telah memberitahukan berita kejam seperti ini padaku, dan menyerangku secara bersamaan." Star kembali menyeka air hangat di matanya yang meluap.
"Apa kalian tidak puas melihatku sekarang sudah tidak punya siapa-siapa lagi hikss." Gadis itu semakin sesegukan.
"Oh kalau soal itu Nona Star tidak perlu khawatir. Sebenarnya tidak semua Harta warisan ayah nona diberikan pada tuan Galaxy."
Star langsung terdiam, "Maksudmu?"
"Ya, kau akan tetap menerimanya tetapi kau harus terlebih dulu memenuhi syarat yang telah ditinggalkan direktur didalam wasiatnya."
Star turun dari mobil yang disetiri Galaxy. Dia menjingjing dua koper kecil bewarna plum pucat dan pink dikedua tangannya lalu menghempasnya dengan kasar ke tanah. "Ughhh." dia mendengus sebal. Galaxy turun dari mobil. Star menatap rumah Galaxy yang besar berlantai 6 dengan mendumel. 'Kenapa ayah ingin aku tinggal dirumah Orang aneh ini sih, mengesalkan saja.' dia menendang pintu mobil hitam tersebut dengan kencang, tanpa sadarnya "Hei pelan-pelan. Jangan berlaku kasar-kasar, dirumah orang yang akan mengurus Harta ayahmu nanti." Galaxy pergi melewatinya. "Huuh." Star langsung mendengus dan mengejek pria itu dari belakang. 'Apa orang itu gulung tikar ya? Masa gada supir gak ada pelayan sama sekali. Masa dia yang nyetir sendiri.' Deliknya sebal menatap sekeliling halaman, kemudian punggung bidang Galaxy. 'Ah iya sih, dia emang perebut harta warisanku.' Galaxy menaiki anak tangga yang ada didepan terasnya dengan lurusnya t
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa