Call Me ka
“Gue khawatir banget, kenapa sudah hampir satu minggu dia nggak ngabarin gue. Handphonenya juga nggak aktif gue hubungin. Gue khawatir banget Nges, kak Deon udah curiga mulu ke gue. Tanya-tanya terus, lo jangan ngomong apa-apa ke kakak gue ya! Kak Deon bakalan lebih khawatir kalau dia tahu kak Nevan lama nggak hubungin gue kek gini.”
Aileen tidak bisa konsentrasi belajar, tidak bisa dibohongi dia khawatir dengan keadaan Nevan. Memang, setelah beberapa waktu lalu, dia izin menjadi pendamping mahasiswa junior semester tiga untuk mengikuti olimpiade.
Mulai itu, Nevan seolah hilang, bahkan teman satu tim di olimpiade juga tidak ada yang tahu bagaimana keadaan Nevan. Tidak seperti biasanya, sesibuk apapun Nevan pasti ada waktu menghubungi Aileen untuk memberinya kabar.
“Aneh banget sih kak Nevan, masa iya punya Hp nggak bisa buat komunikasi. Bukannya dia orang kaya raya ya? Hpnya nggak mungkin cuma satu kale?”
Daisha spontan nyeletuk dan membuat Aileen menatap tajam.
“Maksud lo? dia pakek Hp lain buat komunikasi sama yang lain gitu, berarti dia hindarin gue, gitu?”
“Ya mana gue tahu, kan aku hanya berpikiran, mana mungkin dia punya Hp cuma satu. Udahlah lo do’a aja, sabar aja positif thinking kemungkinan dia lagi sibuk ngurusin kegiatannya. Nanti dia juga pasti hubungin lo.”
Mendengar penjelasan Daisha, Aileen sedikit tenang. Tapi entah kenapa perasaannya menjadi semakin tidak enak. Pikirannya meracau kemana-mana, bahkan materi olimpiade yang akan dia pelajari dia letakkan kembali di meja.
Dia tinggalkan meja belajarnya dan berbaring di kasur. Daisha keheranan, tidak biasanya sahabatnya itu nggak semangat belajar. Padahal kalau sudah masalah buku pasti dia ratunya, diulek-ulek mulu sampai kucel itu buku.
Melihat sahabatnya yang lagi bad mood dan hari sudah sore, Daisha memutuskan pulang dan mengakhiri belajarnya sore itu.
Setelah melihat Aileen tidur, Daisha tidak berani membangunkan. Dia langsung pulang sebelum di hadang Deon di teras rumah.
“Cunges, lo tahu nggak kenapa Aileen kek gitu? Gue tanya jawabnya nggak ada apa-apa muluk, males gue tanya ma dia. Sekarang dia suka sembunyiin masalah dari gue, padahal dulu enggak.”
“Eh kak sini, sini!”
Daisha menyuruh Deon lebih mendekatinya, dia berbisik hal penting ke Deon.
“Kakak kan pernah bilang kalau ada sesuatu yang mengganjal pada kak Nevan, nah menurut kakak apa yang mengganjal itu?”
“Sikap dia?”
“Nah, jangan bilang ke Aileen. Sudah hampir satu minggu itu orang nggak ngabarin Aileen. Makanya Aileen khawatir kek gitu.”
“Udah gue duga dari awal ini bakal dirasain adek gue lagi. Anjir.”
Sebelum mereka selesai ngobrol, tiba-tiba Aileen berteriak,
“Cungessssssss”
Memanggil Daisha setelah bertanya kepada ibunya kemana Daisha. Teriakan Aileen membuat Daisha dan Deon langsung berjauhan, macam orang pacaran dan ketahuan.
“Apa?” Jawab Daisha.
“Kak Deon, ngapain di situ?”
Tanya Aileen yang kaget melihat kakaknya ada di samping Daisha.
“Ngapain? Ya duduklah nih sambil ngopi makan roti, nggak lihat lu?”
Aileen menarik Daisha ke dalam rumah dan di bawa ke dalam kamar, lalu pintu di kunci.
“Lo ngapain sih? ini dah sore, gue pulang telat emak gue ngomel-ngomel pasti.”
Daisha mencoba kabur.
“Nih lo harus lihat, sumpah, sumpah .…”
Tiba-tiba Aileen menangis kebingungan, rambutnya dia acak-acak, mondar-mandir, sekali-kali jarinya dia gigitin.
Daisha langsung melihat apa yang ditunjukkan Aileen kepadanya. Setelah beberapa menit membaca dan memahami apa yang ada di handphone tersebut, kini berubah Daisha yang syok berat.
“Ini, ini, ini apa Ai … kenapa kek gini? ini serius nggak? Informasinya bener nggak? Jangan-jangan hoax.”
“Lihat itu ada namanya, jelas banget itu siapa. Lo nggak bisa ngenalin apa?”
Oceh Aileen dengan muka memerah, bukan tersipu malu tapi memendam amarah plus matanya yang mulai berkaca-kaca tapi dia tahan.
Sambil mengepalkan tangan, menarik napas dan mengeluarkannya perlahan berharap tidak melakukan hal berlebihan.
Daisha juga syok dan bingung mau melakukan apa.
Malam itu Aileen nggak berani keluar kamar buat makan, sebab mata dia sembab habis menangis dari sore. Apalagi dia juga sedang haid.
Jadi tidak kehilangan akal membuat alasan untuk tidak keluar kamar. Dia cukup bilang kalau perutnya sakit dan keluarganya memahami.
Aileen hanya tiduran di kasur, bukunya masih berantakan di atas meja belajar belum dia bereskan sedari sore.
Deon juga curiga, kenapa tiba-tiba Aileen menarik Daisha dan setelah itu Daisha cepat-cepat pulang tanpa berpamitan terlebih dulu, seperti ada yang disembunyikan.
Namun, ayah ibu tidak ngeh dengan kejadian itu, hanya Deon yang ngeh.
***
Malam harinya Daisha berusaha menghubungi Aileen, tapi tidak ada balasan dan jawaban kemungkinan besar kalau nggak nangis iya tidur. Sebab, Daisha sudah paham saat Aileen bad mood itulah hal yang kemungkinan akan dia lakukan.
Daisha menghubungi Agam dan bercerita semuanya ke kekasihnya itu, tapi jawaban Agam membuat Daisha lebih syok. Bagaimana tidak, hal itu sudah diprediksi oleh Agam juga Deon.
“Nggak kaget juga sih gue lo beri tahu ini. Gue sama kak Deon juga udah berpikir ini akan terjadi, tapi kak Deon tahu masalah ini belum?”
“Hah belum. Kalau kak Deon tahu, yang ada habis itu orang. Tadi aja kak Deon udah macam petugas kepolisian introgasi ini introgasi itu.”
“Lo tidur ini sudah malem! Besok kuliah. Dukung Aileen jangan sampai dia kek dulu lagi, lama-lama gue kasihan lihat dia nggak pernah ada beruntungnya masalah cowok.”
Kalimat salam dan selamat malam menjadi akhir komunikasi Agam dan Daisha malam itu. Tapi nenek sedari tadi mendengar apa yang dibicarakan cucunya dengan Agam.
Meski membuat Daisha syok karena tiba-tiba nenek muncul, dia malah mengajak sang nenek curhat tentang masalah Aileen dengan Nevan yang baru saja terjadi.
“Gini ya nak, kenapa kita itu perlu ngati-ngati. Ojo ndeleng uwong ko jobone tok, sopo ruh jobone moloikat jerone ulo[1]. Jadi ya itu, harus berhati-hati dan jangan asal percaya saja. Sudah malam ini adik-adikmu juga sudah tidur. Besok kuliah, dengar apa yang dikatakan Agam juga.”
Mendengar apa yang dikatakan nenek. Daisha mulai berpikir kalau sebenarnya apa yang dia dan Aileen lihat dari seorang Nevan adalah luarnya saja belum kenal mendalam tentang sikap, sifat, dan hatinya.
Daisha mengambil handphonenya dan mengirim pesan yang lumayan panjang kepada Nevan. Serasa emosinya memuncak malam itu, Daisha berusaha mengatakan apa yang mengganjal di hatinya demi Aileen.
Bukan berarti ikut campur, bagi Daisha itu adalah salah satu bentuk dukungannya kepada Aileen. Setelah memencet tombol kirim, Daisha meletakkan Hpnya di meja dan dia hilang di telan selimut.
Seperti biasanya, pagi harinya Daisha gantian menjemput Aileen untuk pergi ke kampus. Namun, sampai di depan gerbang rumah sudah di hadang Deon yang begitu penasaran dengan tingkah Daisha dan adiknya kemarin.
Bahkan semalaman Aileen seolah mengurung diri di kamar tidak menampakkan diri keluar. Rasa curiga kalau Aileen sedang tidak baik-baik saja semakin kuat saat pukul satu malam dia mendengar ada tangisan dari kamar Aileen.
“Eh lo bilang, ada apa sama Aileen! Tadi malem jam satu gue kira kuntilanak nangis, eh tahu-tahu dari kamar dia, ada apa ha?”
Sebelum selesai bertanya, Aileen sudah keluar rumah duluan sehingga pertanyaan Deon ditangguhkan dan dia kembali meneruskan kegiatannya menyiram tanaman.
“Kakak yang rajin ya! Gue kuliah dulu, itu yang sana belum. Awas kalau nggak rata nanti dimarahi enyak lho, wkwkwk.”
Aileen menggoda kakaknya sambil menjulurkan lidah.
Deon melihat adiknya kembali ceria yang ternyata bisa ditebak oleh Deon hanyalah bentuk manipulasi saja. Adiknya menyembunyikan sebongkah kesedihan dalam candanya.
Daisha yang melihat keceriaan Aileen pagi itu bukannya ikut tertawa, tapi ujung-ujungnya malah sedih.
Aileen dan Daisha berboncengan menuju kampus, selama diperjalanan Aileen kembali hening tidak seperti waktu dia akan berangkat tadi yang ceria.
Meski sudah beberapa kali diajak ngobrol Daisha, Aileen tetap hening dan melamun sepanjang jalan. Kurang lebih sepuluh menit perjalanan, akhirnya Aileen mau bicara tepat di parkiran kampus.
“Nges, nanti siang temenin gue ketemu Olivia!”
Mendengar ucapan Aileen, Daisha seketika syok bagaimana bisa dia sudah tahu tentang Olivia.
“Tadi malam gue hubungi dia liwat sosmed, ternyata benar dia pacarnya Nevan dan sudah jadian sejak semester awal dan ternyata gue disini orang kedua di hubungan mereka.”
Mendengar penjelasan Aileen, Daisha hanya bisa melongo, hatinya nggak bisa dibohongin ikut greget dan kesal dengan apa yang barusan dia dengar.
Melihat Aileen mulai berkaca-kaca lagi dengan muka memerah, dia paham bahwa kemarahan telah menumpuk di hati sahabatnya itu.
Daisha berusaha menenangkan Aileen dengan mengajaknya membeli minum di kantin, sebab jam masuk masih lumayan lama.
Aileen mencoba tersenyum dengan hatinya yang remuk etah untuk yang berapa kalinya. Sama seperti yang pernah dilihat Daisha ketika Aileen harus menerima kenyataan tentang Zahir.
***
Perkuliahan pagi, siang dan sore selesai pukul tiga sore dan setelah itu Aileen menarik Daisha untuk menemaninya bertemu Olivia di kantin kampus.
“Siapakah Olivia?”
Daisha sendiri juga masih bertanya-tanya.
Dengan langkah terburu-buru Aileen mencoba menarik dan menghembuskan napas.
Selama perkuliahan berlangsung tadi, nampak Aileen tidak menunjukkan kesan tenang.
Raganya benar di kelas tapi pikirannya nggrambyang kemana-mana dan orang-orang yang tidak mengenal Aileen pasti tidak akan ngeh, namun bagi Daisha, Elina, Ghina, Iva, Genta, dan Brian mereka tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh Aileen.
“Ai, janganlah lo lari-lari kek gini! Maksud gue, iya lo boleh buru-buru pengen cepat ketemu si Oliv, gue tahu lu marah. Tapi, istighfar dulu tenangkah hati lo. Soalnya kalau apa-apa pake amarah yang ada nggak akan kelar masalahnya.”
Aileen memperpelankan langkah dan menarik napas, membuang napas sambil baca istighfar.
“Nges, posisinya gue disini itu ketiga lho. Gue jadi orang ketiga mereka. Gue nih malu banget sebenarnya ngadepin Oliv, tapi ya bagaimana ini harus diluruskan. Nevan harus banget milih gue atau Oliv, nggak bisa dua-duanya kek gini.”
“Kalau Nevan lebih milik Oliv?”
Tatapan Aileen tajam setelah mendengar apa yang dikatakan Daisha. Aileen meninggalkan Daisha yang masih menatap menunggu jawabannya.
Sampai di kantin kampus, Aileen melihat ke penjuru arah dan menemukan satu wanita dan itu adalah Olivia.
Aileen mendekat dan Daisha menunggunya di meja yang agak jauh.
“Kenapa hal ini harus terjadi sama lo sih Ai? Padahal lo baru saja merasakan bahagia dan bisa menutup luka lama. Namun … Gue nggak tega lihat kondisi lo Ai.”
Daisha menatap dalam langkah setiap langkah berat Aileen yang berusaha mendekati Olivia. Gadis itu belum sadar dengan kehadiran wanita yang juga pacar dari pacarnya.
“Olivia pasti juga begitu sedih dan kecewa, wajah dan air matanya jelas menggambarkan semuanya. Kenapa ada laki-laki buruk seperti ini yang hadir di hidup dua wanita yang tidak berdaya itu?”
Daisha prihatin, memandang Olivia dari kejauhan.
Terlihat Olivia perlahan menyeka air matanya juga. Sama seperti Aileen yang dalam langkahnya juga menyeka air mata.
Daisha hanya bisa melihat dari kejauhan, sesekali Daisha menahan diri supaya lebih tenang dalam kondisi yang real ada di depan matanya itu.
SWASTAMITA apakah kini kau sedang tidak bercanda lagi dengan Aileen?
[1] jangan melihat manusia dari luarnya saja, siapa tahu luarnya malaikat dalamnya ular
Call Me KaDaisha duduk di café biasanya, Agam yang baru pulang kerja langsung menemuinya dengan membawakan terang bulan kesukaan kekasihnya itu.Ada kegundahan di hati Daisha, apa lagi beberapa hari ini sahabat curhat, sahabat bercanda, yaitu Aileen sedang tidak baik-baik saja.Iya, semenjak bertemu dengan Olivia beberapa hari lalu. Aileen jarang banget tersenyum. Bahkan dengan penuh pertanyaan Aileen terus berusaha menghubungi Nevan yang belum ada kabarnya sampai sekarang, layaknya hilang ditelan ombak lautan.“Nih makan dulu! Mulut lo kadang pedes kalau perut lo kosong.”“Hih, lo mah .…”Jawab Daisha sambil cemberut.“Oh iya, ayah ibu lo kemarin nelpon gue. Nanyain kabar nyokap bokap gue juga, kata beliau pulangnya masih lama, gue suruh nunggu dulu.”Ujar Agam, karena mereka sudah bersahabat keluarga masing-masing juga sudah tahu.
Call me Ka“Gue berusaha menikmati keadaan hidup gue, tanpa harus mempermasalahkan ini berkepanjangan.” Kata Aileen sambil menutup buku yang dari tadi dia baca.“Maksud lo ….?”Daisha sempat syok, entah apa yang terjadi tapi hubungan Nevan dan Aileen yang terhadang prahara selingkuh berangsurnya waktu tetap berjalan baik-baik saja. Bahkan, sudah kembali semula seperti tidak ada masalah apa-apa.Daisha yang melihat kondisi dihadapannya, semakin tidak tahu dengan apa yang dipikirkan Aileen. Kenapa sedemikian sederhananya mereka menyudahi permasalahan yang ada. Padahal kata maaf yang ingin di dengarkan Aileen dari Nevan belum juga Aileen dapatkan.“Gila ya lo. Padahal Nevan belum minta maaf sama lo, atas perlakuan dia duain lo.”Daisha geleng-geleng kepala. Dia tahu, dia tidak punya banyak hak ikut campur hubungan Aileen dan Nevan. Daisha hanya bisa memb
Call Me Ka“Hay Nevan? Bagaimana kabar lo? Lama banget nggak jumpa .…”Mendengar pertanyaan itu seketika Aileen membalikkan badan. Dia melihat ada wanita dengan perawakan tinggi, putih, dengan rambut digerai sepinggang mendekati Nevan yang sedang berdiri memegang handphonenya setelah selesai komunikasi dengan seseorang.Wanita itu langsung mendekati Nevan dan mengulurkan tangan menandakan mereka pernah kenal dan jumpa sebelumnya.Aileen masih mengamati dari kejauhan keakraban Nevan dan cewek tersebut. Bahkan sampai beberapa kali Aileen menatap tajam tidak ada balasan apapun dari Nevan.Teman-teman Aileen yang menyaksikan itu semua, seolah paham bagaimana perasaan Aileen, sakit pasti tapi berusaha Aileen tunjukkan kesan baik-baik saja.“Kak, lihat aku! Aku melihatmu dari sini, melihat keuwuan yang kalian buat. Kak, aku ini kau anggap apa? Kenapa kamu bisa berkesan baik-baik saja dan aku
Call Me Ka“Gue pasti bisa melewati ini semua kan Nges? Kenapa gue tidak bisa seperti lo yang bisa mendapatkan pasangan yang sefrekuensi?”Aileen masih terus memikirkan hubungannya dengan Nevan yang semakin hari berjalan saling berjauhan. Tidak ada kejelasan satu sama lain, dimana Aileen sebagai wanita menunggu dari pihak Nevan, namun Nevan belum pernah menghubunginya sampai sekarang.“Lo percaya nggak sih sama salah satu firman Allah? bahwa Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan hambaNya. Jika lo diberi cobaan ini berarti lo juga pasti mampu melewatinya, sedangkan hati lo juga hanya lo yang tahu. Jika tidak bisa bersatu jangan dipaksakan! Semua yang dipaksa akan pahit akhirnya. Memang kata orang zaman dulu tresno jalaran songko kulino. Tapi lo mikir lagi deh, kalau lo sekarang udah ngerasain kek gini? Bagaimana sebuah rasa tresno alias rasa cinta bisa benar-benar menjadi nyata?&rd
Call Me Ka“Fatin kayaknya tahu sesuatu tentang Nevan Ai, aneh sih? Lagian kenapa dia sinis banget dan sering banget nyebut Marsya. Marsya … apa Marsya itu pacar Nevan juga ya?”Daisha tidak tahan dengan rasa penasaran yang selama ini dia pendam, sebab sering kali Fatin mengucapkan Marsya dihadapan Aileen. Seolah menyatakan kalau Marsya itu punya pacar dan pacarnya selingkuh dengan Aileen.Anehnya lagi saat ditanya selalu menyatakan nggak tahu dan itu bukan urusannya. Bahkan Daisha juga sering bertanya, tapi tetap tidak pernah mendapat jawaban apa-apa.“Sebenarnya … gue sudah tahu siapa Marsya itu Nges. Dulu banget sebelum sama gue. Kak Nevan pernah cerita tentang Marsya. Dia pernah suka dengan Marsya tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Sayangnya bukan hanya sekali Kak Nevan ditolak Marsya, tapi sampai beberapa kali. Gue kira itu nggak mungkin, lagian siapa yang mau menolak kak Nevan. Tapi, saat
Call Me Ka“Nges, gue pulang dulu, tuh obatnya jangan lupa diminum!”Agam hari itu berkunjung ke posko KKN dan membawakan obat, sebab akhir-akhir ini kondisi Daisha sedang flu.“Wokke. Hati-hati Gam. Inget mata lo jangan nyeleweng, naik motor hadap depan!”“Jelaslah hadap depan, lo pikir gue Limbad bisa naik motor hadap belakang haaa?”Melihat sahabatnya dijenguk kekasihnya, membuat Aileen merasa tidak seberuntung Daisha. Dia yang selalu perhatian meski tidak diminta. Mungkin karena Agam dan Daisha sudah bersahabatan lama, jadi mereka pacaran pun malah jatuhnya ngakak dan selalu bikin suasana rame.Tidak terasa kurang tiga hari lagi KKN segera usai. Semua proker satu per satu juga sudah dijalankan. Sebelum masa KKN mereka usai dan sebelum mereka sibuk masing-masing dengan tugas akhir. Aileen mencoba memberanikan diri bertanya dengan Fatin tentang siap
Call me Ka“Gue sudah lupa, kapan terakhir kali gue bahagia kak? Gue merasa apa yang gue rasakan tidak pernah ada rasa bahagianya sama sekali.”Di bawah kerlap-kerlip bintang malam. Aileen menceritakan semuanya ke Deon, baru kali ini Aileen berani menceritakan semuanya ke kakaknya. Mulai dari Olivia hingga ke Marsya semuanya diceritakan dengan detail kepada Deon.Awalnya Deon sangat marah adiknya dijadikan bahan mainan seperti barang yang nggak punya harga. Namun, karena dijelaskan oleh Aileen untuk tidak menjadikan ini masalah besar, sebab Deon harus percaya dengannya. Bahwa Aileen bisa menyelesaikan masalahnya tanpa campur tangan dari Deon.“Kakak minta, lo jangan makan hati terus. Ingat ada ayah, ibu, dan kakak yang selama ini selalu ada untuk lo. Jangan selalu menomor satukan yang tidak pernah melihat lo dengan mata yang baik. Hati lo nggak pantas mendapatkan ini semua. Ai, lo itu adik manis, baik, dan
Call Me Ka“Do’akan ya gaes, supaya lancar ujian proposal gue! Gue nggak nyangka proposal penelitian gue diterima dan bisa ujian secepat ini.”Kata Aileen kepada Daisha, Ghina, dan Elina.“Selamat ya Ai, semangat lo pasti bisa!” Jawab Ghina.“Sukses Ai!” Jawab Elina.“Fokus Ai fokus, jangan kemana-mana pikiran lo! Bisa-bisa lo nanti ngeblank ditanya dosen penguji lo, kalau lo nggak fokus.” Pesan Daisha.Memang diantara mereka, proposal Aileen lebih dulu di ACC sehingga bisa segera ujian. Namun, untuk keempat temannya, Daisha, Ghina, Elina, Genta dan Brian masih terus berusaha memaksimalkan penelitian supaya segera dapat ACC dan diajukan ujian proposal untuk mendapatkan dosen pembimbing.Selain Daisha, kelima sahabat mereka juga sudah tahu apa yang terjadi dengan Aileen. Kadang mereka juga marah, namun itu privasi Aileen. Bagaimanapu
Call Me KaNostalgia ada karena kenangan, tapi kini Aileen tidak bisa membuat kenangan itu menjadi nostalgia. Dia melalang buana melupakan semuanya. Dia ingin berada dalam rasio yang jelas hingga tidak di temui lagi sesuatu yang membuatnya menangis.“Ayah, ibu, Kak Deon. Aileen minta izin mau ikut Kakek dan Nenek di Kalimantan. Di sana Aileen mau cari kerja dan nanti Aileen pastikan sering pulang untuk menjenguk ayah, ibu, dan kak Deon … dan untuk pekerjaan aku sekarang, aku mau keluar dan ini masih masa training belum teken kontrak. Jadi, Aileen bisa risent. Ayah, ibu, Kak Deon. Bagaimana?”“Masalahmu apa to nak? Bilang ke Ayah dan Ibu. Kenapa kamu tiba-tiba izin ikut Kakek dengan wajah ceria dan senyam-senyum seperti itu?” Ibu tahu jika senyum Aileen itu palsu.Kak Deon sudah bisa menebak apa yang terjadi dengan adik kesayangannya itu.“Lo nusul Kakek, karena ad
Call Me KaMelukiskan luka yang tidak pernah ada penghapusnya. Kini semua yang Aileen anggap sebagai kebahagiaan sudah musnah. Dia terlalu bersemangat dengan doanya, tapi setelah tahu semuanya. Dia meyakini doanya tidak pernah dikabulkan oleh Tuhan.Aileen melewati hari-hari seperti biasanya. Dia sudah pasrah dan tidak mau berhubungan lagi dengan Nevan. Apalagi sudah beberapa minggu ini Nevan juga jarang menghubunginya. Aileen tidak meminta penjelasan apapun juga. Intinya semuanya sudah jelas bagi Aileen.Ai, minggu sore lo sibuk nggak? Ke Café Mbok Jum yuks!Daisha mencoba mengirim pesan ke Aileen. Soalnya sejak kejadian itu mereka jarang bertemu, saking sibuk dengan kegiatan masing-masing.“Semoga Aileen besok nggak sibuk. Amin.” Doa Daisha.Aileen langsung membaca dan membalas pesan Daisha. Besok dia bisa bertemu dengan Daisha.Okke, aku besok free. Besok
Call Me KaMatahari sejak pagi tak pernah nongol, bahkan dunia seakan di penuhi dengan embun. Pandangan mata pun tidak bisa leluasa melihat , saking banyaknya embun yang turun. Entah, pagi ini pagi apa. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan.Daisha penasaran apa mereka akan jadi keluar di cuaca seperti ini. Layaknya tidak diizinkan untuk keluar dari rumah.“Ni orang jadi nggak sih keluar? Ini dah pukul 9 pagi di hubungi nggak ada balasan dari tadi.”Daisha menggerutu sambil sesekali mengintip pintu rumahnya.“Kenapa Nak?”Nenek heran sedari tadi cucunya kayak setrika.“Ini nek, Aileen kemarin ngajak keluar pagi dan dia bilang mau jemput aku. Eh ini dihubungi nggak nyaut dan ini cuacanya nggak mendukung banget buat keluar nek.”“Hems, mungkin Aileen sedang sibuk. Iya, kalau dia udah janji mau jemput kamu berarti nanti Aileen pasti kesini. Sa
Call Me KaNenek dan Agam kaget melihat Aileen langsung lari ke luar rumah. Mereka pikir Aileen akan pulang, tapi tidak berapa lama mereka mendengar teriakan Aileen dari dalam kamar Daisha.“Ai, lo ada di dalam kamar Daisha?”Tok tok tok.Agam dan nenek langsung bergantian mengetok kamar Daisha.“Ya Allah Nges, lo kenapa bisa kek gini. Kamar lo kunci, nggak keluar kamar segala, telepon nggak diangkat juga.”Setelah mengomeli Daisha. Aileen membuka pintu kamar yang ternyata ditutupi meja oleh Daisha. Setelah berhasil menggeser meja, pintu dibuka dan Agam serta nenek langsung masuk ke kamar Daisha.“Ya Allah…” Nenek syok.“Nges, lo kenapa?” Agam tambah syok.Posisi Daisha ada di pojok kamar. Dia merenung di pojokan sambil memegang lipstik merah. Wajah Daisha celemotan di mana-mana. dia menulis kalimat di lantai pakai lipsti
Call Me Ka“Nges bagaimana skripsi lo udah di ACC?”Karena Daisha susah di hubungi. Aileen memutuskan datang ke rumah Daisha. Ternyata benar kalau handphone Daisha sedang di cas dan dia sedang mengerjakan skripsi.“Kapan lo datang? Udah Alhamdulillah senang banget nih gue. Tinggal memenuhi persyaratan untuk ujian skripsi saja.”“Syukurlah … segera sat-set supaya lo bisa segera lulus.”“Iyah ni gue proses mengumpulkan persyaratan, lo tenang aja deh. Eh gimana interview lo kemarin?”“Nggak tahu Nges. Masa iya katanya jadi Admin eh ternyata disuruh jadi sales. Kan nggak cocok sama pengumumannya, kalau dari awal bilang jadi sales ya gue maklumin. Tapi ini pengumumannya admin eh di sana malah jadi sales, nggak jelas banget.”Memang setelah lulus Aileen hampir tiga bulan rajin melamar kerja sana-sini, meski sudah berkali-kali
Call Me Ka“Ini jam berapa sih? Ganggu orang tidur aja.”Aileen bangun dan melihat jam yang masih menunjukkan setengah lima pagi. Dia lalu mengecek dering di handphonenya dan mengagetkannya yang menelpon sepagi itu adalah Nevan. Entah ada angin apa, Nevan yang hampir satu bulan menghilang bak ditelan bumi kini bangkit lagi dan menghubungi Aileen.“Assalamualaikum Ai, bagaimana kabarmu?”“Wa'alaikumussalam, sehat. Kabar kakak sendiri bagaimana?”Ingin sekali Aileen menanyakan selama ini Nevan di mana saja dan sedang apa, namun dia mengurungkan niatnya. Dia khawatir Nevan tersinggung atas pertanyaan itu. Akhirnya dia hanya berbasa-basi, bagi Aileen apa yang dia tanyakan dan apa yang ditanyakan Nevan kepadanya tidak berguna.“Kak, saya lulus Sempro beberapa hari yang lalu. Ini sudah mulai revisi dan kemungkinan minggu depan saya daftar wisuda gelombang ini. Apakah
Call Me Ka“Doain gue ya! Sumpah rasanya jantung gue mau copot kurang 30 menit lagi gue masuk ruang ujian.”Aileen akhirnya bisa berada di tahap ujian skripsi atau biasa disebut Sempro. Hadir juga Ghina, Iva, Daisha, Genta kecuali Brian yang sedang sibuk mengurus narasumber skripsinya.Banyak sahabat menemani Aileen ujian. Tapi meski sahabatnya ada di sana, tetap saja Aileen merasa ada yang kurang. Nevan hingga saat ini belum pernah menghubungi Aileen, bahkan Aileen belum mendapat ucapan selamat dari Nevan. Meski demikian, Aileen berusaha tidak memperdulikan, rasa gugup saat menghadapi ujian skripsi ternyata lebih besar dari rasa penasarannya tentang Nevan.“Lo nggak usah mikirin macam-macam! Lo harus fokus sama ujian ini, kalau fokus lo terpecah-pecah yang ada elo kena skak dosen penguji, habis lo.” Nasehat Daisha.“Kak Nevan?” tanya Aileen kepada Daisha.“Mana
Call Me Ka“Cublak Cublak suweng, suwenge teng gelenter ….”“Ngesss. Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.”Daisha yang sibuk menyapu teras sambil mengikuti adiknya yang sedang latihan menyanyi di dalam rumah kaget saat ada yang memanggilnya dan ternyata itu Agam.Siang itu tanpa memberi kabar Agam datang ke begitu saja ke rumah Daisha.“Ngapain lo kesini?”“Ya Allah, salam gue juga belum lo jawab kali. Udah pedes aja pertanyaannya.”“Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh … ngapain lo kesini?”“Udah tiga hari kenapa lo nggak ngabarin gue sih? Gue telfon nggak lo angkat, gue kirim pesan nggak lo bales. Heran.”“Sebentar!”Daisha berjalan menuju halaman depan dan tidak menyuruh Agam duduk dulu. Akhirnya Agam sendiri yang duduk di kursi teras dan minum air mineral
Call Me Ka“Alhamdulillah, skripsi gue di ACC gaes.”Aileen jingkrak-jingkrak bahagia di depan Daisha, Iva, dan Ghina yang menunggu di lobi kampus.Memang akhir-akhir ini Aileen lebih fokus menyelesaikan skripsinya dan dia berusaha keras melupakan Nevan. Iya, meski sebenarnya dia masih terus mengharapkan Nevan menemuinya dan merajut kisah seperti dulu.Terlepas itu semua Aileen sadar, hati Nevan bukan hanya untuknya saja, ada banyak wanita yang berada di sampingnya. Aileen tidak pernah berhenti untuk berharap, tapi semakin dalam dia berharap semakin sakit juga dia rasakan.Semenjak itulah Aileen berusaha santai tentang hubungannya dengan Nevan. Dia fokus menyelesaikan skripsi sampai mendapatkan ACC dari dosen pembimbing. Ucapan selamat diperoleh Aileen dari sahabat dekatnya. Namun tidak dengan Nevan, dia tidak pernah menghubungi Aileen sama sekali meski hanya sekedar mengucapkan