Home / Romansa / Im Sorry Mama! / Bab 3 : Ancaman yang Menyakitkan!

Share

Bab 3 : Ancaman yang Menyakitkan!

Author: Marjani Jani
last update Last Updated: 2021-05-08 16:05:48

***

Seperti biasa, setiap pagi aku akan menyiapkan sarapan untuk keluargaku. Menyiapkan pakaian dan semua kebutuhan mereka. 

Aku tak tahu, apa yang kulakukan itu cukup atau tidak bagi mereka. Tapi yang penting aku tetap berusaha memenuhi tangung jawabku sebagai istri dan seorang ibu.

Memang beberapa hal yang terjadi tadi malam sungguh membuat perasaanku kacau. Mood pagiku benar-benar buruk karena hal itu.

"Sayang? Kok melamun?"aku terperanjat saat mendengar suara dan seseorang yang menepuk bahuku.

Aku tersadar bahwa nasi goreng yang aku masak hampir saja gosong karena terlalu banyak melamun.

"Kamu, kenapa?"aku menoleh ke kiri. Ya, aku menemukan suamiku mas Yusuf yang bertanya dengan suara lembut padaku. Apa dia sama sekali tidak memiliki perasaan bersalah karena menutupi sesuatu hal yang besar dariku.

"Tidak ada apa-apa."jawabku singkat. Dan mengangkat nasi goreng lalu menyajikannya di meja. Aku melongos melewati mas Yusuf begitu saja. Ntahlah melihat dirinya hatiku sedikit terluka.

Mungkin aku hanya harus menunggu luka hati terluka lebih lebar. Jika suatu saat aku di campakan dari keluarga ini.

"Alya.., sarapan nya sayang!" setengah berteriak aku memanggil putriku.

Tak lama suara pintu kamarnya terdengar, dan kulihat dia menuruni tangga. "Pagi Mama!"ucapnya ceria. 

Ya, persis sekali. Sifat putriku menurun dari suamiku. Tapi kenapa harus ada dua sifat yang tak baik, terus menyakiti hatiku dan mereka sama sekali tak merasa bersalah.

"Sayang, pakaikan dasinya?"aku menoleh dan terkejut saat melihat suamiku sudah berdiri di sampingku.

Dia tersenyum sambil memengang dasi di tangan kanannya. Kebiasaannya sejak 3 tahun yang lalu dia selalu memintaku memakaikannya dasi.

Yang bisa aku lakukan hanya menurut dan membantunya. Aku memakaikan dasinya. Namun dalam hati aku merasa, "Mungkin suatu saat akan datang wanita lain yang membantumu, mas. Dan kamu tak akan lagi membutuhkan aku."batinku lirih. Kesedihan memang menguasai hatiku saat ini.

Aku merasa hari ini aku akan mengalami kejadian yang sangat buruk dalam hidupku.Aku tak tahu apa itu. Yang pasti aku hanya bisa berdoa kepada sang kuasa, semoga apapun ujian yang dia berikan padaku dia juga memberikan aku kekuatan lebih untuk menghadapi semua ini.

Suami dan Putriku sedang menikmati makanan yang aku masak. Seperti  biasa mereka memakannya dengan lahap. Sedang aku? Yang bisa aku lakukan hanya melamun menatap mereka dalam diam. Menikmati setiap momen hangat bersama mereka. Lagi-lagi perasaanku gelisah.

"Sayang, mas berangkat dulu ya."tanpa kusadari mereka sudah selesai menyantap makanan mereka dengan lahap.

Aku tersenyum dan hanya diam tanpa mengatakan apapun. "Mama, Alya sekolah dulu ya."pamit Alya dengan senyum polosnya. Aku tak menyangka jika anak sepolos Alya bisa melontarkan pertanyaan seperti itu.

Aku yakin pasti ada hal yang telah memperngaruhi pikirannya. Itu past! Tapi aku tidak tahu, siapa dan mengapa mereka mempengaruhi pikiran putri kecilku.

Aliya mengulurkan tangannya mencoba mengapai tanganku dan mengecupnya. Aku berjongkok dan mengusap kepalanya, mencium pipi cabinya.

"Belajar yang rajin, sayang."ucapku membuat Alya tersenyum ceria. "Siyap, mama!"

"Alya, kamu ke mobil duluan. Papa mau ngomong sama mama dulu, ya."tiba-tiba mas Yusuf meminta Alya keluar lebih dulu. Aku tak menyadari jika mas Yusuf terus memperhatikanku dengan mata indahnya.

"Oke, Pa!"Alya berlari kecil keluar dari rumah. Mataku dan Mas Yusuf bersitatap sejenak.

Aku lebih dulu memutuskan pandangan itu. 

Ntah mengapa melihat matanya aku menjadi semakin sakit. Terlebih ternyata aku mengetahui dia bertelepon mesra dengan seorang perempuan yang tidak aku ketahui.

Aku ingin beranjak pergi membersihkan meja makan namun, aku merasakan tangan Mas Yusuf menahan ku. "Kamu kenapa? Dari tadi aku memperhatikanmu dan kamu selalu melamun? 

Dia menariku pelan hingga kami jadi berhadapan. Kepalaku tertunduk tak berani menatapnya. "Ada masalah, hmm...?" tanyanya.

Aku hanya menggeleng kepala. "Enggak."jawabku singkat.

Tangan Mas Yusuf kini berpindah menangkup pipiku dengan kedua tangannya. Membuatku mendongak dan mau tak mau menatapnya. "Kalau ada masalah cerita sama, mas? Kamu istriku, apapun masalah yang kamu hadapi aku pasti siap membantu."ucapnya.

Hatiku sakit mendengar itu. Istri? Masalah? bukankah dia yang menyembunyikan sebuah hal besar dariku. Aku menatapnya dan berkata, "Mas, apa kamu tidak merasa menyembunyikan sesuatu dariku?"

Dia terdiam, bisa dengan jelas aku lihat raut wajahnya berubah tegang. Ahh... kenapa aku menanyakannya. Sudah jelas jawabannya akan menyakiti hatiku. Memang wanita itu mahkluk yang bodoh. Dia akan mempertanyakan hal yang pasti menyakiti hatinya hanya untuk mencari sebuah kepastian.

"Apa maksudmu? ak-aku tidak menyembunyikan apapun."dia tergagap pertanda Mas Yusuf gugup karena jelas dia menyembunyikan sesuatu.

"Sudahlah, lupakan saja."ucapku mencium tanganya dan beranjak pergi ke mencuci piring. Berlama-lama dengannya saat ini membuat hatiku sesak.

"Aku pamit. Assalamualaiku."katanya terdengar pelan seperti gumaman lirih.

"Waalaikumsalam."

****

Siang harinya aku berniat menjemput Alya ke sekolahnya. Jadwal praktekku yang sudah habis membuatku bisa pulang lebih awal karena pasien tak terlalu banyak.

Aku memarkikan mobilku di halaman sekolah nya yang cukup luas. Ingin keluar dari mobil, akhh...aku lupa melepas seragam dokterku. Setelah melepas jas putih khas dokter itu, aku keluar dan memasuki sekolah Alya.

Mataku pergi berkeliling menatap seolah elit, megah itu. Aku tak menyangka anakku akan bersekolah di tempat mewah ini.

Semua bukan mauku tapi mau keluarga besar Mas Yusuf.

Mereka bilang keluarga dari marga 'Khaidar' tak boleh sekolah di tempat biasa karena akan mencoreng nama baik keluarga mereka yang terkenal. Aku sama sekali tak peduli semua itu, apa sih arti sebuah nama. Toh, gelar tertinggi adalah Alm.

"MAMA?!"aku mendengar suara teriakan putriku. Aku menoleh ke belakang dan terlihat Alya yang berlari ke arahku dengan tasnya yang terhentak karena berlari.

"Sayang?" aku berjongkok dan langsung memeluknya.

"Mama di sini juga? Papa juga jempu Alya." katanya membuat ku mengernyit. Mas Yusuf di sini? Memang sih aku tak bertanya lebih dulu apakah dia menjemput Alya atau tidak. Tapi tak kusangka dia juga ada di sini.

"Di mana papa, sayang?"tanya ku melirik sekitar dan tak kutemukan Mas Yusuf.

"Hmmm.. Papa sama bunda!" deg, bunda? Nafasku tercekat mendengar panggilan itu. Aku meneguk salivaku gugup.. Tiba-tiba perasaan sesak mengahantam hatiku.

Aku berusaha positiv mungkiin itu gurunya. Bukan nya hal biasa seorang guru di panggil bunda. "Bunda?" Alya mengagguk.

"Iya, bunda. Guru Alya, yang bakalan jadi bunda Alya. Namanya bunda Syifa, dia bisa kasih Alya adik, maa!"Lututku lemas, kepalaku terasa pusing. 

Nafasku berubah cepat tak beraturan.

"Ya Allah, ujian ini kah yang kau berikan padaku."batinku lirih.

Air mataku mulai tergenang. Terlebih melihat wajah polos putriku yang tersenyum dengan gembira setelah mengatakan hal itu. Tidak tahu kah dia, jika ucapanya itu membuat hancur hati mamanya.

"Ma-mana orangnya?" tanyaku dengan suara bergetar. Sungguh aku ingin menangis, tapi tak boleh. Aku tak boleh menujukan air mataku pada orang lain.

Cukup hanya aku dan Tuhan yang tahu.

"Di sana. Di taman belakang sekolah."tujuk Alya ke belakang kelasnya. Aku tersenyum masam, "Bawa mama kesana, ya?"pintaku padanya.

"Okey!"serunya semangat. Membuatku bertambah sakit.

Alya mengengam tanganku dengan tangan mungilnya, dia menariku ke belakang sekolahnya. Aku hanya bisa menatap sendu tubuh Alya yang berjalan mengiringku. "Nak, kamu beneran mengingkan gurumu menjadi bundamu?"tanyaku sekali lagi.

Alya berkata sambil tetap berjalan, "Iya, maa. Alya ingin seorang adik. Adik yang lucu yang bisa menemani Alya main. Bunda Syifa bisa kasih Alya adik kalau nikah sama papa,kan?"aku diam tak menjawab. Setetes air mata mengalir begitu saja.

drrrttt...

drrrrtttt...

Kurasakan ponselku bergetar dari saku gamis ku. Aku menahan tangan Alya membuatnya berhenti sejenak. Mengambil ponsel dan membuka pesan itu.

Jantungku berdetak sangat kencang membaca pesan itu. Seolah pukulan bertubi-tubi mengahantam hatiku tanpa ampun dan belas kasihan.

Kenapa takdir mempermainkanku begitu kejam. Pesan ini sangat menyakitkan ingin rasanya aku menyerah saja.

Privat Number

Jika kamu tidak bisa membuat Yusuf bahagia, maka biarkan dia bahagia dengan wanita lain. Jangan menghalanginya atau kamu akan tahu akibatnya.

***

#Besambung

Related chapters

  • Im Sorry Mama!    Bab 4 : Keputusan yang Menyakitkan!

    “Mas?” dua orang yang sedang bercengkrama ria terlonjak mendengar panggilanku. Mataku terasa perih melihat pemandangan yang sangat menyatat hati.“Zara?”panggilnya dengan wajah terkejut dan telihat ketegangan dari nya. Yang bisa aku lakukan hanyalah tersenyum. Walau senyuman itu hanya senyum palsu karena Alya masih ada di sampingku.Mataku kini tertuju pada wanita berkerudung biru yang berdiri di samping mas Yusuf. Aku yakin wanita itu tahu jika mas Yusuf sudah menikah dan Alya adalah putrinya. Tapi, kenapa wanita itu begitu dekat dengan suamiku?“Papa,Alya bawa mama ketemu bunda!”jleb. Nak, tak bisakah kamu membuat mamamu bernafas sebentar. Kenapa kamu malah menambah luka menjadi lebih dalam.“Alya!”Mas Yusuf berseru keras pada Alya membuat putri kecilku ingin menangis.Apa dia sedang berusaha menutupi perselingkuhannya yang jelas-jelas sudah aku ketahui. Dia menjadikan Alya pelampiasan agar aku tak mencurigainya. Tapi semua sudah terlalu terlambat.“Mas?!”tegurku berusaha mengontrol

    Last Updated : 2021-05-08
  • Im Sorry Mama!    Bab 5: Kemarahan dan Keputusan!

    Semua orang terdiam dengan jawabanku.Kenapa? Apa mereka berpikir bahwa aku akan memilih menyerah dan mereka bisa memisahkan aku dengan putriku. Tentu saja aku tidak bisa seperti itu. Jika mereka ingin memisahkan aku dengan suamiku maka mungkin aku masih bisa bertahan. Namun, jika itu Alya maka aku tidak bisa. Dia adalah belahan jiwaku, dia adalah hidupku, dia adalah nafas dan cintaku. Walau mungkin dia tak menganggap aku sepenting itu. Tapi apalah daya bahwa aku hanya seorang ibu.“Ikut aku, kita harus bicara?!”sentak Mas Yusuf tiba-tiba menarik tanganku keras dan membawa ku ke kamar kami yang berada di lantai atas.Aku hanya diam dan mengikut di belakangnya. Celakan yang begitu keras pada tanganku sedikit bisa kurasakan perihnya. Namun perih di hati lebih mendominasi perasaanku saat ini.Mas Yusuf membuka pintu kamar, lalu dia menariku dengan hentakan keras hingga aku sedikit limbung dibuatnya. Dia menutup pintu dengan sangat keras hingga menimbulkan dentuman keras yang menggema di

    Last Updated : 2021-05-08
  • Im Sorry Mama!    Bab 6 : Sebelum Ijab Qobul!

    Tak pernah terbayang, hari dan waktu yang menyakitkan seperti ini akan terjadi dalam hidupku. Penghianatan, keterpaksaan,kepalsuan, keikhlasan dan kesabaranku benar-benar telah di uji dalam satu masalah. 1 minggu telah berlalu kini adalah hari yang aku yakin wanita lain tak akan pernah menginginkannya. Hari dimana suami yang aku cintai akan mengucap ijab qobul dan janji suci untuk menikahi wanita lain.Jangan tanya apa hatiku terluka? Karena sungguh pertanyaan itu hanya membuat sebuah pisau belati menusuk lebih dalam, mengoyak dan membelah hatiku yang sudah berantakan. Memang tak banyak orang yang datang di pernikahan mereka. Hanya para keluarga Mas Yusuf dan Syifa yang hadir. Selebihnya adalah para tokoh agama dan juga penghulu dan para saksi pernikahan mereka.Rumahku, rumah kami, kini akan menjadi rumah kita. Kita bertiga bersama dengan seorang wanita baru yang ternyata ikut tinggal bersama kami. Aku tak menyangka ternyata merutuaku itu begitu kejamnya padaku.Tak cukup baginya un

    Last Updated : 2021-05-08
  • Im Sorry Mama!    Bab 7 : Hari Pernikahan dan Penyesalan

    Alya sang putri kecil sedang berdandan dengan bahagia di dalam kamarnya di bantu oleh sang nenek. “Alya seneng kan, punya mama baru?”tanya Erna mertua Zara yang sangat picik dan jahat dengan segala tipu muslihatnya.“Senang dong, nek! Nanti Alya bisa punya adik kan?”dia bertanya dengan begitu polosnya. Tanpa mengetahui apa makna semua itu. Yang dia tahu hanya yang di katakan oleh sang nenek.“Benar sayang. Bunda Syifa bisa kasih kamu adik. Tidak seperti mama kamu yang enggak bisa kasih adik.”sinisnya. Namun anak malang itu sama sekali tidak menyadari hal itu.Dia hanya bisa beriang gembira. Melompat-lompat dengan sangat senang seolah itu semua adalah kebahagiaan semua orang dan dia juga tidak menyadari bahwa semua orang itu tidaklah termasuk mamanya.Erna memasangkan kerudung kecil Alya. Dengan duduk beralaskan lantai marmer Erna mengangkat tubuh kecil Alya dan mendudukannya kedalam pangkuannya. “Alya mau denger nenek, kan?”Alya menatap neneknya dan mengangguk semangat. “Mau, nek!”se

    Last Updated : 2021-05-08
  • Im Sorry Mama!    Bab 8 : Malam yang menyakitkan!

    ***Cahaya bulan terilhat meredup di langit malam. Seolah dia sepakat dengan hati yang sedang terluka. Menemaninya yang meredup dengan sedikit cahaya hati sinar bahagia dan tak bahagia. Semilir angin malam menyayat kulit halusnya yang tertutup cardigan tipis.“Huhhhfftt...” hembusan nafas panjang dia keluarkan. Berusaha sedikit meringankan beban di hatinya. Malam ini adalah malam pengantin suaminya dengan sang madu. Mereka yang dibayangkan sedang memadu kasih di malam pertamanya sedang di sini dia sedang berpelukan dengan angin dingin malam yang menghantarkan udara menyesakan juga rasa kesepian pada hatinya.“Aku, hanya bisa berharap kalian berbahagia dan segera memiliki keturunan.”ucap Zara lirih, memejamkan matanya dan kembali air mata itu mengalir tanpa dia minta.Kesedihan ternyata tak hanya membuat air matanya mengering tapi tengorokannya juga ikut mengering. Dia mengambil teko air yang ada di meja rias nya, teko itu sudah kosong dan harus kembali di isi.Zara terdiam,bibirnya ki

    Last Updated : 2021-05-27
  • Im Sorry Mama!    BAB 9 : Tak menyerah hanya berjarak!

    Saat sudah berada di lantai atas dia melewati kamar dia dan Yusuf dulunya. Tanpa melihat dan menoleh. Namun sekejap dia mendengar suara pintu terbuka.Lalu dia hanya merasakan seseorang dengan gesit menarik tanganya kedalam kamar lalu seseorang itu langsung mengunci pintu.Zara tersentak, “Apa yang kamu lakukan, mas!”sentak Zara heran dengan nada tak suka. Namun berusaha dia untuk menenagkan diri. Mencoba menarik nafas dalam dan menghembuskanya perlahan.“Apa yang kamu inginkan?”tanya Zara melembutkan suaranya. Yusuf bungkam dengan kepala tertunduk namun dia masih berdiri menghalang pintu yang sudah tertutup. “Mas? Ada apa?”“Ak-aku...,”Zara mengernyit mendengar suara Yusuf yang terbata gugup. Dia memjamkan mata berusaha mengontrol hatinya.Jika dulu ketika Yusuf bersikap seperti itu padanya maka Zara akan langsung memeluk dan mengodanya. Karena dia selalu merasa gemas dengan sifat Yusuf yang terkadang gugup saat bersama dengannya.Namun, semuanya kini telah berbeda. Yang dia rasakan

    Last Updated : 2021-05-27
  • Im Sorry Mama!    Bab 10 : Mulut Berbisa!

    YUSUF PoV Pagiku terasa kacau. Pertama kalinya dalam hidup aku merasa teramat bersalah membuat hari dan kehidupan yang dulu begitu bahagia dan ceria kini berubah menjadi terasa hampa.Zara mulai kurasakan berubah, tak bisa lagi kulihat senyumnya yang benar-benar seperti orang bahagia. Dia hanya memaksakan tersenyum untuk menutup luka di hatinya.Aku sudah menjadi suami yang egois dan jahad. Namun, bodohnya aku menyadari semua kesalahan ini setelah semua hal ini terjadi.Jika saja,waktu bisa di putar ulang kembali maka seumur hidup aku tak akan pernah melakukan hal ini. Suasana hatiku kacau,dan tak ada rasa bahagia dalam hatiku. Menjadikan Syifa seorang istri itu bukan keinginanku.Semua karena Mama. Desakannya dan segala macam tuduhannya pada Zara yang terus menerus dia katakan padaku. Membuatku lelah dan terjebak dalam permainannya. Tapi, lagi-lagi aku menyadari tak semua salah mama. Seperti halnya yang Zara katakan.Seorang suamilah yang memegang kunci dalam pernikahan. Jika suami m

    Last Updated : 2021-05-27
  • Im Sorry Mama!    Bab 11: Rasa sakit dari cemburu!

    ***Menjelang siang, tepat pukul 12.30 Zara menelepon Yusuf suaminya, dan tak butuh waktu lama Yusuf langsung menjawab panggilan Zara.“Assalamualaikum,Sayang.”sapa Yusuf dengan manja.Ah, sayang? Ntah kenapa Zara merasa kesal dengan pangillan itu. Kenapa pria selalu punya berbagai tipu muslihat dan mulut yang berbisa dengan kata-kata manisnya. Walaupun sudah ada banyak penghianatan yang juga mulutnya ucapkan.Zara hanya menjawab seadanya saja. “Waalaikumsalam,mas. Hari ini aku saja yang menjemput Alya dan....Syifa.”terasa kelu lidahnya mengucapkan nama madunya. Yusuf terdiam membatu dengan ucapan Zara.“Ka-kamu yakin?”“Iya, tidak apa-apa. lagi pula, bukan hanya rumah kita saja yang muat untuk satu orang lagi. Mobilku juga cukup luas untuk menampung satu penumpang lagi,kan.”ucap Zara seolah sebuah sentilan yang tepat mengenai relung hati Yusuf yang terdalam. “Yasudah, terserah kamu aja. Kebetulan mas hari ini pulang lebih sore.”“Yasudah. Assalamualaikum.”“Tung...,” tut...tutt pangg

    Last Updated : 2021-05-27

Latest chapter

  • Im Sorry Mama!    Bab 32 : Pria Misterius?

    "Kenapa?" Tanya Amar saat melihat raut kebingungan di wajah Zara. Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri melihat ke luar jendela. "Kamu nyari apa sih, Za?" Ulang Amar heran."Nggak, tadi kayak ada yang manggil aku deh. Tapi di luar orang-orang udah pada bubar," gumam Zara."Perasaan kamu aja kali. Yang penting temen kamu yang namanya Rose itu sudah ketemukan?"Zara mengangguk singkat. "Sudah sih,""Sekarang kamu mau ke mana? Mau langsung pulang atau ke suatu tempat?" "Hmmm, enaknya kemana ya. Males banget kalau langsung pulang. Masih siang juga," "Ke supermarket? Ke Mekdi?" Saran Amar.Zara mengangguk setuju. "Boleh deh, ke mall aja. Sekalian belanja, kebetulan tadi bibi titip bahan belanjaan yang udah habis,""Oke deh!" Amar memutar kemudinya ke arah yang berbeda menuju mall yang akan mereka datangi. "Oh, iya ngomong-ngomong. Selama kamu di Indonesia, kebutuhan dan biaya mansion di sini siapa yang tanggung?" Tanya Amar."Aku, cuman pakai rekening yang berbeda. Rekening yang atas nama

  • Im Sorry Mama!    Bab 31 : Jangan lakukan apapun!

    Kening Amar mengeryit melihat wajah Zara yang terlihat kebingungan. "Zara, ada apa?" panggil Amar lagi sedikit menaikan suaranya membuat Zara tersadar dari lamunannya."A-Amar, A-aku...ti.."Amar berdecak kesal melihat Zara terbata, "Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti! Apa kau habis dapat pesan dari malaikat maut huh?"degus Amar."Aku tidak tahu harus meresepon bagaimana..."ucapan Zara membuat Amar memandangnya serius."Apakah ini masalah serius?"Zara tak menjawab perkataan Amar. Dia hanya mengulurkan ponselnya pada Amar.Amar mengambil ponsel Zara dengan rasa penasaran. Dia membuka pesan yang baru Zara baca. Membacanya begitu serius hingga...Pffttt...."BAHHAHAHAHAHAHAHHAHA...APA INI?! HAHAHHAHAHA....MAM*US" tawa Amar pecah dengan umpatan di akhirnya. Wajahnya terlihat berseri bahagia."Amar, kau ini! Kenapa kau tertawa!"pekik Zara kesal menampol tangan Amar kesal."Buahahhaha... Maaf...maaf. Ini sangat lucu Zara.""Lucu bagaimana? Bagaimana kabar duka kau anggap lucu!"ketus Zar

  • Im Sorry Mama!    Bab 30 : Kebodohan Syifa

    Tak lama setelah itu dua betina yang di tunggu akhirnya pulang dengan banyak kantung belanjaan. Yusuf hanya acuh melihat mereka masuk dan meletakan banyak paper back di atas meja makan. Pria itu yang kini sudah berganti pakaian dengan kaos rumahan. Memeriksa satu persatu bungkusan itu.“Mas, Alya kemana? Aku membelikanya banyak boneka.” Suara Syifa terdengar manja yang di buat-buat membuat Yusuf kesal hingga tak sadar mengepalkan tanganya. "Apa pedulimu? Kalian berdua hanya senang menghamburkan uang saja!" sinis Yusuf.Matanya menangkap satu bungkusan ganji di atas meja. Tangannya menggapai itu. "Apa ini?" tanya Yusuf menuntut."It-itu makanan kesukanku, mas." jawab Syifa gugup memilin ujung jilbabnya.“Bukankah kau punya riwayat alergi kacang?! Lalu kenapa kau tetap membelinya!” geram Yusuf tertahan."Cukup…Cukup! Menyebalkan harus mendengar kalian tiap hari bertengkar. " sinis Erna berlalu pergi meninggalkan dua manusia yang masih terus berseteru.Erna pergi menuju kamarnya dengan m

  • Im Sorry Mama!    Bab 29 : Berusaha Kuat!

    Kota London...."Ada apa denganmu, Zara?"Wanita yang di panggil itu terlonjak kaget akan sebuah suara dari belakangnya. Ponselnya nyaris saja jatuh karena pangilaan mendadak itu.Zara berbalik dan menatap orang itu. Dia hanya memandanya dalam diam dan tak sadar kembali melamun."Zara!"panggil orang itu kedua kalinya dengan setengah berteriak. "Apa pria brengsek itu meneleponmu lagi?""A-Amar, aku..."Zara mendadak gugup dan bingung harus berkata apa pada Amar.Amar berdecak kesal melihat Zara seperti itu. "Ckk, benar - benar laki-laki tidak tahu diri!""Kalau kamu selalu menjawab panggilan darinya, dia akan selalu menganggap kamu lemah dan mudah di takhlukan!"kesal Amar mulai mengomeli Zara. Sedang Zara seperti anak kecil yang hanya bisa menunduk menatap lantai ketika di marahi.Tunggu! Tiba-tiba Amar menghentikan omelnya. Tersadar akan di mana posisi mereka berdua. "Astaga, bagaimana aku bisa berdua saja dengan Zara di kamarnya!" rutuk Amar dalam hatinya.Sedikit berdehem, sembari

  • Im Sorry Mama!    Bab 28 : Maaf Papa!

    ***Selama dalam perjalanan Alya terus diam dengan wajah yang di tekuk lesu. "Kenapa? Tidak senang berangkat sama papa?""Seneng kok." jawabnya singkat. Sembari fokus menyetir Yusuf terus bertanya pada Alya. Hanya saja dia ingin bertanya hal yang sangat penting pada Alya."Kalau seneng kenapa murung terus, hmmm?"Alya menggeleng, enggan menjawab. "Papa perhatikan 3 hari ini kamu banyak diam dan murung. Ada apa sayang? Cerita sama papa."bujuk Yusuf dengan satu tanganya mengelus lembut kepala Alya yang tetutup jilbab.“Hmm, Papa…”“Iya?"Alya meremas roknya gugup, "Mama, kapan pulang?"Ckiittt....Mendadak Yusuf menginjak rem sangkit terkejutnya mendengar pertanyaan Alya. Beruntung jalanan sedang sunyi, kalau tidak ntah bahaya apa yang akan terjadi.Secepat kilat dia menatap Alya, "Kamu tanya apa tadi?" tanyanya dengan menuntut.Alya menoleh ke arah Yusuf yang kini sedang menunggu kelanjutan ucapan Alya. Putri kecil itu mengerjab dengan polos, lalu berkata. "Apa mama tidak akan pulang ke

  • Im Sorry Mama!    Bab 27 : Dukungan?

    ***Seorang pria kini duduk termenung di kursi kerjanya. Tangannya mengetuk-ngetukan pena ke meja. Mata pria itu terpejam dengan jejak air mata yang mengering.Kesepian dan rasa rindu menyiksa dirinya. Dia terus memikirkan, apa yang harus dia lakukan untuk membuat wanita itu kembali.Brakkk...Pintu ruang kerjanya di buka dengan kasar oleh seseorang. Mata Yusuf terbuka mendengar suara itu. Secepat kilat dia tak tahu apapun namun kini ada seseorang yang menarik kemeja.Menatap dirinnya dengan marah. “Katakan padaku! Kemana Istrimu membawa istriku?!” Dia adalah Bram suami dari Ayu. Pria itu juga sama halnya dengan Yusuf. Dia merasa frutrasi saat tak menemukan Ayu di rumah maupun di restorannya. Dia juga begitu terkejut saaf melihat ada orang lain yang mengantikan posisi istrinya di restoran. Para pegawai Ayu juga mengatakan bahwa Ayu izin untuk tidak datang untuk waktu yang tak bisa di pastikan.Bram juga sama menyesalnya dengan Yusuf. Kedua pria itu kini menyadari kebodohan diri merek

  • Im Sorry Mama!    BAB 26 : Perseteruan suami-istri

    "Dari dulu kamu tahu kalau aku tidak bisa membenci siapapun. Aku bisa marah juga kesal. Tapi aku lebih memilih menjauh dari pada perlahan tumbuh rasa benci di hati. Sungguh penyakit hati seperti itu, aku tidak ingin memilikinya."Zara tersenyum masam. "Aku mengabarinya karena status kami masih terikat dengan suci. Pernikahan bukanlah sebuah permainan. Jika dia yang menghianati pernikahan ini. Itu bukan salahku, dan bukan hakku untuk membencinya.""Artinya kamu masih mencintainya?"desak Amar tak sabbar dengan jawaban dari Zara.Zara menatap Amar dengan pandangan yang sulit di tebak. Amar tergugu di pandang begitu oleh Zara."Aku rasa kamu masih mencitainya. Mungkin, ntahlah!" Amar menggaruk tengguknya. Merasa bingung sendiri."Aku rasa cintaku sudah hilang untuknya. Waktu itu masih tersisa sedikit saat dia menikahi Syifa. Tapi ketika dia membentaku pagi itu karena kesalahan yang tidak aku buat. Saat itu cintaku sudah hilang untuknya."Amar mengernyit merasa tak yakin dengan yang dia den

  • Im Sorry Mama!    Bab 25 : Dia kembali!

    Author PoVJakarta ***Pagi ini menjadi kedua kalinya Yusuf harus bekerja tanpa memakai dasi kantornya. Selain Zara, dia tak bisa membiarkan siapapun memakaikan dasi padanya.Yusuf berjalan dengan lesu sambil mengancing ujung lengan bajunya. Melihat pantulan diri di cermin. Jelas terasa bahwa saat ini dia tidak selengkap dulu.Hufftt...Lagi dan lagi pria itu menghembuskan nafas kasar melihat wajahnya sendiri kini terasa menjengkelkan. Pintu kamarnya di ketuk dari luar. Kemudian terdengar suara Syifa memanggilnya. "Mas, sarapannya sudah siap."Yusuf dia tak menjawab. Bibirnya ingin menjawab namun tertahan oleh rasa ragu dalam hatinya."Mass...! Baiklah, jika sudah selesai langsung turun kebawah, ya!"ujar Syifa setengah berteriak. Kemudian terdengar langkah kaki wanita itu yang kian menjauh.Dia sudah pergi...! Yusuf sungguh sangat enggan untuk pergi bekerja. Menghadapi persoalan rumah tangganya sudah sangat memusingkan kepala. Apalagi di tambah dengan pekerjaannya di kantor. Dia han

  • Im Sorry Mama!    Bab 24 : Kemarahan Tuan Khaidar

    Singgapura...Di sebuah ruangan dengan nuansa coklat, serta beberapa tumpukan berkas yang berserakan di meja. Seorang lelaki paruh baya dengan kacamata yang melekat di wajahnya. Lelaki itu duduk bersandar di kursi kerjanya. Memejamkan mata dan memikirkan segala hal yang saat ini menganggu hatinya.Suara ketukan pintu membuatnya bersuara."Masuk!" ucapnya dengan suara berat. Seseorang pria dengan jas hitam yang formal sebagai asistenya datang menghadapnya."Ada apa Jhon? Ada berita apa dari sana?"tanya lelaki tua itu."Ma-maaf tuan. Saya baru mendengar kabar kalau ada sebuah insiden kecil di rumah itu.""Insiden apa? Katakan saja dengan jelas!" lelaki tua itu menegakakan duduknya. Menatap dengan serius Jhon asistenya."Hmmm, kabarnya Nona Syifa saat ini sedang mengandung. Lalu, pagi ini juga terdengar kabar bahwa dia jatuh dari tangga. Dengan tuduhan bahwa Nyona muda Zara yang mendorongnya. Lalu..."Jhon mengantung ucapnya. Melihat reaksi tuannya yang sudah mengepalkan tangan."Lalu ap

DMCA.com Protection Status