Call Me Ka
Bulan berganti bulan, genap dua semester sudah Aileen dan Daisha masuk bangku kuliah. Pengalaman pertama yang dialami Aileen ternyata semakin membuka lebar jalan Aileen terkenal.
Terbukti karena kejadian tersebut kini Aileen mempunyai hampir dua puluh ribu pengikut di media sosial instagramnya.
Bahkan kini perkembangan hubungan Aileen dan Nevan mendekati fase yang lebih serius. Bahkan dulu yang terkesan sebagai musuh bebuyutan, kini berubah seperti orang yang bahagia melihat orang yang disukai.
Sore itu cuaca sedang mendukung desir angin sepoi berhembus pelan dan candikala terlihat jelas di ufuk timur seolah membelah awan. Aileen masih membujuk Daisha untuk mau menemaninya saat itu.
“Cunges, please temenin gue ketemu sama kak Nevan ya! Iya kale gue nemuin dia sendiri.”
Aileen memelas.
“Nggak mau. Entar gue jadi obat nyamuk kalian gitu?”
Daisha menolak.
“Ngajak Agam lah, gunanya lo punya sahabat buat apa?, eh bukan sahabat deng gebetan.”
“Yakin lo Agam mau ikut?”
“Bentar, tapi lo kan sudah dari SMA sahabatan sama Agam, masa lo masih nunggu yang sono aja, sedangkan yang sono juga nggak peduliin kamu juga. Udahlah sama Agam aja satu server lo kalau sama dia, sama-sama bodoh amat ama orang. Tapi, gue nggak yakin sih dia mau ikut atau nggak. Ya, gue tahu sendiri Agam kek gimana.”
Aileen mulai menggoda Daisha.
“Eh ucapan lo ya. Inget lo mau masuk kampus, lo nangis malem-malem. Karena apa? lo nggak mau kuliah disini, lo maunya kuliah di sono bareng sama doi lo itu Si Zahir. Lo takut mbangkang omongan nyokap, bokap, ama abang lo, soalnya mereka nggak izinin lo kuliah diluar kota. Makanya lo jadi kuliah disini. Sekarang apa, lo kesem-sem juga ama Nevan. Oh, jangan-jangan awalan lo numpahin nasi bekal ke sepatu Nevan itu hanya akal-akalan lo doang biar lo di notice ama dia. Ngaku lo!”
Daisha membalas godaan Aileen dengan sinis.
“Ih, lo kok jadi ngomel sih. Ya kale gue sengaja, siapa yang tahu juga kalau akhirnya malah jadi gini. Gue deket ama Kak Nevan. Takdir yang bicara Ngesss.”
Aileen bangga.
Akhirnya Daisha menurut saja diajak Aileen bertemu dengan Nevan.
Aileen mulai dekat dengan Nevan, saat seminar fakultas.
Nevan yang mengikuti Aileen dan Daisha sampai ke tempat duduk hanya untuk menyodorkan handphonenya dan mengatakan bahwa dia ingin meminta nomor Handphone Aileen.
Momen itu membuat mereka speechless abis, terutama Aileen yang syok berat, sehingga Daisha lah yang mengetikkan nomor Aileen di handphonenya Nevan.
Seantero aula ternganga melihat kejadian ajaib bin nggak nyangka yang tepat di hadapan mereka. Hingga sekarang mengingat kejadian di seminar fakultas itu, Aileen selalu cengar-cengir sendiri.
Padahal dulu yang mengetikkan nomornya di hp Nevan adalah Daisha dan dia hanya mematung. Aileen selalu mengingat momen itu sampai sekarang dan bahkan ditulis di buku hariannya. Sebagai salah satu hari bahagia yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidup.
***
Agam, yuks temenin gue buat temenin Aileen ketemu sama Nevan, sore ini di cafe Mbok Jum. Bisakan?Pesan itu dikirimkan Daisha ke Agam dan tidak lama di read serta dibalas oleh Agam.
Lo gila, mendadak banget lo bilangnya. Gue lagi di tempat kerja ini, belum pulang.
Balasan pesan dari Agam membuat Daisha cemberut.
Lo pulang kerja jam tiga sore. Lo langsung aja ke cafe kale temenin gue, masa iya lo tega, gue jadi obat nyamuknya Aileen sama Nevan.
Balasan pesan dari Daisha hanya dibaca dan dibalas emoticon jempol oleh Agam itu artinya Agam setuju atas permintaan Daisha.
“Yes, kayaknya kita itu cocoknya jadi kekasih deh. Lo selalu ada banget buat gue hahaha. Daisha sadar lo, sadar.”
Seperti orang gila Daisha tertawa dan ngoceh sendiri.
Aileen sibuk berdandan ria menghias wajahnya supaya terlihat cantik dan menarik saat bertemu orang yang sudah berhasil memikat hatinya.
Daisha sendiri yang sudah bersiap di teras rumah Aileen hanya memakai pakaian simple dan tidak seribet Aileen.
Iya, Aileen layaknya orang mabuk asmara dan pastinya ingin tampil sempurna di hadapan orang yang disukainya.
Saking lamanya Aileen dandan, Daisha tidak betah dan nyelonong masuk kamar Aileen.
“Ai, lo dandan apa istighosah sih lama bener? Ini sudah jam tiga lebih, gilak lo ya.”
“Bentar dong Nges, gue kan harus terlihat sempurna dihadapan kak Nevan.”
“Sejak kapan Lo kek gitu? Heh malahan lo tu dandannya biasa aja kale. Kalau dia orangnya baik ya akan menerima lo apa adanya. Nggak perlu lo dandan selama dan semenor itu. Lihat bibir lo udah macam ikan Louhan aja. Lo ombre berapa kali itu tadi?”
“Hush, gue dandan sesimple dan senatural mungkin ini. Iya gaya-gaya unnie Korea gitu.”
“Bodoh amat, terserah lo. Ayo segera berangkat!”.
Aileen masih sibuk menanyakan kepada sahabatnya itu bagaimana penampilannya, sehingga membuat telinga Daisha benging.
Sudah di jawab berkali-kali masih saja bertanya, tapi memang itulah ciri khas dari Aileen. Tidak ada puasnya hanya dengan satu jawaban, maka harus memberi jawaban yang sama beberapa kali.
***
Sampai di lokasi, tangan dan jantung Aileen tidak bisa dibohongi, detaknya keras dan suhu tubuhnya berubah dingin seperti orang nervous saat akan tampil di depan ribuan orang, wajahnya juga pucat.
Melihat itu Daisha langsung kaget, bagaimana bisa di momen penting seperti ini Aileen seperti itu. Masa iya hanya ketemu dengan Nevan saja, harus se-nervous itu ngalah-ngalahin ketemu guru B.K.
Berkali-kali Daisha mengingatkan agar Aileen tetap tenang, tarik napas dan santuy dengan keadaannya sekarang. Jadi, pertemuannya tidak gagal total gara-gara Aileen hanya diam mematung saja.
“Mohon maaf kak, Permisi, sudah menunggu lama ya?”
Kata Daisha, karena Aileen tidak bisa berkata apa-apa, akhirnya Daisha yang memberanikan diri menyapa Nevan duluan.
Melihat Aileen yang tampil cantik, membuat Nevan ternganga. Seolah melihat bidadari yang baru turun dari langit.
Bahkan keberadaan Daisha diantara mereka, kini bagaikan angin semriwing.
Nevan dan Aileen terus lempar pandang.
“Hoe kalian! Ini lihat ada orang disini!”
Daisha sebel. Nevan dan Aileen hanya tersenyum cekikikan saja.
Akhirnya Daisha meninggalkan mereka ngobrol dan makan berdua di dalam cafe. Sedangkan Daisha menunggu Aileen di teras cafe yang juga ada tempat duduknya.
***
Sekitar pukul empat kurang sepuluh menit, Agam datang dengan membawa makanan menemui Daisha. Agam memang pengertian dengan Daisha, layaknya kekasih.
Perhatian Agam ke Daisha kadang membuat Aileen dan sahabatnya yang lain iri. Mereka pikir hanya sahabat kok tingkahnya seperti itu.
“Nih, gue bawain terang bulan kesukaan lo. Pasti lo boring nunggu Aileen nge-date.”
“Eh, lo mikirnya bagaimana sih sama kak Nevan itu? Sebenarnya serius apa tidak sama Aileen? Soalnya gue tuh nggak yakin. Hati gue bilang, kak Nevan tidak sebaik dan semulus penampilannya.”
“Yah, emang apa yang tidak bisa di dapetin orang kaya? Nih, ibarat kata ada terang bulan kalau gue orang kaya gue beli sekalian sama gerobak sama penjualnya juga. Ngapain gue beli sebungkus doang.”
“Eh, gue serius ini ngajak ngobrol lo? lihat deh soalnya dia kek gitu. Lagaknya aja sudah menyembunyikan sesuatu. Gue takut Aileen bakalan sakit hati lagi seperti yang lalu saat sama Zahir yang sudah janji mau ke kampus yang sama dengan Aileen ….”
Daisha menjeda ceritanya, dia minum dulu. Kemudian lanjut cerita.
“Nyatanya dia lebih milih kampus yang sama dengan si cewek yang baru dia kenal, kan gilak. Padahal hubungan mereka sudah direstui dua belah keluarga. Takutnya nanti kejadian semacam itu lagi. Nggak tega gue bayanginnya aja.”
“Nggak usah mikirin hidup Aileen berlebih! lo mikirin hidup lo aja belum bener gitu. Nah, sebenarnya Aileen tuh sama aja kaya lo. Coba gue tanya, lo udah nungguin Danish dari kelas berapa? Sekarang apa? Dia juga sama yang lain kan? Dan sekarang lo juga masih jomblo ngenes.”
Agam menasehati sahabat sejak kecilnya itu.
“Lo tahu gue jomblo, ngapain lo nggak segera maju gitu, nyatain perasaan lo? Masa iya perhatian lo yang kayak gini hanya nganggep gue sahabat saja. Gue tahu kale isi hati lo ke gue itu bagaimana.”
Daisha bicara dalam hati sambil melihat Agam yang sibuk minum cappucino yang sudah dipesankan.
Agam dan Daisha sudah berteman sejak TK. Mereka telah tahu kelebihan, kekurangan masing-masing. Jadi, tidak ada kecanggungan apapun di antara mereka.
Dalam perbincangan Aileen dan Nevan, terlihat begitu serius. Namun, Aileen masih kikuk dan tidak berani menatap langsung mata Nevan, sebab jantungnya masih dag dig dug dan tangannya masih dingin, seakan lidahnya kaku untuk berbicara.
“Bagaimana dengan olimpiadenya, sukses?”
Nevan mulai membuka pembicaraan. Sebab, memang baru-baru ini Aileen mewakili prodinya mengikuti olimpiade Biologi.
“Sukses kak, usaha yang saya lakukan tidak sia-sia dan terimakasih juga sudah membantu saya.”
Aileen tersenyum, memang olimpiade anak fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam selalu ditangani, salah satunya oleh Nevan yang merupakan mahasiswa jurusan matematika.
“Ini maaf sebelumnya kalau saya lancang, kamu sudah punya pacar atau belum? Maaf lo ya ini.”
“Hah pacar? Be, be, belum kak.”
Aileen begitu grogi, jantungnya mulai tidak beraturan dan jawabannya pun terbata-bata.
“Oh, eee kapan-kapan saya boleh main ke rumah kamu? Iya, bertemu keluarga kamu begitu.”
“Hah, buat apa kak?”
“Buat memberikan kamu selamat, kan kamu sudah sukses masuk tiga besar tingkat nasional dalam olimpiade Biologi dan artinya itu kamu membanggakan kampus ini dan pastinya saya juga ikut bangga sama kamu.”
Aileen hanya membalas dengan tersenyum. Dia masih bingung urusannya sama main ke rumah apa. Tapi, Aileen mengiyakan Nevan untuk berkunjung ke rumahnya.
Tepat ketika Aileen tersenyum sinar matahari terbenam di ufuk barat menepis wajahnya. Sebab, mereka duduk tepat di samping jendela yang terbuka dan langsung bisa menatap pemandangan indah langit senja. Hamparan taman bunga, pepohonan yang jelas di lihat dari tempat duduk mereka, membuat suasana semakin romantis dan indah.
Nevan juga tidak henti-hentinya melihat wanita dihadapannya yang tersenyum manis dengan sorot cahaya matahari di wajahnya. Nevan ikut tersenyum sambil menyeruput kopi yang sudah di pesan.
Percakapan mereka berlanjut, kadang mereka saling diam kemudian kembali bercerita. Saling menatap dan tersenyum bersama.
***
“Daisha, Lo lihat deh langit senja hari ini bagus banget, cahaya candikala seolah membelah bumi. Separo warna biru cerah satunya orange cerah. Lihat juga taman bunganya, tambah asri banget!”
Agam terpesona melihat langit senja yang begitu indah
“Pemandangan indah ini tuh namanya swastamita Gam. Lihat noh matahari hampir terbenam! keren euy.”
Daisha menjelaskan sambil mengacungkan jempolnya.
“Ow, swastamita. Daisha, seandainya ya ini, kita bisa nggak sih nggak jadi sahabat lagi. Seandainya …”
Agam yang tadinya bercanda, kini mulai serius tidak seperti biasanya.
“Maksud lo? Ow lo mau pergi dari hidup gue gitu? Sudah punya teman baru lagi lo? Atau gimana?”
“Maksud gue bukan gitu. Kan gue sudah kenal orang tua lo, lo juga udah kenal orang tua gue. Ya, kenapa kita harus terus sahabatan gitu?”
“Gue sih bukan hanya nganggep lo sahabat, lebih malah. To the point aja ya ini gue. Lo yang setiap saat gue repotin terus dan lo yang selalu ada buat gue. Masa iya, gue hanya sekedar nganggep lo sahabat doang?”
Mendengar jawaban Daisha, Agam hanya bisa tertawa, dia paham apa yang dimaksud sahabatnya itu. Mereka saling tertawa dan meminum cappucino yang belum habis.
Senja kala itu jadi saksi bisu hubungan Aileen dan Nevan juga Daisha dan Agam. Cahaya atau pemandangan indah sebelum matahari terbenam itu, seolah menunjukkan jalan bahwa apa yang ada dalam hati mereka itulah yang sebenarnya.
Namun, senja tak menuntaskan pertanyaan di hati masing-masing. Hanya sang waktu yang akan memberi jawaban atas pertanyaan itu dan terlebih apakah benar mereka akan selamanya menjadi seindah SWASTAMITA hari itu???
Call Me KaSemakin hari hubungan Aileen dan Nevan bagaikan dua kutub magnet yang saling berlawanan, namun tidak bisa dipisahkan. Ada kalanya ketika mereka sama-sama tidak sibuk, memutuskan hangout bersama. namun, hubungan mereka belum banyak diketahui orang.“Terimakasih banyak sudah mengantarkan saya pulang kak. Dan untuk ini mohon maaf saya tidak bisa menerima, Saya merasa ….”“Ini sebagai tanda terimakasih saya, karena kamu sangat bersungguh-sungguh dalam menjalani olimpiade kamu dan sebentar lagi kamu akan menjalani olimpiade yang kedua. Anggap saja ini adalah bentuk dukungan semangat dari aku untuk kamu. Kamu terima ya!”Ucapan Aileen langsung dipotong oleh Nevan sambil mendorong paper bag yang disodorkan Aileen kepadanya. Senyum manis yang selalu menghiasi sudut bibir Nevan selalu membuat Aileen terlena, hingga Aileen tidak bisa menolak apa yang diberikan Nevan.Tan
Call Me ka“Gue khawatir banget, kenapa sudah hampir satu minggu dia nggak ngabarin gue. Handphonenya juga nggak aktif gue hubungin. Gue khawatir banget Nges, kak Deon udah curiga mulu ke gue. Tanya-tanya terus, lo jangan ngomong apa-apa ke kakak gue ya! Kak Deon bakalan lebih khawatir kalau dia tahu kak Nevan lama nggak hubungin gue kek gini.”Aileen tidak bisa konsentrasi belajar, tidak bisa dibohongi dia khawatir dengan keadaan Nevan. Memang, setelah beberapa waktu lalu, dia izin menjadi pendamping mahasiswa junior semester tiga untuk mengikuti olimpiade.Mulai itu, Nevan seolah hilang, bahkan teman satu tim di olimpiade juga tidak ada yang tahu bagaimana keadaan Nevan. Tidak seperti biasanya, sesibuk apapun Nevan pasti ada waktu menghubungi Aileen untuk memberinya kabar.“Aneh banget sih kak Nevan, masa iya punya Hp nggak bisa buat komunikasi. Bukannya dia orang kaya raya ya? Hpnya nggak mungkin
Call Me KaDaisha duduk di café biasanya, Agam yang baru pulang kerja langsung menemuinya dengan membawakan terang bulan kesukaan kekasihnya itu.Ada kegundahan di hati Daisha, apa lagi beberapa hari ini sahabat curhat, sahabat bercanda, yaitu Aileen sedang tidak baik-baik saja.Iya, semenjak bertemu dengan Olivia beberapa hari lalu. Aileen jarang banget tersenyum. Bahkan dengan penuh pertanyaan Aileen terus berusaha menghubungi Nevan yang belum ada kabarnya sampai sekarang, layaknya hilang ditelan ombak lautan.“Nih makan dulu! Mulut lo kadang pedes kalau perut lo kosong.”“Hih, lo mah .…”Jawab Daisha sambil cemberut.“Oh iya, ayah ibu lo kemarin nelpon gue. Nanyain kabar nyokap bokap gue juga, kata beliau pulangnya masih lama, gue suruh nunggu dulu.”Ujar Agam, karena mereka sudah bersahabat keluarga masing-masing juga sudah tahu.
Call me Ka“Gue berusaha menikmati keadaan hidup gue, tanpa harus mempermasalahkan ini berkepanjangan.” Kata Aileen sambil menutup buku yang dari tadi dia baca.“Maksud lo ….?”Daisha sempat syok, entah apa yang terjadi tapi hubungan Nevan dan Aileen yang terhadang prahara selingkuh berangsurnya waktu tetap berjalan baik-baik saja. Bahkan, sudah kembali semula seperti tidak ada masalah apa-apa.Daisha yang melihat kondisi dihadapannya, semakin tidak tahu dengan apa yang dipikirkan Aileen. Kenapa sedemikian sederhananya mereka menyudahi permasalahan yang ada. Padahal kata maaf yang ingin di dengarkan Aileen dari Nevan belum juga Aileen dapatkan.“Gila ya lo. Padahal Nevan belum minta maaf sama lo, atas perlakuan dia duain lo.”Daisha geleng-geleng kepala. Dia tahu, dia tidak punya banyak hak ikut campur hubungan Aileen dan Nevan. Daisha hanya bisa memb
Call Me Ka“Hay Nevan? Bagaimana kabar lo? Lama banget nggak jumpa .…”Mendengar pertanyaan itu seketika Aileen membalikkan badan. Dia melihat ada wanita dengan perawakan tinggi, putih, dengan rambut digerai sepinggang mendekati Nevan yang sedang berdiri memegang handphonenya setelah selesai komunikasi dengan seseorang.Wanita itu langsung mendekati Nevan dan mengulurkan tangan menandakan mereka pernah kenal dan jumpa sebelumnya.Aileen masih mengamati dari kejauhan keakraban Nevan dan cewek tersebut. Bahkan sampai beberapa kali Aileen menatap tajam tidak ada balasan apapun dari Nevan.Teman-teman Aileen yang menyaksikan itu semua, seolah paham bagaimana perasaan Aileen, sakit pasti tapi berusaha Aileen tunjukkan kesan baik-baik saja.“Kak, lihat aku! Aku melihatmu dari sini, melihat keuwuan yang kalian buat. Kak, aku ini kau anggap apa? Kenapa kamu bisa berkesan baik-baik saja dan aku
Call Me Ka“Gue pasti bisa melewati ini semua kan Nges? Kenapa gue tidak bisa seperti lo yang bisa mendapatkan pasangan yang sefrekuensi?”Aileen masih terus memikirkan hubungannya dengan Nevan yang semakin hari berjalan saling berjauhan. Tidak ada kejelasan satu sama lain, dimana Aileen sebagai wanita menunggu dari pihak Nevan, namun Nevan belum pernah menghubunginya sampai sekarang.“Lo percaya nggak sih sama salah satu firman Allah? bahwa Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan hambaNya. Jika lo diberi cobaan ini berarti lo juga pasti mampu melewatinya, sedangkan hati lo juga hanya lo yang tahu. Jika tidak bisa bersatu jangan dipaksakan! Semua yang dipaksa akan pahit akhirnya. Memang kata orang zaman dulu tresno jalaran songko kulino. Tapi lo mikir lagi deh, kalau lo sekarang udah ngerasain kek gini? Bagaimana sebuah rasa tresno alias rasa cinta bisa benar-benar menjadi nyata?&rd
Call Me Ka“Fatin kayaknya tahu sesuatu tentang Nevan Ai, aneh sih? Lagian kenapa dia sinis banget dan sering banget nyebut Marsya. Marsya … apa Marsya itu pacar Nevan juga ya?”Daisha tidak tahan dengan rasa penasaran yang selama ini dia pendam, sebab sering kali Fatin mengucapkan Marsya dihadapan Aileen. Seolah menyatakan kalau Marsya itu punya pacar dan pacarnya selingkuh dengan Aileen.Anehnya lagi saat ditanya selalu menyatakan nggak tahu dan itu bukan urusannya. Bahkan Daisha juga sering bertanya, tapi tetap tidak pernah mendapat jawaban apa-apa.“Sebenarnya … gue sudah tahu siapa Marsya itu Nges. Dulu banget sebelum sama gue. Kak Nevan pernah cerita tentang Marsya. Dia pernah suka dengan Marsya tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Sayangnya bukan hanya sekali Kak Nevan ditolak Marsya, tapi sampai beberapa kali. Gue kira itu nggak mungkin, lagian siapa yang mau menolak kak Nevan. Tapi, saat
Call Me Ka“Nges, gue pulang dulu, tuh obatnya jangan lupa diminum!”Agam hari itu berkunjung ke posko KKN dan membawakan obat, sebab akhir-akhir ini kondisi Daisha sedang flu.“Wokke. Hati-hati Gam. Inget mata lo jangan nyeleweng, naik motor hadap depan!”“Jelaslah hadap depan, lo pikir gue Limbad bisa naik motor hadap belakang haaa?”Melihat sahabatnya dijenguk kekasihnya, membuat Aileen merasa tidak seberuntung Daisha. Dia yang selalu perhatian meski tidak diminta. Mungkin karena Agam dan Daisha sudah bersahabatan lama, jadi mereka pacaran pun malah jatuhnya ngakak dan selalu bikin suasana rame.Tidak terasa kurang tiga hari lagi KKN segera usai. Semua proker satu per satu juga sudah dijalankan. Sebelum masa KKN mereka usai dan sebelum mereka sibuk masing-masing dengan tugas akhir. Aileen mencoba memberanikan diri bertanya dengan Fatin tentang siap
Call Me KaNostalgia ada karena kenangan, tapi kini Aileen tidak bisa membuat kenangan itu menjadi nostalgia. Dia melalang buana melupakan semuanya. Dia ingin berada dalam rasio yang jelas hingga tidak di temui lagi sesuatu yang membuatnya menangis.“Ayah, ibu, Kak Deon. Aileen minta izin mau ikut Kakek dan Nenek di Kalimantan. Di sana Aileen mau cari kerja dan nanti Aileen pastikan sering pulang untuk menjenguk ayah, ibu, dan kak Deon … dan untuk pekerjaan aku sekarang, aku mau keluar dan ini masih masa training belum teken kontrak. Jadi, Aileen bisa risent. Ayah, ibu, Kak Deon. Bagaimana?”“Masalahmu apa to nak? Bilang ke Ayah dan Ibu. Kenapa kamu tiba-tiba izin ikut Kakek dengan wajah ceria dan senyam-senyum seperti itu?” Ibu tahu jika senyum Aileen itu palsu.Kak Deon sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.“Lo nusul Kakek, karena ad
Call Me KaMelukiskan luka yang tidak pernah ada penghapusnya. Kini semua yang Aileen anggap sebagai kebahagiaan sudah musnah. Dia terlalu bersemangat dengan doanya, tapi setelah tahu semuanya. Dia meyakini doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan.Aileen melewati hari-hari seperti biasanya. Dia sudah pasrah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Nevan. Apalagi sudah beberapa minggu ini Nevan juga jarang menghubunginya. Aileen tidak meminta penjelasan apapun juga. Intinya semuanya sudah jelas bagi Aileen.Ai, minggu sore lo sibuk nggak? Ke Café Mbok Jum yuks!Daisha mencoba mengirim pesan ke Aileen. Soalnya sejak kejadian itu mereka jarang bertemu, saking sibuk dengan kegiatan masing-masing.“Semoga Aileen besok nggak sibuk. Amin.” Doa Daisha.Aileen langsung membaca dan membalas pesan Daisha. Besok dia bisa bertemu dengan Daisha.Okke, aku besok free. Besok
Call Me KaMatahari sejak pagi tak pernah nongol, bahkan dunia seakan di penuhi dengan embun. Pandangan mata pun tidak bisa leluasa melihat , saking banyaknya embun yang turun. Entah, pagi ini pagi apa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan.Daisha penasaran apa mereka akan jadi keluar di cuaca seperti ini. Layaknya tidak diizinkan untuk keluar dari rumah.“Ni orang jadi nggak sih keluar? Ini dah pukul 9 pagi di hubungi nggak ada balasan dari tadi.”Daisha menggerutu sambil sesekali mengintip pintu rumahnya.“Kenapa Nak?”Nenek heran sedari tadi cucunya kayak setrika.“Ini nek, Aileen kemarin ngajak keluar pagi dan dia bilang mau jemput aku. Eh ini dihubungi nggak nyaut dan ini cuacanya nggak mendukung banget buat keluar nek.”“Hems, mungkin Aileen sedang sibuk. Iya, kalau dia udah janji mau jemput kamu berarti nanti Aileen pasti kesini. Sa
Call Me KaNenek dan Agam kaget melihat Aileen langsung lari ke luar rumah. Mereka pikir Aileen akan pulang, tapi tidak berapa lama mereka mendengar teriakan Aileen dari dalam kamar Daisha.“Ai, lo ada di dalam kamar Daisha?”Tok tok tok.Agam dan nenek langsung bergantian mengetok kamar Daisha.“Ya Allah Nges, lo kenapa bisa kek gini. Kamar lo kunci, nggak keluar kamar segala, telepon nggak diangkat juga.”Setelah mengomeli Daisha. Aileen membuka pintu kamar yang ternyata ditutupi meja oleh Daisha. Setelah berhasil menggeser meja, pintu dibuka dan Agam serta nenek langsung masuk ke kamar Daisha.“Ya Allah…” Nenek syok.“Nges, lo kenapa?” Agam tambah syok.Posisi Daisha ada di pojok kamar. Dia merenung di pojokan sambil memegang lipstik merah. Wajah Daisha celemotan di mana-mana. dia menulis kalimat di lantai pakai lipsti
Call Me Ka“Nges bagaimana skripsi lo udah di ACC?”Karena Daisha susah di hubungi. Aileen memutuskan datang ke rumah Daisha. Ternyata benar kalau handphone Daisha sedang di cas dan dia sedang mengerjakan skripsi.“Kapan lo datang? Udah Alhamdulillah senang banget nih gue. Tinggal memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi saja.”“Syukurlah … segera sat-set supaya lo bisa segera lulus.”“Iyah ni gue proses mengumpulkan persyaratan, lo tenang aja deh. Eh gimana interview lo kemarin?”“Nggak tahu Nges. Masa iya katanya jadi Admin eh ternyata disuruh jadi sales. Kan nggak cocok sama pengumumannya, kalau dari awal bilang jadi sales ya gue maklumin. Tapi ini pengumumannya admin eh di sana malah jadi sales, nggak jelas banget.”Memang setelah lulus Aileen hampir tiga bulan rajin melamar kerja sana-sini, meski sudah berkali-kali
Call Me Ka“Ini jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja.”Aileen bangun dan melihat jam yang masih menunjukkan setengah lima pagi. Dia lalu mengecek dering di handphonenya dan mengagetkannya yang menelpon sepagi itu adalah Nevan. Entah ada angin apa, Nevan yang hampir satu bulan menghilang bak ditelan bumi kini bangkit lagi dan menghubungi Aileen.“Assalamualaikum Ai, bagaimana kabarmu?”“Wa'alaikumussalam, sehat. Kabar kakak sendiri bagaimana?”Ingin sekali Aileen menanyakan selama ini Nevan di mana saja dan sedang apa, namun dia mengurungkan niatnya. Dia khawatir Nevan tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya dia hanya berbasa-basi, bagi Aileen apa yang dia tanyakan dan apa yang ditanyakan Nevan kepadanya tidak berguna.“Kak, saya lulus Sempro beberapa hari yang lalu. Ini sudah mulai revisi dan kemungkinan minggu depan saya daftar wisuda gelombang ini. Apakah
Call Me Ka“Doain gue ya! Sumpah rasanya jantung gue mau copot kurang 30 menit lagi gue masuk ruang ujian.”Aileen akhirnya bisa berada di tahap ujian skripsi atau biasa disebut Sempro. Hadir juga Ghina, Iva, Daisha, Genta kecuali Brian yang sedang sibuk mengurus narasumber skripsinya.Banyak sahabat menemani Aileen ujian. Tapi meski sahabatnya ada di sana, tetap saja Aileen merasa ada yang kurang. Nevan hingga saat ini belum pernah menghubungi Aileen, bahkan Aileen belum mendapat ucapan selamat dari Nevan. Meski demikian, Aileen berusaha tidak memperdulikan, rasa gugup saat menghadapi ujian skripsi ternyata lebih besar dari rasa penasarannya tentang Nevan.“Lo nggak usah mikirin macam-macam! Lo harus fokus sama ujian ini, kalau fokus lo terpecah-pecah yang ada elo kena skak dosen penguji, habis lo.” Nasehat Daisha.“Kak Nevan?” tanya Aileen kepada Daisha.“Mana
Call Me Ka“Cublak Cublak suweng, suwenge teng gelenter ….”“Ngesss. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”Daisha yang sibuk menyapu teras sambil mengikuti adiknya yang sedang latihan menyanyi di dalam rumah kaget saat ada yang memanggilnya dan ternyata itu Agam.Siang itu tanpa memberi kabar Agam datang ke begitu saja ke rumah Daisha.“Ngapain lo kesini?”“Ya Allah, salam gue juga belum lo jawab kali. Udah pedes aja pertanyaannya.”“Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh … ngapain lo kesini?”“Udah tiga hari kenapa lo nggak ngabarin gue sih? Gue telfon nggak lo angkat, gue kirim pesan nggak lo bales. Heran.”“Sebentar!”Daisha berjalan menuju halaman depan dan tidak menyuruh Agam duduk dulu. Akhirnya Agam sendiri yang duduk di kursi teras dan minum air mineral
Call Me Ka“Alhamdulillah, skripsi gue di ACC gaes.”Aileen jingkrak-jingkrak bahagia di depan Daisha, Iva, dan Ghina yang menunggu di lobi kampus.Memang akhir-akhir ini Aileen lebih fokus menyelesaikan skripsinya dan dia berusaha keras melupakan Nevan. Iya, meski sebenarnya dia masih terus mengharapkan Nevan menemuinya dan merajut kisah seperti dulu.Terlepas itu semua Aileen sadar, hati Nevan bukan hanya untuknya saja, ada banyak wanita yang berada di sampingnya. Aileen tidak pernah berhenti untuk berharap, tapi semakin dalam dia berharap semakin sakit juga dia rasakan.Semenjak itulah Aileen berusaha santai tentang hubungannya dengan Nevan. Dia fokus menyelesaikan skripsi sampai mendapatkan ACC dari dosen pembimbing. Ucapan selamat diperoleh Aileen dari sahabat dekatnya. Namun tidak dengan Nevan, dia tidak pernah menghubungi Aileen sama sekali meski hanya sekedar mengucapkan