Home / Romansa / Im Sorry Mama! / Bab 8 : Malam yang menyakitkan!

Share

Bab 8 : Malam yang menyakitkan!

Author: Marjani Jani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

***

Cahaya bulan terilhat meredup di langit malam. Seolah dia sepakat dengan hati yang sedang terluka. Menemaninya yang meredup dengan sedikit cahaya hati sinar bahagia dan tak bahagia. Semilir angin malam menyayat kulit halusnya yang tertutup cardigan tipis.

“Huhhhfftt...” hembusan nafas panjang dia keluarkan. Berusaha sedikit meringankan beban di hatinya.

Malam ini adalah malam pengantin suaminya dengan sang madu. Mereka yang dibayangkan sedang memadu kasih di malam pertamanya sedang di sini dia sedang berpelukan dengan angin dingin malam yang menghantarkan udara menyesakan juga rasa kesepian pada hatinya.

“Aku, hanya bisa berharap kalian berbahagia dan segera memiliki keturunan.”ucap Zara lirih, memejamkan matanya dan kembali air mata itu mengalir tanpa dia minta.

Kesedihan ternyata tak hanya membuat air matanya mengering tapi tengorokannya juga ikut mengering. Dia mengambil teko air yang ada di meja rias nya, teko itu sudah kosong dan harus kembali di isi.

Zara terdiam,bibirnya kini bungkam sedang pikiranya berkenala jauh ntah kemana. Tak tahu apa yang dia pikirkan, kakinya melangkah keluar dari kamar. Menuruni tangga dengan gelas kosong yang di gengamnya.

Saat anak tangga terakhir dan kakinya menginjak lantai yang tiba-tiba dinginya lantai merambat keseluruh tubuhnya. Sebuah suara yang terdengar sayup namun cukup untuk membuat hatinya semakin merasa sangat sesak dan membuatnya kian terpuruk.

Dia ingin terus melangkah dan menjauh, namun sayang hatinya menolak dan mengikuti arah suara itu. Kakinya terpaku dan berhenti di depan sebuah pintu. Kepalanya tertunduk, matanya kini mulai berkabut dan basah oleh air mata.

Tangan kananya dengan sangat bergetar menyentuh ukiran yang ada di pintu itu. Bertambah dengan jelas apa yang tadi dia dengar sayup. Kini terdengar sangat jelas menyayat hati dan memecahkan gendang telinganya.

Desahan, erangan, juga alunan suara yang penuh dengan kenikmatan sangat jelas dia dengar.

“Ya...Allah!”teriaknya pilu terduduk lemas di lantai dengan bibir bergetar dan tubuhnya yang sangat bergetar. Tak akan pernah sanggup dia menerima kenyataan yang begitu menyakitkan ini.

“Apa salahku, hiks.. apa salahku Ya Allah.”dia menutup mulutnya yang bergetar. Gelas itu terjatuh pelan dari gengamanya.

Zara menutup wajanya dengan kedua telapak tanganya. Kenapa? Kenapa hidup selalu mempermainkannya? Kenapa tak pernah ada kebahagian utuh untuknya?!

Ingin dia berteriak dan memanggil nama suaminya. Dia sangat berharap agar Yusuf bisa mendengar tangisannya. Tapi apa yang bisa dia harap dari semua ini selain kenayataan bahwa di hadapanya. Di balik pintu yang membatasi dirinya. Suaminya, suami yang sangat dia cintai sedang memadu kasih dengan istri barunya.

“Baru tadi pagi kamu menyesali semuanya. Tapi sekarang, kamu melakukan hal itu dengannya. Mas? Sungguhkah aku tak pernah berarti dalam hidupmu?”lirihnya menangis pilu.

“Disini aku berjuang sendiri mempertahankan kamu, Alya dan hidupku. Tapi, kamu bahkan tak pernah mau mengerti semuanya. Dan kamu juga tak akan pernah mengerti bahwa aku sangat mencintaimu. Dengan kamu mencintaiku atau tidak aku akan tetap mencintaimu karena kamu adalah suamiku. Meski, kamu tak pernah menganggap aku setulus itu...”

***

Seperti pagi biasanya Zara menyiapkan sarapan dan berlanjut membangunkan putri kecilnya untuk pergi kesekolah. Dia menyiapkan seragam sekolah putrinya yang masih tidur dengan selimut yang menutup tubuh mungilnya.

“Sayang, bangun yuk! Sekolah, nak.”ucapnya mengguncang pelan tubuh putrinya. Alya mengeliat dan menyibak selimutnya.

Wajah bantalnya membuat Zara gemas dan langsung mencium gemas pipi chuby nya. “Bau asem...”

“Mama...”Alya merengek dan kini dia berpindah memeluk perut mamanya dengan erat.

“Kenapa,sayang?”tanya Zara lembut membelai pujuk kepala putrinya.

“Ngantuk...,”sahut Alya serak dengan mata yang kembali tertutup. Zara menggeleng takjub dengan tingkah putrinya yang sangat menggemaskan.

“Putri mama anak pintar,kan? Harus sekolah sayang, biar tambah pintar.”

“Iya,mama nanti.”

“Sayang..., mandi ya? Nanti terlambat loh!”tegur Zara lembut. Alya membuka matanya yang sayup.

“Okey,mama!”

Alya merubah posisinya menjadi duduk, mengucek mata dan menguap lebar. “Huaaaa.... ngantuknya....” Zara hanya bisa tertawa pelan.

“Sudah, sana mandi!”dia mengacak rambut Alya gemas. Putri kecilnya itu mengangguk dan turun dari ranjang. Berjalan dengan mata setengah tertutup menuju kamar mandi.

“Sayang, matanya buka yang lebar!”tegur Zara.

Seketika mata Alya melotot lebar. “Hmmm, iya mama!"

“Dasar anak itu.”Zara tersenyum lebar.

Setelahnya dia keluar dan berpindah ke kamarnya. Berjalan dengan senyum sumringah dan hati yang bahagia. Dia membuka pintu kamarnya.

“Mas, mau pakai baju yang mana?”

Deg...

Kosong?

Zara terdiam membatu, kamar itu kini sudah kosong. Senyumnya memudar terganti dengan wajah pias seolah dia kembali mengingat kenyataan yang seharusnya tak dia lupakan.

Kenyataan yang membuatnya sadar diri bahwa kini suaminya bukan hanya miliknya. Suaminya kini juga milik orang lain dan sedang menghabiskan waktu dengan wanita lain. Ah, tidak. Bukan orang lain tapi istri mudanya.

Ckk... bagaimana dia bisa begitu bodoh dan masih berharap kebahagiaan yang dulu akan tetap terasa sama dengan kehadiran orang baru yang mengikis jarak diantara mereka.

Bagaimana dia bisa berharap bahwa kemarin hanyalah sebuah mimpi buruk yang tak pernah terjadi. Nyatanya semua nyata dan benar-benar telah terjadi.

Tapi, yang terjadi adalah sebuah kenyataan dan kepahitan yang membuat hatinya hancur. Tidak, bukan hanya hatinya tapi juga harapannya, cintanya, suaminya, dan kini hanya tersisa putrinya.

Zara menghapus air matanya yang masih mengalir. Lalu tersenyum getir, “Ck, aku bodoh karena masih merasakan kehangatanmu dikamar ini.”

“Zara...,”seseorang memanggilnya lirih. Sebuah tangan meremas erat bahunya membuat Zara memejamkan kembali matanya. “Maafkan aku. Itu bukan keinginanku, kemarin malam ak_”

“Cukup, mas?!”Zara memutar tubuhnya dan langsung berhadapan dengan Yusuf suaminya.

“Ap-apa yang coba kamu jelaskan. Apa kamu juga ingin mengatakan padaku betapa indahnya malam pertama kalian? Begitukah?”Zara bertanya dengan begitu lirihnya. Menatap Yusuf dengan begitu sendu dan pandangan yang menyiratkan luka terdalam.

Yusuf menampilkan raut wajah marah dan tak suka. Kedua tanganya terkepal begitu erat di kedua sisi tubuhnya. “Kenapa kamu berkata begitu?! Sungguh! Aku tak sepenuhnya sadar melakukan semua itu!”

Zara berdecih dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan suaminya itu. “Mas, kumohon cukup. Cukup aku wanita yang kamu sakiti. Jangan lagi membuat alasan yang nantinya menyakiti perasaan istri keduamu.”

“Zara, aku_”Yusuf mencoba kembali menjelaskan namun Zara terlebih dahulu meninggalkannya dan turun kedapur dengan air mata yang terus saja mengalir.

Yusuf menarik rambutnya kasar dengan frustrasinya.“AKHHH... KENAPA HARUS BEGINI?!”

“Sungguh, malam itu aku tidak sepenuhnya sadar! Aku sendiri juga terkejut saat bangun dan bersama dengan Syifa dalam satu selimut!”gumam Yusuf frustrasi.

“Akhhhh.... bodoh?! Cobaan apa lagi ini ya Tuhan?!”dia berteriak marah dan memberantakan seisi kamar Zara.

***

Zara melamun sambil mengaduk segelas susu hangat untuk putri kecilnya. Pikirannya melayang jauh seolah hanya raganya saja yang tinggal.

Namun, jiwanya pergi mencoba mencari ketenangan. Jika bisa dia ingin pergi. Tapi, kembali teringat dengan perkataan sang mertua.

Bahwa jika dia pergi atau Yusuf sendiri yang mengusirnya dari hidupnya maka artinya dia telah kalah. Dan dia tak akan memiliki apapun. Tidak Yusuf ataupun Alya.

Zara menggeleng takut.”Tidak....tidak! Aku tidak boleh lemah! Aku tidak boleh menyerah secepat ini.Paling tidak aku harus berusaha untuk mempertahakan mas Yusuf sebagai suamiku agar aku tak berpisah dari Alya!”batinnya gelisah.

Ketakutan terbesarnya adalah berpisah dari anaknya. Dari Alyanya, sebab separuh nafasnya ada pada Alya. Dia seorang ibu dan tak ada kebahagian lain selain untuk tetap bersama anaknya.

***

“Pa-pagi,mbak!”sapaan gugup dan lembut Zara dengar. Tangannya berhenti bergerak menata susu dan sarapan di atas meja.

Dia tertegun mendengar suara itu, terasa bergemuruh hatinya mendengar suara wanita lain dirumahnya. Namun berusaha tegar dan terukir pula senyum lembut di bibir Zara.

Dia mengangkat wajahnya, meloleh kearah Syifa lalu tersenyum. “Selamat pagi Syifa. Apa tidurmu, nyenyak?”tanya Zara mencairkan suasana yang terasa canggung antara dia dan Syifa sang madunya.

Syifa tertunduk merasa kikuk dengan sikap Zara. Tak pernah dia sangka jika Zara akan bersikap baik padanya. Awalnya dia merasa takut jika Zara akan membenci kehadiranya. Syifa mengangguk canggung membuat Zara menghembuskan nafas pelan.

Dia berjalan mendekat kearah Syifa lalu menyentuh tanganya yang meremas gugup gamisnya. “Ada apa? Apa ada masalah?”Zara bertanya dengan nada lembut membuat Syifa tertegun dan menatap Zara seketika.

Terpancar ketulusan di wajah Zara membuatnya semakin merasa bersalah dan gelisah hati.

“Oh,Tuhan. Sungguh aku telah melakukan kesalahan terbesar karena telah masuk kedalam rumah tangga wanita sebaik dia.”batinnya meringis.

“Kamu mau makan sesuatu? Biar aku siapkan?”

Syifa menggeleng sungkan. “Ti-tidak, tidak usah mbak! Biar Syifa yang membuatnya sendiri nanti.”tukas Syifa.

Zara hanya tersenyum dan mengangguk, “Baiklah. Bisa tolong bantu aku membuat kopi untuk Mas Yusuf? Aku mau melihat Alya sebentar.”

Mata Syifa berbinar bahagia. Sungguh senang hatinya saat diminta membuatkan kopi untuk suaminya. Pertama kali baginya menyiapkan minum untuk Yusuf. “Bisa mbak!”seru Syifa semangat.

Zara terkekeh, “Yasudah. Aku tinggal dulu ya!”

Zara meninggalkan Syifa sendiri di dapur. Dan wanita itu dengan semangat menyiapkan kopi untuk Yusuf.

Ntah kopi apapun itu tapi yang dia tahu dan dia bisa hanyalah membuat kopi hitam dan tidak mengerti jenis kopi yang lainnya.

#Bersambung...

Related chapters

  • Im Sorry Mama!    BAB 9 : Tak menyerah hanya berjarak!

    Saat sudah berada di lantai atas dia melewati kamar dia dan Yusuf dulunya. Tanpa melihat dan menoleh. Namun sekejap dia mendengar suara pintu terbuka.Lalu dia hanya merasakan seseorang dengan gesit menarik tanganya kedalam kamar lalu seseorang itu langsung mengunci pintu.Zara tersentak, “Apa yang kamu lakukan, mas!”sentak Zara heran dengan nada tak suka. Namun berusaha dia untuk menenagkan diri. Mencoba menarik nafas dalam dan menghembuskanya perlahan.“Apa yang kamu inginkan?”tanya Zara melembutkan suaranya. Yusuf bungkam dengan kepala tertunduk namun dia masih berdiri menghalang pintu yang sudah tertutup. “Mas? Ada apa?”“Ak-aku...,”Zara mengernyit mendengar suara Yusuf yang terbata gugup. Dia memjamkan mata berusaha mengontrol hatinya.Jika dulu ketika Yusuf bersikap seperti itu padanya maka Zara akan langsung memeluk dan mengodanya. Karena dia selalu merasa gemas dengan sifat Yusuf yang terkadang gugup saat bersama dengannya.Namun, semuanya kini telah berbeda. Yang dia rasakan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 10 : Mulut Berbisa!

    YUSUF PoV Pagiku terasa kacau. Pertama kalinya dalam hidup aku merasa teramat bersalah membuat hari dan kehidupan yang dulu begitu bahagia dan ceria kini berubah menjadi terasa hampa.Zara mulai kurasakan berubah, tak bisa lagi kulihat senyumnya yang benar-benar seperti orang bahagia. Dia hanya memaksakan tersenyum untuk menutup luka di hatinya.Aku sudah menjadi suami yang egois dan jahad. Namun, bodohnya aku menyadari semua kesalahan ini setelah semua hal ini terjadi.Jika saja,waktu bisa di putar ulang kembali maka seumur hidup aku tak akan pernah melakukan hal ini. Suasana hatiku kacau,dan tak ada rasa bahagia dalam hatiku. Menjadikan Syifa seorang istri itu bukan keinginanku.Semua karena Mama. Desakannya dan segala macam tuduhannya pada Zara yang terus menerus dia katakan padaku. Membuatku lelah dan terjebak dalam permainannya. Tapi, lagi-lagi aku menyadari tak semua salah mama. Seperti halnya yang Zara katakan.Seorang suamilah yang memegang kunci dalam pernikahan. Jika suami m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 11: Rasa sakit dari cemburu!

    ***Menjelang siang, tepat pukul 12.30 Zara menelepon Yusuf suaminya, dan tak butuh waktu lama Yusuf langsung menjawab panggilan Zara.“Assalamualaikum,Sayang.”sapa Yusuf dengan manja.Ah, sayang? Ntah kenapa Zara merasa kesal dengan pangillan itu. Kenapa pria selalu punya berbagai tipu muslihat dan mulut yang berbisa dengan kata-kata manisnya. Walaupun sudah ada banyak penghianatan yang juga mulutnya ucapkan.Zara hanya menjawab seadanya saja. “Waalaikumsalam,mas. Hari ini aku saja yang menjemput Alya dan....Syifa.”terasa kelu lidahnya mengucapkan nama madunya. Yusuf terdiam membatu dengan ucapan Zara.“Ka-kamu yakin?”“Iya, tidak apa-apa. lagi pula, bukan hanya rumah kita saja yang muat untuk satu orang lagi. Mobilku juga cukup luas untuk menampung satu penumpang lagi,kan.”ucap Zara seolah sebuah sentilan yang tepat mengenai relung hati Yusuf yang terdalam. “Yasudah, terserah kamu aja. Kebetulan mas hari ini pulang lebih sore.”“Yasudah. Assalamualaikum.”“Tung...,” tut...tutt pangg

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 12: Firasat Buruk!

    ***“Kenapa kamu menangis?”Yusuf bertanya dengan nada lirih, kala air mata Zara mengenai punggung tangannya.Zara menggeleng dan menghapus jejak air matanya. “Enggak mas. Zara tidak ingin apapun untuk saat ini.”jawab Zara dengan terenyum tipis membuat Yusuf meringis.“Sudahlah, ini sudah malam. Kamu tidak ingin istirahat?”tawar Zara. Dia melenggang pergi dari hadapan Yusuf. Saat dia ingin menaiki ranjangnya Zara terhenti sejenak lalu menoleh kearah Yusuf.“Ehmm...mas, kamu tidur dimana malam ini?”tanya Zara dengan suara pelan.“Boleh aku tidur bersamamu?”Yusuf kembali bertanya. Dia mendekat kearah Zara. Lalu menggenggam tangan istrinya dan berucap. “Ntah kamu mempercayainya atau tidak. Hanya kamu satu-satunya wanita yang ingin aku sentuh dan aku peluk dalam dekapanku.”“Mas, sudahlah.”pukas Zara cepat. Menepis pelan tangan Yusuf yang kembali ingin memeluknya.Yusuf kecewa Zara masih tak mempercayai ucapannya. “Hari ini sangat melelahkan. Kamu harus tidur, mas. Besok, akan ada hari baru

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 13: Mulai Tersingkir!

    ***“Kamu sedang apa?” suara lembut itu membuat lamunan Zara membuyar. Sedari tadi dia terus melamun sambil menantap kosong televisi yang terus menyala. Hingga Yusuf datang dan menepuk pundaknya. “Kamu sedang apa? kenapa terus melamun?”tanyanya lagi karena Zara terus diam dan menatapnya tanpa mengatakan apapun.“Tidak ada,mas.”sahut Zara seraya menggeleng.Yusuf tersenyum tipis. Dia memutari sofa dan berjalan duduk di samping Zara.Dia menangkup pundak Zara, membuatnya untuk duduk berhadapan. “Apa yang sedang kamu pikirkan, heum?”tanya Yusuf dengan lembut.“Tidak. Aku hanya memikirkan jadwal pemeriksaan pasien untuk besok.”bohong Zara. Karena saat ini yang ada di pikirannya hanyalah Alya putrinya.Yusuf mendengus. “Kenapa kamu selalu begitu? Apa tak ada waktumu sedikitpun bersama denganku. Cukup memikirkan aku saja. Jangan ada yang lain. Kenapa kamu tidak mengerti?”ucapnya lirih.“Aku hanya ingin menghabiskan minggu ini berdua denganmu. Tapi kamu, tak bisakah memikirkan aku saja?”desa

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 14: Semakin benci, semakin jauh!

    “YUSUF.... SYIFA HAMIL! KAMU AKAN JADI SEORANG AYAH!”Bagai di sambar petir, gemuruh yang menggelegar di hatiku. Sesak! Membuat aku sulit bernafas. Tanganku terkepal di dada, sungguh berita itu membuat keadaanku semakin terpuruk.“Kamu dengar!”pekik Mas Yusuf. Dia mengguncang bahuku dengan keras. Membuat aku menatap matanya. Kulihat bibirnya bergetar. “Kamu dengar itu, Zara! Saat kamu mengatakan tidak ingin anak lagi. Wanita lain kini yang mengandung anakku!”“KAMU PUAS SEKARANG!”teriaknya kencang. Sekarang bukan hanya hatiku, tapi seluruh tubuhku terasa sakit seperti tertusuk ribuan jarum.“Ma-mas...ak...”tak sanggup aku mengucapkan kata apapun.“Sekarang terserah padamu! Aku tidak peduli! Kamu suka membuat keputusan sendiri, kan? Oke!”desisnya tajam. “Sekarang aku sudah tidak peduli! Aku juga tidak akan lagi MENYENTUHMU! KAMU PUAS SEKARANG?!”Aku terdiam membatu mendengar ucapannya. Dia berjalan keluar kamar. Namun, tidak sampai di situ. Ucapannya kembali membuat hatiku bertambah han

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 15: Hasutan licik Erna!

    Ayu menginggit bibirnya kuat menahan sakit di hatinya. Betapa malang nasib adik iparnya ini.“Zara dengar, berkorban itu ada batasnya. Jika kamu sudah tidak sanggup, maka pergilah! Aku tak ingin kamu terus menderita... aku juga sedih melihatmu seperti ini karena adik, juga orang tuaku. Terlebih ada Syifa yang memang mama hadirkan untuk memisahkan kalian!”Mata Zara membulat mendengar ucapan Ayu. “Apa maksud kakak?!”“Zara, mama sengaja mengenalkan Syifa pada Yusuf dan menikahkan mereka untuk menyingkirkanmu dari keluarga ini. Dan juga malam itu...,”Ayu menghentikan ucapannya membuat Zara menatapnya dengan menuntut.“Apa yang terjadi? Malam apa?! katakan padaku kak?!”desak Zara.“Ak-aku tak sengaja melihat mama mencampurkan obat perangsang dalam minuman Yusuf saat malam pengantin mereka....”“Astagfirullah...”bahu Zara merosot lemas. “Kenapa mama begitu membenciku? Apa yang sudah aku lakukan?! Apa?!”teriak Zara Frustrasi. Tubuhnya lemas dalam dekapan Ayu.***Di ruang pemeriksaan kandun

    Last Updated : 2024-10-29
  • Im Sorry Mama!    Bab 16 : Penghiburan diri!

    Author PoV***Saat ini Yusuf sudah berada di rumahnya.... matanya berkeliling mencari sosok Zara, sang istrinya yang sudah menjadi lampiasan kekesalannya. Padahal dia sendiri tidak tahu alasan jelas keputusan Zara dan langsung menuding Zara yang tidak-tidak.“Zara! Sayang!"Ah, ntah kenapa panggilan ‘Sayang’ dari Yusuf itu terdengar sangat memuakan. Tentu alasannya sudah pasti karena Yusuf benar-benar suami yang brengsek! Hingga panggilan seperti itu tidak layak dia lontarkan untuk istri sebaik Zara.Dia mengelilingi seluruh penjuru rumah namun tetap tidak memukan Zara di manapun. Mendadak hatinya menjadi panik, cemas dan gelisah.Apa Zara telah meninggalkannya? Segera dia berlari manaiki tangga menuju kamarnya. Yusuf langsung membuka lemari pakaian, hingga akhirnya dia bisa bernafas sedikit lega karena pakaian Zara masih utuh tersusun rapi di sana.Tangannya mengambil ponsel dari saku celannya. Mendial nomor sang istri...tutt...tuttt... Hanya terdengar nada sambung namun tak kunjung

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Im Sorry Mama!    Bab 32 : Pria Misterius?

    "Kenapa?" Tanya Amar saat melihat raut kebingungan di wajah Zara. Wanita itu menoleh ke kanan dan kiri melihat ke luar jendela. "Kamu nyari apa sih, Za?" Ulang Amar heran."Nggak, tadi kayak ada yang manggil aku deh. Tapi di luar orang-orang udah pada bubar," gumam Zara."Perasaan kamu aja kali. Yang penting temen kamu yang namanya Rose itu sudah ketemukan?"Zara mengangguk singkat. "Sudah sih,""Sekarang kamu mau ke mana? Mau langsung pulang atau ke suatu tempat?" "Hmmm, enaknya kemana ya. Males banget kalau langsung pulang. Masih siang juga," "Ke supermarket? Ke Mekdi?" Saran Amar.Zara mengangguk setuju. "Boleh deh, ke mall aja. Sekalian belanja, kebetulan tadi bibi titip bahan belanjaan yang udah habis,""Oke deh!" Amar memutar kemudinya ke arah yang berbeda menuju mall yang akan mereka datangi. "Oh, iya ngomong-ngomong. Selama kamu di Indonesia, kebutuhan dan biaya mansion di sini siapa yang tanggung?" Tanya Amar."Aku, cuman pakai rekening yang berbeda. Rekening yang atas nama

  • Im Sorry Mama!    Bab 31 : Jangan lakukan apapun!

    Kening Amar mengeryit melihat wajah Zara yang terlihat kebingungan. "Zara, ada apa?" panggil Amar lagi sedikit menaikan suaranya membuat Zara tersadar dari lamunannya."A-Amar, A-aku...ti.."Amar berdecak kesal melihat Zara terbata, "Kau ini bicara apa? Aku tidak mengerti! Apa kau habis dapat pesan dari malaikat maut huh?"degus Amar."Aku tidak tahu harus meresepon bagaimana..."ucapan Zara membuat Amar memandangnya serius."Apakah ini masalah serius?"Zara tak menjawab perkataan Amar. Dia hanya mengulurkan ponselnya pada Amar.Amar mengambil ponsel Zara dengan rasa penasaran. Dia membuka pesan yang baru Zara baca. Membacanya begitu serius hingga...Pffttt...."BAHHAHAHAHAHAHAHHAHA...APA INI?! HAHAHHAHAHA....MAM*US" tawa Amar pecah dengan umpatan di akhirnya. Wajahnya terlihat berseri bahagia."Amar, kau ini! Kenapa kau tertawa!"pekik Zara kesal menampol tangan Amar kesal."Buahahhaha... Maaf...maaf. Ini sangat lucu Zara.""Lucu bagaimana? Bagaimana kabar duka kau anggap lucu!"ketus Zar

  • Im Sorry Mama!    Bab 30 : Kebodohan Syifa

    Tak lama setelah itu dua betina yang di tunggu akhirnya pulang dengan banyak kantung belanjaan. Yusuf hanya acuh melihat mereka masuk dan meletakan banyak paper back di atas meja makan. Pria itu yang kini sudah berganti pakaian dengan kaos rumahan. Memeriksa satu persatu bungkusan itu.“Mas, Alya kemana? Aku membelikanya banyak boneka.” Suara Syifa terdengar manja yang di buat-buat membuat Yusuf kesal hingga tak sadar mengepalkan tanganya. "Apa pedulimu? Kalian berdua hanya senang menghamburkan uang saja!" sinis Yusuf.Matanya menangkap satu bungkusan ganji di atas meja. Tangannya menggapai itu. "Apa ini?" tanya Yusuf menuntut."It-itu makanan kesukanku, mas." jawab Syifa gugup memilin ujung jilbabnya.“Bukankah kau punya riwayat alergi kacang?! Lalu kenapa kau tetap membelinya!” geram Yusuf tertahan."Cukup…Cukup! Menyebalkan harus mendengar kalian tiap hari bertengkar. " sinis Erna berlalu pergi meninggalkan dua manusia yang masih terus berseteru.Erna pergi menuju kamarnya dengan m

  • Im Sorry Mama!    Bab 29 : Berusaha Kuat!

    Kota London...."Ada apa denganmu, Zara?"Wanita yang di panggil itu terlonjak kaget akan sebuah suara dari belakangnya. Ponselnya nyaris saja jatuh karena pangilaan mendadak itu.Zara berbalik dan menatap orang itu. Dia hanya memandanya dalam diam dan tak sadar kembali melamun."Zara!"panggil orang itu kedua kalinya dengan setengah berteriak. "Apa pria brengsek itu meneleponmu lagi?""A-Amar, aku..."Zara mendadak gugup dan bingung harus berkata apa pada Amar.Amar berdecak kesal melihat Zara seperti itu. "Ckk, benar - benar laki-laki tidak tahu diri!""Kalau kamu selalu menjawab panggilan darinya, dia akan selalu menganggap kamu lemah dan mudah di takhlukan!"kesal Amar mulai mengomeli Zara. Sedang Zara seperti anak kecil yang hanya bisa menunduk menatap lantai ketika di marahi.Tunggu! Tiba-tiba Amar menghentikan omelnya. Tersadar akan di mana posisi mereka berdua. "Astaga, bagaimana aku bisa berdua saja dengan Zara di kamarnya!" rutuk Amar dalam hatinya.Sedikit berdehem, sembari

  • Im Sorry Mama!    Bab 28 : Maaf Papa!

    ***Selama dalam perjalanan Alya terus diam dengan wajah yang di tekuk lesu. "Kenapa? Tidak senang berangkat sama papa?""Seneng kok." jawabnya singkat. Sembari fokus menyetir Yusuf terus bertanya pada Alya. Hanya saja dia ingin bertanya hal yang sangat penting pada Alya."Kalau seneng kenapa murung terus, hmmm?"Alya menggeleng, enggan menjawab. "Papa perhatikan 3 hari ini kamu banyak diam dan murung. Ada apa sayang? Cerita sama papa."bujuk Yusuf dengan satu tanganya mengelus lembut kepala Alya yang tetutup jilbab.“Hmm, Papa…”“Iya?"Alya meremas roknya gugup, "Mama, kapan pulang?"Ckiittt....Mendadak Yusuf menginjak rem sangkit terkejutnya mendengar pertanyaan Alya. Beruntung jalanan sedang sunyi, kalau tidak ntah bahaya apa yang akan terjadi.Secepat kilat dia menatap Alya, "Kamu tanya apa tadi?" tanyanya dengan menuntut.Alya menoleh ke arah Yusuf yang kini sedang menunggu kelanjutan ucapan Alya. Putri kecil itu mengerjab dengan polos, lalu berkata. "Apa mama tidak akan pulang ke

  • Im Sorry Mama!    Bab 27 : Dukungan?

    ***Seorang pria kini duduk termenung di kursi kerjanya. Tangannya mengetuk-ngetukan pena ke meja. Mata pria itu terpejam dengan jejak air mata yang mengering.Kesepian dan rasa rindu menyiksa dirinya. Dia terus memikirkan, apa yang harus dia lakukan untuk membuat wanita itu kembali.Brakkk...Pintu ruang kerjanya di buka dengan kasar oleh seseorang. Mata Yusuf terbuka mendengar suara itu. Secepat kilat dia tak tahu apapun namun kini ada seseorang yang menarik kemeja.Menatap dirinnya dengan marah. “Katakan padaku! Kemana Istrimu membawa istriku?!” Dia adalah Bram suami dari Ayu. Pria itu juga sama halnya dengan Yusuf. Dia merasa frutrasi saat tak menemukan Ayu di rumah maupun di restorannya. Dia juga begitu terkejut saaf melihat ada orang lain yang mengantikan posisi istrinya di restoran. Para pegawai Ayu juga mengatakan bahwa Ayu izin untuk tidak datang untuk waktu yang tak bisa di pastikan.Bram juga sama menyesalnya dengan Yusuf. Kedua pria itu kini menyadari kebodohan diri merek

  • Im Sorry Mama!    BAB 26 : Perseteruan suami-istri

    "Dari dulu kamu tahu kalau aku tidak bisa membenci siapapun. Aku bisa marah juga kesal. Tapi aku lebih memilih menjauh dari pada perlahan tumbuh rasa benci di hati. Sungguh penyakit hati seperti itu, aku tidak ingin memilikinya."Zara tersenyum masam. "Aku mengabarinya karena status kami masih terikat dengan suci. Pernikahan bukanlah sebuah permainan. Jika dia yang menghianati pernikahan ini. Itu bukan salahku, dan bukan hakku untuk membencinya.""Artinya kamu masih mencintainya?"desak Amar tak sabbar dengan jawaban dari Zara.Zara menatap Amar dengan pandangan yang sulit di tebak. Amar tergugu di pandang begitu oleh Zara."Aku rasa kamu masih mencitainya. Mungkin, ntahlah!" Amar menggaruk tengguknya. Merasa bingung sendiri."Aku rasa cintaku sudah hilang untuknya. Waktu itu masih tersisa sedikit saat dia menikahi Syifa. Tapi ketika dia membentaku pagi itu karena kesalahan yang tidak aku buat. Saat itu cintaku sudah hilang untuknya."Amar mengernyit merasa tak yakin dengan yang dia den

  • Im Sorry Mama!    Bab 25 : Dia kembali!

    Author PoVJakarta ***Pagi ini menjadi kedua kalinya Yusuf harus bekerja tanpa memakai dasi kantornya. Selain Zara, dia tak bisa membiarkan siapapun memakaikan dasi padanya.Yusuf berjalan dengan lesu sambil mengancing ujung lengan bajunya. Melihat pantulan diri di cermin. Jelas terasa bahwa saat ini dia tidak selengkap dulu.Hufftt...Lagi dan lagi pria itu menghembuskan nafas kasar melihat wajahnya sendiri kini terasa menjengkelkan. Pintu kamarnya di ketuk dari luar. Kemudian terdengar suara Syifa memanggilnya. "Mas, sarapannya sudah siap."Yusuf dia tak menjawab. Bibirnya ingin menjawab namun tertahan oleh rasa ragu dalam hatinya."Mass...! Baiklah, jika sudah selesai langsung turun kebawah, ya!"ujar Syifa setengah berteriak. Kemudian terdengar langkah kaki wanita itu yang kian menjauh.Dia sudah pergi...! Yusuf sungguh sangat enggan untuk pergi bekerja. Menghadapi persoalan rumah tangganya sudah sangat memusingkan kepala. Apalagi di tambah dengan pekerjaannya di kantor. Dia han

  • Im Sorry Mama!    Bab 24 : Kemarahan Tuan Khaidar

    Singgapura...Di sebuah ruangan dengan nuansa coklat, serta beberapa tumpukan berkas yang berserakan di meja. Seorang lelaki paruh baya dengan kacamata yang melekat di wajahnya. Lelaki itu duduk bersandar di kursi kerjanya. Memejamkan mata dan memikirkan segala hal yang saat ini menganggu hatinya.Suara ketukan pintu membuatnya bersuara."Masuk!" ucapnya dengan suara berat. Seseorang pria dengan jas hitam yang formal sebagai asistenya datang menghadapnya."Ada apa Jhon? Ada berita apa dari sana?"tanya lelaki tua itu."Ma-maaf tuan. Saya baru mendengar kabar kalau ada sebuah insiden kecil di rumah itu.""Insiden apa? Katakan saja dengan jelas!" lelaki tua itu menegakakan duduknya. Menatap dengan serius Jhon asistenya."Hmmm, kabarnya Nona Syifa saat ini sedang mengandung. Lalu, pagi ini juga terdengar kabar bahwa dia jatuh dari tangga. Dengan tuduhan bahwa Nyona muda Zara yang mendorongnya. Lalu..."Jhon mengantung ucapnya. Melihat reaksi tuannya yang sudah mengepalkan tangan."Lalu ap

DMCA.com Protection Status