"Mereka sangat senang, seseorang yang ditunggu-tunggu dalam waktu lama sekali, kini sudah kembali bereinkarnasi. Sesuai dengan ramalan Dewa Petir beribu-ribu tahun lalu. Seseorang yang akan memberantas para iblis, penyelamat dunia. Sosok itu ada di dalam tubuhmu." Ibu itu memberikan gelas berisi air teh untuk kami.
"Minum dulu, Tuan. Aku hanya bisa menjamu kamu dengan teh ini." Ibu itu duduk di kursi depan kami."Sekarang ibu memanggilku Tuan. Ini aneh sekali." Aku masih belum mengerti, ucapan ibu itu tadi menambah pusing kepalaku."Tuan tidak tahu ramalan lengenda itu?" Ibu itu menatapku aneh."Ramalan apa Rai, kamu pasti tahu kan?" Aku bertanya pada Rai."Ramalan Dewa Petir. Bahwa akan ada seseorang keturunan ras paling hebat dan keturunan murni Godfather. Dia akan mewarisi kekuatan Para Dewa, Reinkarnasi dari jiwa-jiwa mereka." Rai menjelaskan."Bagaimana kalian percaya dengan ramalan yang sudah lama sekali. Itu belum tentu be"Tuan Indra Reinkarnasi Dewa, dia tidak mungkin menghancurkan Istana Manggo." ucap salah satu pria."Iya, Tuan Indra tidak mungkin menghancurkan Kerajaan Manggo, dia akan melindunginya, membebaskan kita dari Bangsa Iblis." Gadis seusiaku membela."Kau pasti salah, Madam Layla." Madam Layla mendekatiku, dia membidik wajahku. "Ramalanku tidak pernah salah. Aku mengenal wajahnya. Dia yang akan menghancurkan bukit Saler." "Ini pertama kalinya kau salah dalam meramal seseorang, Madam." Rai berbicara. "Bagaimana mungkin Indra menghancurkan bukit sebesar itu?""Dia menciptakan monster untuk menghancurkannya." jawab Madam Layla."Sekarang ucapan kamu semakin ngelantur, Madam." Pria berkecamata berbicara. "Maaf Tuan, Madam Layla selalu seperti ini kalau kelelahan. Pasiennya hari ini sangat banyak, Madam belum beristirahat." Pria itu asisten Madam Layla, dia yang menerima uang pembayaran.Aku tidak tahu apa yang dimaksud Madam L
Risau menuruni bukit, dia menciptakan satu tanduknya di punggung supaya Rai bisa berpegangan erat. Risau melompati batu-batu, menerobos semak-semak. Aku sesekali menunjuk jika ada batang pohon yang menjalar.Kami sampai di lembah. Aku tidak tahu apa nama pohon unik ini. Batangnya kurus tumbuh tinggi, daunnya merupakan daun teh. Buah bulat kecil-kecil yang tersusun menyerupai rambut kepang itu buah kopi. Buah panjang berwarna hijau tumbuh berkelompok membentuk layaknya mahkota itu merupakan cengkeh.Sedangkan Palawija adalah sayuran yang bermacam-macam jenisnya, ada kacang panjang yang tumbuh menjuntai sangat panjang seperti tali berwarna hijau, jagung tumbuh di ujung-ujung dahan, tubuh dahan itu terlilit akar hijau dan berbuah mentimun."Pohon serba ada, macam toko." Rai celetuk.Air berwarna hijau merendam daratan setinggi mata kaki. Keadaan semakin gelap, matahari menghilang digantikan langit biru luas, tidak ada bintang, sed
"Ini semua salah kamu, Indra." Risau tidak mau di salahkan."Yang benar saja, kau yang bodoh tidak mampu membuatnya pingsan, badak jelek." Aku balas berseru.Andai saja aku yang menyerangnya tadi. Kami tidak mungkin ketahuan, misi ini akan berhasil sempurna. Namun, badak itu malah menggagalkannya."Kalian bisa diam, kita bisa ketahuan." Rai bersembunyi di dalam semak, aku berada di atas pohon, sedangkan Risau jauh di sebrang, dia bersembunyi di balik pohon.Kami sudah menumbangkan tiga dari mereka, tersisa tujuh belas penjaga malam, mereka mengepung kami, mamasuki hutan. Aku berharap mereka tidak memberitahu orang yang berada di dalam markas."Cari mereka, jangan biarkan mereka lolos." Ketua penjaga malam berteriak, menyuruh bawahannya berpencar."Tersisa 17 orang, mereka berpencar, kita tumbangkan mereka satu persatu dalam senyap. Apa kamu bisa, Rai." Rai di bawah mengangguk.Satu orang datang. Risau di sana i
Kami terlalu percaya diri, bagaimana mungkin kelompok sehebat Robber bisa dengan lengah membiarkan lawannya menyelinap masuk ke markasnya.Ternyata sejak awal mereka sudah menyadarinya. Tayangan sebuah gambar menyorot kami saat pertama kali menuruni bukit, mereka juga menangkap gambar kami saat menyelinap.Tidak ada yang bisa menemukan Markas Keluarga Robber, kami yang pertama dan yang hampir berhasil.Mereka menanyangi gambar-gambar orang yang pernah mencari markasnya, mereka selalu gagal, tidak menemukan letak markas ini.Kami tertangkap jaring tambang, mereka menggantung kami sambil tertawa puas. Komandan S Three membawa senjata api, benda itu kecil tetapi sangat berbahaya. Dia menyodorkannya kearah kami."Apa tadi kalian sangat senang bisa mengalahkan 20 anggota kami? Apa kalian sangat bangga." ucap Komandan S Three."Mereka hanya umpan agar kalian tidak menyadari perangkap kami." Pemimpin pasukan elit memberitahu."
Aku menemukan Komandan S Twu, tapi dalam situasi yang berbeda. Padahal aku ingin bertarung melawannya, membalas kekalahanku waktu itu.Aku sangat terkejut, kondisi Komandan S Twu sangat buruk, pertarungannya melawan Same menjadi sangat mengerikan baginya. Aku tidak mengerti, sehebat apa kekuatan Same sampai membuat Komandan S Twu hampir mati. Tulang-tulangnya patah, dia mendapatkan luka dalam yang sangat parah.Pintu ruangan terbuka, tiga pria itu masuk. Aku dan Rai melompat bersembunyi."Kau yakin mereka masuk ruangan ini." ucap salah satu dari mereka."Iya, aku melihatnya.""Ini ruang perawatan Komandan, sangat berbahaya bertarung di sini." "Ayo kita keluar saja."Aku bisa bernapas lega, mereka tidak mencari kami, memutuskan ke luar ruangan. Namun, keadaan menjadi kacau saat Rai keluar dari persembunyiannya dengan sengaja."Wah kalian menemukanku." ucapnya sambil menggaruk rambut dan menyengir.
Beberapa hari Aruna di culik, aku pikir dia akan disiksa, atau orang tuanya sudah menebusnya. Tapi kenapa tidak ada lebam luka di tubuhnya, dia terlihat sehat.Di ruangan ini, banyak sekali lukisan yang Aruna buat, bahkan dia melukis wajah Rai di kanvas besar. Buku-buku tersusun rapi di raknya. Gambar pemandangan di dinding terlihat indah. Ini semua menggambarkan kepribadian Aruna, dia sangat menyukainya. Kenapa Komandan S One membuat ruangan seperti ini untuk Aruna? Kenapa dia tidak menikahinya seperti yang dikatakan anak buahnya di lorong itu. Apa itu hanya omong kosong?Komandan S One, Komandan S Twu, dan S Three. Mereka tiga bersaudara, tetapi tidak ada yang serupa wajahnya, bentuk tubuhnya, dan cara bicaranya."Kenapa kau menculik Aruna?" Aku bertanya.Komandan S One terdiam sejenak, kemudian menjawab pertanyaanku. "Karena dia sangat penting bagiku." "Apa maksudmu sangat penting?" Aku butuh jawaban yang akurat, bukan yang
Dia bukan hanya menghilangkan benda yang di sentuhnya. Komandan S One bisa menyerang dengan benda yang dihilangkannya. Seolah teleportasi, tapi nyatanya tidak, dia melemparnya dan kami tidak tahu dari arah mana benda itu akan menghantam kami.Berkali-kali Komandan S One menyerang kami tanpa berpindah dari posisinya. Dia memegang bongkahan kayu bekas reruntuhan rak buku, kayu itu dengan ajaib menghilang, dan tanpa disadari, kayu itu menghantam kami.Aku tidak tahu bagaimana cara mengalahkannya. Komandan S One tidak membiarkan aku menyerang, bahkan baru hitungan detik berdiri, dia sudah melumpuhkanku dengan benda yang menghilang.Rai bisa menyerangnya dari jarak jauh. Namun, serangannya selalu meleset. Dengan mudahnya Komandan S One bisa menghindarinya dengan menghilang.Walaupun selalu gagal, Rai tidak menyerah. Dia terus menyerang Komandan S One dengan Kazakirinya.Aku takut penyakit Rai akan kambuh, dia sudah kel
Pertarungan ini membuat keadaan ruangan yang tadinya tertata rapih menjadi kacau balau. Lukisan buatan Aruna semuanya hancur, kanvasnya robek, tidak ada yang bisa diselamatkan.Buku-buku sobek berserakan di lantai. Rak Buku hancur tidak ada yang utuh, kayunya berantakan tak terkendali. Komandan S One terbaring tak sadarkan diri di lantai, jika tidak ada yang menemukannya secepatnya dia tidak dapat di selamatkan. Rai merabah dinding, dia mencari tombol untuk membuka pintu. Dinding bercat putih itu perlahan terbuka ketika Rai menekan tombol kuncinya.Ruangan ini tepat berhadapan dengan pintu keluar. Kalian tidak akan bisa menemukan ruang rahasia ini jika tidak sengaja menekan tombol kuncinya di bawah karpet. Aula yang awalnya dipenuhi oleh ribuan orang anggota Robber menjadi sedikit lenggang. Hampir 90 persen Risau mengalahkannya, tersisa tinggal beberapa saja. Mereka tidak berani menyerang, tenaga mereka habis, keringat membasahi tubuh.