Star turun dari mobil yang disetiri Galaxy. Dia menjingjing dua koper kecil bewarna plum pucat dan pink dikedua tangannya lalu menghempasnya dengan kasar ke tanah.
"Ughhh." dia mendengus sebal.
Galaxy turun dari mobil. Star menatap rumah Galaxy yang besar berlantai 6 dengan mendumel.
'Kenapa ayah ingin aku tinggal dirumah Orang aneh ini sih, mengesalkan saja.' dia menendang pintu mobil hitam tersebut dengan kencang, tanpa sadarnya
"Hei pelan-pelan. Jangan berlaku kasar-kasar, dirumah orang yang akan mengurus Harta ayahmu nanti." Galaxy pergi melewatinya.
"Huuh." Star langsung mendengus dan mengejek pria itu dari belakang.
'Apa orang itu gulung tikar ya? Masa gada supir gak ada pelayan sama sekali. Masa dia yang nyetir sendiri.' Deliknya sebal menatap sekeliling halaman, kemudian punggung bidang Galaxy.
'Ah iya sih, dia emang perebut harta warisanku.'
Galaxy menaiki anak tangga yang ada didepan terasnya dengan lurusnya tak peduli dengan keberadaan wanita itu.
Star berteriak menatap punggungnya
"Hei memangnya tidak ada pelayanmu yang akan mengangkat koperku apa??" herannya
Langkah Galaxy langsung terhenti, dan dia menengok kebelakang.
"Jangan manja. Angkat saja sendiri, ini bukan rumahmu." ungkapnya yang langsung berbalik dengan dingin.
Star melongo tak percaya pria itu akan memperlakukanya apatis seperti itu.
"Apa sih dia nyebelin banget." Tangannya menggepal, tubuhnya mendidih, dia serasa ingin merobek mulutnya.
Star sudah masuk kedalam rumahnya, terlihat sangat besar bahkan sampai membuatnya melongo untuk beberapa saat karna dia bingung harus kemana tidak ada orang yang menyambutnya. Tadi tiba-tiba saja Galaxy menghilang.
'Ah gila sih, ni orang mengasingkan diri ya dirumah ini?' Star mengambil gawai ditasnya, hendak menelpon Diaz pelayan pribadinya.
Rumah Galaxy terlihat sepi, tidak ada satupun pelayan yang terlihat.
"Ckk, si Diaz juga dari tadi ku telpon tidak aktif. Ck." Star sungguh kesal, alisnya sudah mengkerut sama dengan hatinya. Dia mencoba menelpon kepala pelayan dirumahnya.
Sudah terhubung, "Iya nona?"
"Ah, coba tolong cari Diaz. Suruh dia kesini, kerumahnya si Rav-"
Tiba-tiba handphone itu direbutnya Galaxy. Star melongo. Dia kaget kapan Galaxy ada disisinya?
"Apa-apaan, kembalikan!" Ia berusaha meraihnya lagi, namun Galaxy mempermainkan gerikan tangannya.
"Kau ini punya masalah apa sih?" Star menyerah, dan kini mengkerut marah padanya.
"Kau mau menghubungi Diaz?"
"Iya. Emang kenapa dia itu pelayanku. Suka-sukaku-lah mau menghubunginya atau tidak. Lagipula, sepertinya kau tidak akan memberikanku pelayan kan disini?" ketusnya meninggikan suara.
Galaxy bergeming. Star mencoba meraih lagi handphonenya.
"Tidak bisa."
Mata Star membesar.
"Diaz sudah kusuruh pulang ke negaranya."
Star melongo, tenggorokannya mencoba membunuh suaranya, "A-a-aapa?!" Terbatanya antara kesal dan tak menyangka, "Sial!"
"Jangan hubungi dia lagi. Dia sudah ku kontrak mati, untuk tidak bekerja lagi padamu. Aku sudah memberinya 17 Miliar sebagai jaminan." Galaxy membayangkan Diaz sekarang sedang mengawur-ngawur uang hijau mengunung pemberiannya.
"Dia pasti sedang bersenang-senang. Oh iya aku pakai uang ayahmu." Galaxy tersenyum picik.
"Apa-apaan ini, kok kau jadi seenaknya gini?!"
"Ingat yang dikatakan ayahmu sebagai wasiat. Segala keputusanku adalah mutlak." Galaxy menyengir kemenangan.
Star masih terpatung di tempat. Lelaki itu hendak berbalik meninggalkannya.
"Oh iya kau cari saja kamarmu sendiri, semua pelayan dirumah ini sedang berlibur. Aku sudah menamai kamarmu. Silahkan cari saja yang menurutmu katanya pas sepertimu."
"Akhgh." Star langsung pergi meninggalkannya dengan kesal.
Disepanjang lorong dia terus mencari kamar yang tidak dikunci atau bertuliskan nama yang seperti Galaxy katakan.
'Sialan, banyak sekali kamarnya. Memangnya ini motel?? Atau jangan-jangan orang itu memang menyediakan motel khusus??' Seketika Star begidik.
'Ewhh.. Menjijikan sekali. Apa ayah tahu kalau dia itu orang jahat? Kenapa ayah sampai rela membiarkan aku harus tinggal dengannya, meragukan sekali.
Star sudah menemukan pintu yang bertuliskan 'Harta Warisan.'
"Kurang ajar sekali orang ini." dia langsung merobek kertas yang tertempel dipintu itu dan meremasnya, kemudian membuangnya ditempat itu juga.
Sesudah didalamnya, Star menapakkan bokongnya di pinggiran kasur. Dia menghembus.
'Jadi ayah bilang aku harus tinggal ditempat ini sampai aku wisuda. Setelah itu baru aku akan mendapatkan Harta warisan sepenuhnya? Tapi kenapa begitu? Memangnya orang kejam itu bisa melindungiku??'
Dia cemberut mengingat perlakuan Galaxy yang sangat tidak bersahabat, lalu menatap keluar jendela.
'Ayah.. setelah kau pergi semuanya langsung berubah. Aku juga tidak yakin apa aku bisa bertahan ditempat ini, tapi aku akan menjalani permintaanmu.' dia memejamkan matanya untuk sebentar.
Saat membuka matanya, Star melihat ada pria berambut silver menongol dicelah pintu, seperti mau memasuki kamarnya.
"Huh?" Star tersentak, dan melotot panik, "Siapa kamu?!!"
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
'Kamu juga tadi gak masuk kelas sore. Katanya mau masuk.''Aku gak pernah gitu ke kamu ya sayang. Kok kamu tega sih.'Itulah serangkaian protes Verdic di whatsapp.'Salah apa aku, sampe kamu tidur sama orang lain.'Star melongo menatap handphonenya. Astaga."GALAXY!!!!" Teriaknya mengelegar.Galaxy yang mendengar teriakan Star di balkon, tentunya langsung kabur, tahu gadis itu meneriaki apa.Beberapa jam sebelumnya. Masih di kamar Star. Galaxy mau berdiri dari kasur gadis tersebut. Tiba-tiba Handphonenya yang tersimpan di nakas berdering.Verdic yang lagi di kampus, mendengus menatap layar handphonenya, yang sedang memanggil Star, "Kok dia lama angkatnya si?" Sambungannya hampir sampai ke penghujung. Dia sedang izin ke Dosen untuk ke toilet di sela mata kuliahnya.Galaxy sudah sampai berjalan ke nakas, lalu mengambilnya, dilihatlah layarnya.Verdic dengan emot love. Galaxy menyengir licik, lalu dia mengangkatnya.
Di hutan rimba, yang terdapat bunga warna-warni yang elok serta dedaunan hijau. Star melihat ada kuda bertanduk warna putih yang sangat cantik terparkir. Tiba-tiba pandangannya berkabur seperti sengatan televisi putih yang tersedot menuju udara. Munculah sesosok pria yang menyerupai Galaxy dibalik Awan, sangat samar.. Do you feel me? Shhhh~ (bisikan seorang perempuan yang tampak menyatu dengan udara dingin) Star terbangun saat mendengarkan bisikan alam bawah sadarnya di ending mimpinya. Matanya langsung menjelajah seisi dan langit kamar. Rupanya dia sedang dikamarnya. Tapi tunggu dulu. Star baru sadar bahwa dia sebelumnya mabuk. Ya, kepalanya juga masih terasa mutar. Star bangun dan duduk. Dia celingak-celinguk kanan kiri. Kenapa dia tiba-tiba ada disini? "Ha?" Matanya membesar. Terakhir kali dia pergi bersama Galaxy. Segeralah Star cek tubuhnya. Meskipun masih terbalut baju utuh, Star meraba seluruh badannya. Dengan tangan men
Star mati kutu saat diruang rapat. Semua anggota, pada melihatinya. Antara takjub, dan kagum melihat putri almarhum direktur mereka yang sungguh cantik jelita, kini memimpin rapat. "Apa yang kalian lakukan ayo mulai," Suara serak dan menuntut Star yang begitu kuat, memecah kemelongoan mereka. Gadis itu dengan angkuhnya melipat tangan dan kakinya, siap mendengar. Moderator rapat mengangguk, dan menuturkan pembukaan, "Selamat pagi semuanya, dirapat kali ini sungguh kehormatan sekali nona direktur turut serta.." Star hanya mengangguk-ngangguk mengindahkan. Rapat sudah berjalan 10 menit, perdebatan terjadi. Sampai seketika, "Bagaimana nona?" Seorang peserta bapak-bapak yang tampak senior meminta pendapatnya, sengaja ingin melihat seberapa kemampuan Star, sekaligus memojokkan gadis itu kalau bisa. Dia tahu kalau Star tidak pandai cakap untuk soal perusahaan ayahnya. Star tergagap, "Ah iya, lanjutkan saja, aku hanya menyimak.
Mata kecoklatan Star membesar. Tubuhnya basah kuyup. Galaxy bisa melihat cetakan jelas tubuhnya Star yang memakai kemeja putih sedikit transparan. Glek. Galaxy menelan ludah melihati keadaan Star yang sekarang. Bagaimana bisa wanita yang ada didepannya ini sangat menggiurkan, terlebih kulitnya yang sangat bening itu dan bentuk dadanya yang penuh makin menggila saja. Galaxy terpana, tentu saja karna dia laki-laki. Rambut Star sudah basah seutuhnya, dia jadi seperti sedang mandi. Galaxy menatap kebawah, menemukan kertas wasiat Rameron yang basah. Dia terperangah, buru-buru dia mengambilnya. Star terbelalak, saat Galaxy memasuki kolam, tubuh gadis itu tersentak ingin mundur. Kaki Galaxy yang terbalut celana hitam sudah basah sepenuhnya memasuki kolam, dia meraih kertas yang sudah terserap literan air. Wajahnya melongo. Dia menatap Star, sedangkan gadis itu menatapnya ketakutan. Buru-buru Galaxy menarik Star, membantunya berdiri. B
'Aku udah di depan rumah pamanmu sayang.' 'Aku mau pamit sama ngambil uangnya juga. Aku mau ke Kalimantan sekarang.' Buru-buru Star bangun dari duduknya. "Nona kau mau kemana?" Star berlari cepat ke lorong, "Ada temanku." Jawabnya pada Shad. Diluaran. "Maaf ya, sayang aku gak bisa kirim. Pamanku lagi marah, ayahku soalnya bilang aku harus menghemat." Verdic mengerung tampak kecewa, "Oh begitu ya." "Atm-ku semuanya disita, bener-bener berat deh." Verdic menggaruk kepala belakangnya tampak kecewa. "Gimana ibumu? Sudah baikan?" "Ya, masih kritis sih." "Aduh aku jadi gak enak gak bisa nolongin. Gimana kalau kamu pinjem dulu ke temenmu?" "Ah iyadeh aku coba." Verdic memalingkan mukanya ke taman, sambil menggaruk-garuk lehernya. "Yah, aku gak tahu kalau bakal dihukum begini, timingnya bener-bener pas" Star menunduk menatap kakinya. "Tapi, dihukumnya nanti udahankan??"
Galaxy berjalan menuju ruang kerjapribadinya yang megah. Malam semakin tenggelam, suasana rumahnya sangat sunyi. Ia berjalan menuju meja besar yang menyimpan laporan yang dia pinta pada Shad siang tadi. Dia meraih lembar kertas hasil print-nan tersebut. Matanya membaca. Verdic Wiradmatja tgl sekian,20.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,10.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian,3.000.000.000,-Verdic Wiradmatja tgl sekian, Astaga, benar-benar banyak nama Verdic yang tercantum di daftar print-out bank tersebut. Galaxy hanya memindai nama yang Verdic saja. Yang lain dia abaikan, karna memang tujuan dia memblokir kartu Star untuk menghentikan transfer ke Verdic. 'Astaga anak ini mau saja dijadikan dompetnya.' Yang membuat Galaxy lebih miris, adalah Star itu perempuan. Tak seharusnya dia yang menafkahi pacarnya. Dia terus berdecak. 'Kalau begi
** Skiptime Langit sudah malam, kembali ketempat Star. 'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.' Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan. 'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.' Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.' Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku. "Apa ini, kok tidak bisa?!" Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya. "Ahh
Di gedung kebesaran perusahaan ayahnya Star. Galaxy sudah terduduk di kursi rapatnya. Ia baru saja selesai meeting penting bersama para komisaris perusahaan Rameron, ayahnya Star. Galaxy juga sudah menandatangi akta perubahan pemegang saham perusahaan. Dia dinobatkan sebagai direktur utama pengganti sementara ayahnya Star berdasarkan surat kuasa direktur yang telah dilegalisir Notaris. Semua orang sudah keluar terkecuali Galaxy bersama sekertarisnya diruang rapat tersebut. Galaxy sedang memeriksa beberapa lembar dokumen penting sebelumnya. Berusaha mempelajari, dan memikirkan ancang-ancang bagaimana kedepannya dia akan menjalankan perusahaan ayahnya Star. Setidaknya sekarang ia jadi memimpin 8 perusahaan besar. Tanggung jawabnya menjadi semakin banyak, otaknya pun banyak diputar. Galaxy menghembus, sejujurnya dia jadi kurang fokus gara-gara tadi melihat Star dengan Verdic. Ia jadi teringat dengan perkataan mendiang ayahnya Star. 'Anak itu terlalu bodo
Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi. Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri. "Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant. 'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya. Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu. "Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopa