Bagaimana pun, pertumpahan darah tidak bisa dijadikan jaminan bahwa masalah akan selesai. Selalu ada resiko dari sebuah dendam. Selalu! - Elma T Rizki - In Relationship.
"Waktu selalu bisa membantu kita menemukan sesuatu yang kita butuhkan, bukan hanya sekadar yang kita inginkan." - Iqbal A, untuk Citra.
Sepertinya sebuah hubungan selalu bisa menyeretmu dalam kesakitan. Entah itu kemarin, hari ini, atau juga besok. Pada intinya, sesuatu yang awalnya manis. Bukan jaminan bahwa akhirnya juga bahagia. - Elma T Rizki - In Relationship.
***
Ingat petuah ini? Sedewasa apa pun kamu, selamanya kamu hanya akan menjadi bayi bagi kedua orang tuamu. - Elma T Rizki - In Relationship. Terkadang, ada saat di mana kita perlu memaksakan hati untuk tetap kuat. Menerima kehilangan terbesar, kehilangan mereka yang sebenarnya ingin selalu kita lihat setiap harinya. - In Relationship. ***Hening menyelimuti ketiga orang di dalam bangunan tersebut. Dinah menelan kasar gumpalan di pangkal tenggorokannya susah payah. Hatinya bergemuruh cemas, apalagi melihat seringaian menyeramkan dari pria yang berdiri di hadapan Tristan di ujung sana. Terlebih, kedua laki-laki itu berbincang dalam bahasa asing. Dinah sama sekali tak mengerti.Sejujurnya, Dinah tak pernah belajar Bahasa Ibrani. Ia cukup kagum mengetahui Tr
"Mungkin memang benar, kuncinya adalah coba mengikuti alur yang baru saja. Supaya kita tak terkurung kecanggungan itu sendiri," - Yuna, untuk dirinya sendiri. ***Terhitung sudah hampir dua minggu Dinah berada di Palestina. Niat hari ini untuk pergi mengunjungi sebuah tempat dengan Tristan malah tak jadi. Karena Dinah berubah pikiran dan menolak pergi ketika melihat luka pria itu. Memang lebih baik jika keinginan itu ditunda dulu, setidaknya sampai Tristan sudah lebih baik.Tristan yang keras kepala bisa kalah dengan Dinah. Lebih tepatnya, Tristan menurut setelah mendengar perkataan Dinah. "Om itu bukan super hero. Berhenti buat terlihat baik-baik aja, padahal sebenarnya Om juga terluka!"Bagaimana bisa Tristan tidak menurut kalau seperti itu. Dinah marah, dan Tristan tidak mau membuat masalah lagi. Apa
"Banyak yang bilang, kasih sayang sebesar itu bisa mengakibatkan rasa sakit yang sama besarnya. Tidak peduli sepandai apa kita berhati-hati agar tidak sampai menyakiti. Pada kenyataannya, selalu ada celah yang tak pernah bisa dihindari." - Jafran, In Relationship. Mungkin benar, dalam sebuah kelompok. Kamu hanya perlu kejujuran, juga saling percaya agar semuanya berjalan sebaik yang kamu mau. - In Relationship. ***Jafran meletakkan cangkir kopi kosongnya. Ini masalah kebiasaan, Jafran terlalu mencintai kopi. Meskipun adiknya sudah berulang kali memperingati dirinya tentang bahaya mengonsumsi kopi terlalu banyak, tapi ia hanya mengiyakan. Tanpa ada niat untuk benar-benar melepaskan minuman beraroma tersebut.Saat ini, apa kiranya yang ia lakukan? Enta
"I know that I'm late to say sorry, but late is better then never. Right?" - Tristan, untuk Dinah. "Manusia yang jatuh cinta itu sama seperti anak kecil dan permainannya. Tahu betapa sakitnya ketika jatuh, tapi bodohnya mereka tetap menahan luka yang sama. Itu semua bukan tanpa alasan, mereka selalu punya alasan untuk bertahan pada sesuatu yang menyakitkan." Balasan dari Dinah, untuk Tristan. ***Winarti menatap buliran hujan yang jatuh membasahi Bumi dari balik jendela. Tangannya terangkat meraba benda bening itu, mencoba merasakan dingin yang tersalur dari luar tempat dirinya berdiri.Hujan di bulan Juli. Dingin menelisik, menggigit hingga ke tulang-tulang seolah tak ada artinya bagi wanita paruh baya tersebut. Ia tengah rindu, tapi tak tahu bagaima
"Sakit karena kehancuran sebuah hubungan itu, selalu berdampak buruk kepada yang mengalaminya. Jangankan yang berkali-kali, yang sekali saja bisa membuatmu kehilangan kewarasan. Saya lebih suka memulai hal baru, dengan orang baru. Kita bukan sedang ulangan, maka dari itu tak ada kata remedial dalam sebuah percintaan. Baik kamu, atau saya. Kita cuma punya dua pilihan. Memulai yang baru, atau tetap di sini dan merasakan sakit itu sampai akhir." - Dari Dinah, untuk Arga. Ketika kamu jatuh cinta, lantas menduakannya. Kamu harus memilih yang kedua, sebab jika benar kamu mencintai yang pertama. Maka cinta kedua tak akan pernah hadir sebagai luka. - In Relationship.***Malam ini ditemani miliaran bintang yang berkelipan di langit Gaza, Arga terduduk seorang diri sambil meren
Beberapa kali manik mata Dinah menatap tak tenang keluar jendela. Helaan napas penenang, seolah tak memberikan kesan apa pun bagi Dinah. Karena pada kenyataannya, Dinah masih sama. Masih risau, khawatir, juga takut dengan alasan tak tentu."Tenang, Din. Kamu dari tadi mondar-mandir terus. Enggak capek? Kakak aja liatnya pusing, loh," tegur Alya--kakak iparnya.Cukup bosan melihat apa yang Dinah lakukan sejak tadi.Wanita dewasa itu sibuk menyuapi gadis kecil, yang kini asik menikmati apel dalam gendongan ibunya. Menggigit di mana saja, asal bisa dirasa manis. Lucu dan sangat menggemaskan, itu jika saja Dinah tak sedang mengatur degupan jantungnya sendiri.Mengikuti saran kakak iparnya Dinah perlahan berangsur tenang. Setidaknya, ia tak berjalan hilir mudik di depan pintu kamar hotelnya, atau menatap resah keluar jendela.Tepat saat Dinah akan mendudukkan diri di samping Alya, seseorang jus
Seorang gadis mengembuskan napas kasar sambil menendang kecil kerikil di depannya. Semua hanya untuk mengurangi rasa bosan, sebab menunggu bukanlah hal yang menyenangkan. Sejak tadi yang ditunggu belum datang juga, membuat si gadis ingin beranjak saja jika tak ingat sudah terlanjur mengiyakan dan menyanggupi.Membosankan memang, tapi kalau berkaitan dengan makhluk yang satu itu. Sebisa mungkin rasa bosan dihempas jauh-jauh. Sebagian orang akan berkata, gadis ini terlalu memegang teguh janji sederhananya, tapi perlu diketahui. Ia bukan gadis yang suka menjilat perkataannya sendiri. Selagi masih bisa ditepati, maka akan ia lakukan."Dinah!" Seseorang menyerukan namanya dari jauh. Yup! Maidinah Hafidzah namanya. Salah satu siswi setingkat SMA, dan sekarang berada di jenjang kedua sebelum ia lulus dari instansi tersebut."Din, maaf lama," kata seorang remaja laki-laki dari arah belakang sambil mengatur napasnya supaya
Tristan terus menyeret gadis itu hingga ke area parkiran. Tatapan dari orang-orang yang berada di dalam mall yang memandang aneh ke arah mereka berdua, sama sekali tak mengusik atensi Tristan. Ia hanya berjalan dengan wajah datarnya."Ouch! Ikh ... Om, lepasin!" Dinah menyentak tangan Tristan kasar.Pegangannya terlepas, Dinah masih mengaduh kesakitan. Tepat di tempat Tristan mencengkramnya tadi sudah memerah. Gadis itu semakin meringis, cewek cantik kok malah diseret-seret kayak domba?"Om tuh apa-apaan, sih?! Sakit tahu, enggak, sih?!" bentak Dinah kesal."Enggak!" jawab Tristan cuek. Dinah menatap tak percaya pria di depannya ini.Dinah berjalan menjauh dari pria itu, "sinting!" umpatnya dengan suara yang masih dapat Tristan dengarkan.Tristan memutar malas bola matanya. "Ikut saya! Ada yang mau bertemu dengan kamu!" ajaknya."Enggak peduli!" bala
Beberapa kali manik mata Dinah menatap tak tenang keluar jendela. Helaan napas penenang, seolah tak memberikan kesan apa pun bagi Dinah. Karena pada kenyataannya, Dinah masih sama. Masih risau, khawatir, juga takut dengan alasan tak tentu."Tenang, Din. Kamu dari tadi mondar-mandir terus. Enggak capek? Kakak aja liatnya pusing, loh," tegur Alya--kakak iparnya.Cukup bosan melihat apa yang Dinah lakukan sejak tadi.Wanita dewasa itu sibuk menyuapi gadis kecil, yang kini asik menikmati apel dalam gendongan ibunya. Menggigit di mana saja, asal bisa dirasa manis. Lucu dan sangat menggemaskan, itu jika saja Dinah tak sedang mengatur degupan jantungnya sendiri.Mengikuti saran kakak iparnya Dinah perlahan berangsur tenang. Setidaknya, ia tak berjalan hilir mudik di depan pintu kamar hotelnya, atau menatap resah keluar jendela.Tepat saat Dinah akan mendudukkan diri di samping Alya, seseorang jus
"Sakit karena kehancuran sebuah hubungan itu, selalu berdampak buruk kepada yang mengalaminya. Jangankan yang berkali-kali, yang sekali saja bisa membuatmu kehilangan kewarasan. Saya lebih suka memulai hal baru, dengan orang baru. Kita bukan sedang ulangan, maka dari itu tak ada kata remedial dalam sebuah percintaan. Baik kamu, atau saya. Kita cuma punya dua pilihan. Memulai yang baru, atau tetap di sini dan merasakan sakit itu sampai akhir." - Dari Dinah, untuk Arga. Ketika kamu jatuh cinta, lantas menduakannya. Kamu harus memilih yang kedua, sebab jika benar kamu mencintai yang pertama. Maka cinta kedua tak akan pernah hadir sebagai luka. - In Relationship.***Malam ini ditemani miliaran bintang yang berkelipan di langit Gaza, Arga terduduk seorang diri sambil meren
"I know that I'm late to say sorry, but late is better then never. Right?" - Tristan, untuk Dinah. "Manusia yang jatuh cinta itu sama seperti anak kecil dan permainannya. Tahu betapa sakitnya ketika jatuh, tapi bodohnya mereka tetap menahan luka yang sama. Itu semua bukan tanpa alasan, mereka selalu punya alasan untuk bertahan pada sesuatu yang menyakitkan." Balasan dari Dinah, untuk Tristan. ***Winarti menatap buliran hujan yang jatuh membasahi Bumi dari balik jendela. Tangannya terangkat meraba benda bening itu, mencoba merasakan dingin yang tersalur dari luar tempat dirinya berdiri.Hujan di bulan Juli. Dingin menelisik, menggigit hingga ke tulang-tulang seolah tak ada artinya bagi wanita paruh baya tersebut. Ia tengah rindu, tapi tak tahu bagaima
"Banyak yang bilang, kasih sayang sebesar itu bisa mengakibatkan rasa sakit yang sama besarnya. Tidak peduli sepandai apa kita berhati-hati agar tidak sampai menyakiti. Pada kenyataannya, selalu ada celah yang tak pernah bisa dihindari." - Jafran, In Relationship. Mungkin benar, dalam sebuah kelompok. Kamu hanya perlu kejujuran, juga saling percaya agar semuanya berjalan sebaik yang kamu mau. - In Relationship. ***Jafran meletakkan cangkir kopi kosongnya. Ini masalah kebiasaan, Jafran terlalu mencintai kopi. Meskipun adiknya sudah berulang kali memperingati dirinya tentang bahaya mengonsumsi kopi terlalu banyak, tapi ia hanya mengiyakan. Tanpa ada niat untuk benar-benar melepaskan minuman beraroma tersebut.Saat ini, apa kiranya yang ia lakukan? Enta
"Mungkin memang benar, kuncinya adalah coba mengikuti alur yang baru saja. Supaya kita tak terkurung kecanggungan itu sendiri," - Yuna, untuk dirinya sendiri. ***Terhitung sudah hampir dua minggu Dinah berada di Palestina. Niat hari ini untuk pergi mengunjungi sebuah tempat dengan Tristan malah tak jadi. Karena Dinah berubah pikiran dan menolak pergi ketika melihat luka pria itu. Memang lebih baik jika keinginan itu ditunda dulu, setidaknya sampai Tristan sudah lebih baik.Tristan yang keras kepala bisa kalah dengan Dinah. Lebih tepatnya, Tristan menurut setelah mendengar perkataan Dinah. "Om itu bukan super hero. Berhenti buat terlihat baik-baik aja, padahal sebenarnya Om juga terluka!"Bagaimana bisa Tristan tidak menurut kalau seperti itu. Dinah marah, dan Tristan tidak mau membuat masalah lagi. Apa
Ingat petuah ini? Sedewasa apa pun kamu, selamanya kamu hanya akan menjadi bayi bagi kedua orang tuamu. - Elma T Rizki - In Relationship. Terkadang, ada saat di mana kita perlu memaksakan hati untuk tetap kuat. Menerima kehilangan terbesar, kehilangan mereka yang sebenarnya ingin selalu kita lihat setiap harinya. - In Relationship. ***Hening menyelimuti ketiga orang di dalam bangunan tersebut. Dinah menelan kasar gumpalan di pangkal tenggorokannya susah payah. Hatinya bergemuruh cemas, apalagi melihat seringaian menyeramkan dari pria yang berdiri di hadapan Tristan di ujung sana. Terlebih, kedua laki-laki itu berbincang dalam bahasa asing. Dinah sama sekali tak mengerti.Sejujurnya, Dinah tak pernah belajar Bahasa Ibrani. Ia cukup kagum mengetahui Tr
Bagaimana pun, pertumpahan darah tidak bisa dijadikan jaminan bahwa masalah akan selesai. Selalu ada resiko dari sebuah dendam. Selalu! - Elma T Rizki - In Relationship. "Waktu selalu bisa membantu kita menemukan sesuatu yang kita butuhkan, bukan hanya sekadar yang kita inginkan." - Iqbal A, untuk Citra. Sepertinya sebuah hubungan selalu bisa menyeretmu dalam kesakitan. Entah itu kemarin, hari ini, atau juga besok. Pada intinya, sesuatu yang awalnya manis. Bukan jaminan bahwa akhirnya juga bahagia. - Elma T Rizki - In Relationship. *** Sesuai apa yang diucapkannya tadi. Setelah mereka mengantar para relawan kembali ke markas, seluruh anggota tim yang dipimpin oleh Tristan k
"Semua orang selalu punya cara sendiri untuk memperlihatkan cintanya ke orang terkasih. Terkadang, orang menganggap itu adalah sebuah kebodohan, tapi enggak ada yang namanya kebodohan dalam cinta. Mereka melakukannya, karena mereka ingin dan mereka ikhlas." - Jifran, untuk Arsyana. Manusia dengan sifatnya yang tak pernah merasa puas, merasa berkuasa. Bahkan jika harus merebut yang bukan miliknya. Lucu sekali! - Elma T Rizki - In Relationship. Memang tidak sedekat antara Tuhan dengan hambanya. Orang-orang selalu yakin, bahwa hamba dan Tuhannya sedekat jantung dengan tulang rusuk, tapi seseorang yang kamu cintai. Mereka sebelumnya juga sempat terukir di bagian dalam hati, bukan? - In Relationship. ***
"Patah hati itu ngeselin, ya. Semakin ingin maju, sakitnya malah semakin memanggil dari suara masalalu." - Iqbal A, untuk Dinah. "Mungkin, Allah memberika rasa sakit ini, supaya aku bisa semakin dekat kepada Dia. Selama ini, aku sering lupa, bahwa aku hidup dengan pilar teguh yang bernama agama. Percuma juga sebenarnya, karena imanku tipis." - Maidinah Hafidzah, untuk dirinya sendiri. "Lucu, kenapa manusia selalu dibuat bingung dengan pilihanya sendiri?" - Arqian Argantara.~*~Seorang pria berlari pelan menyusuri taman komplek, tempat di mana ia akan menemui seseorang. Begitu kaki jenjangnya menapak sempurna di sana, maniknya mengedar ke sagala sisi, mencari sosok yang mungkin saja sudah pulang bermenit-menit yang lalu."Shit! Uda