Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin
Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,
Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na
"Aku terima nikahnya Zahira Alesha binti Mulyono dengan mas kawin sebuah cincin emas lima gram tunai," Fajar mengucapkan ijab Qabul dengan suara lantang."Sah?! tanya penghulu."Sah!" seru tamu undangan serempak.Mendengar seruan itu membuat Zahira terkejut, dia tidak bermimpi. Ini nyata, ayahnya sedang terbaring menjalani operasi patah tulang sehingga walinya di wakilkan kepada wali hakim dari kantor urusan agama setempat."Suami Zahira tampan ya? Beruntung sekali dia, penjual pakaian bekas tapi dinikahi pengusaha tampan!" bisik tetangga depan rumahnya."Kalau wajah sih tak masalah, Zahira juga cantik kok, yang salah itu profesinya," ucap tetangga lainnya.Semua omongan itu begitu menyakitkan telinga Zahira, ingin rasanya dia melabrak ibu-ibu hebring itu. Zahira teringat ibunya, dia khawatir ibunya akan mendengar obrolan itu. Dia mengangkat kepalanya mencari keberadaan sang ibunda tercinta, tak sengaja matanya sempat beradu dengan pria yang baru saja sah menjadi suaminya.Ternyata ib
""Lima puluh ribu saja, ayo siapa yang mau beli, murah meriah, pak, mari!" Zahira menjalani profesi barunya."Berapa yang ini?" seorang pria menanyakan harga celana pendek jeans yang terlihat masih baru."Lima puluh ribu saja pak!" jawab Zahira."Yang ini satu ya?" kata pembeli itu sambil melingkarkan sebuah celana pada lehernya."Ini kira-kira ukurannya berapa ya?" tanya pria itu, walau selingkar leher tapi dia masih ragu."Itu ukuran tiga dua pak," jawab Zahira."Ini mbak, saya ambil yang ini," pria itu menyerahkan selembar uang seratus ribu "Ini kembaliannya pak!" "Untukmu saja!" kata pria itu lalu berjalan pergi.Zahira semakin bersemangat, "Bapak cari ukuran berapa pak? Lagi-lagi seorang pembeli sedang melihat-lihat celana pendek."Ukuran tiga empat!""Yang kayak itu ya pak?" tunjuk Zahira pada sebuah celana yang tergantung terpisah dari lainnya."Iya kalau ada!" Zahira mencari di deratan celana jeans ukuran besar."Ini pak ukuran tiga empat!" Zahira menyerahkannya.Di sudut
Pagi-pagi sekali, Zahira sudah bersiap-siap pergi berjualan lagi, hari ini dia sangat bersemangat karena kemarin saat hari pertama bekerja, jualan mereka laris manis."Ma, pagi ini aku nggak bisa ke Rumah Sakit soalnya mau melakukan pembongkaran pakaian yang baru datang, setelah pembongkaran aku akan kesana, aku pergi dulu!" pamit Zahira sambil mencium tangan ibunya.Melihat semangat anaknya yang tinggi membuat Naning hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk putrinya. Pagi ini Naning hendak memasak makanan yang akan di bawanya ke rumah sakit, untunglah Zahira sebelum pergi jualan sudah membersihkan rumah dan pekarangan.Tiga puluh menit kemudian, Naning mandi dan bersiap-siap ke Rumah Sakit. Namun langkahnya terhenti tatkala seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam."Waalaikum salam, mari masuk!" Nampak olehnya sepasang suami isteri dengan pakaian mentereng datang bertamu ke rumahnya. Walau tak mengenal mereka, Naning tetap mempersilakan mereka masuk."Mari silakan duduk!" Sete
Sepanjang jalan pak Handoko dan Nyonya Nagita berdebat terkait upaya perjodohan Fajar dan Zahira."Papa sih, harusnya papa mendukung mama untuk menyatukan mereka, ini malah papa mendukung nyonya Naning, sepertinya mereka dari keluarga baik-baik pa," ucap Nagita sebal.Menurut nyonya Nagita, walau baru saja mengenal keluarga itu tapi dari penolakan secara halus nyonya Naning membuatnya bisa menilai jika mereka bukan keluarga mata duitan. Berbeda dengan kekasih Fajar sekarang, Nagita sangat tidak menyetujuinya."Dengar ma, nyonya Naning benar, sekarang bukan zamannya menjodohkan anak-anak, biarkan mereka memilih sendiri pasangan hidupnya, yang akan menjalani rumah tangga itu anak-anak kita ma," nasehat tuan Handoko.Mendengar nasehat itu bukan meredakan amarah isterinya tetapi malah menyulut emosi sang isteri."Oh jadi papa lebih mendukung wanita yang bernama Akila itu? Sampai matipun mama tak akan menyetujuinya, atau jangan-jangan papa memang tertarik juga dengan gadis itu?!" tuduh Nagi
Setelah menyerahkan pesanan Akila, Zahira meminta izin pada pemilik dagangan untuk menjenguk ayahnya di Rumah Sakit."Ibu, aku hanya sebentar saja, aku hanya ingin tahu kapan rencana operasi ayahku!""Baiklah jangan lama," kata pemilik dagangan."Bareng aku saja, kebetulan aku pakai grab," tawar Akila.Berhubung Zahira di buru waktu, dia menerima tawaran Akila."Ayahmu sakit apa?" tanya Akila."Papaku mengalami kecelakaan dan tulang kakinya ada yang retak jadi harus di operasi!" jawab Zahira sedih."Oh kasian, kapan operasinya?" tanya Akila lagi."Tergantung dari biayanya sih, bukankah sekarang ini jika punya uang semuanya akan mudah!" jawab Zahira Akila merasa kasihan namun dia tak bisa berbuat apa-apa.Mobil berhenti depan Rumah Sakit, Zahira segera turun."Makasih tumpangannya!"Akila dan Zahira saling melambaikan tangannya.Zahira menuju ke kelas tiga dimana ayahnya di rawat tetapi kata penjaga pasien lain mengatakan jika ayahnya sudah di pindahkan ke ruang VIP.Dahi Zahira berke
Ayam berkokok bersahutan menandakan sudah waktunya bangun pagi diiringi dengan kumandang azan subuh, seperti biasa Zahira dan ibunya bangun disusul ayahnya dan Fajar. Setelah menunaikan shalat subuh berjamaah Zahira membantu ibunya memasak menu sarapan pagi."Kakek dan nenek sudah bangun?" tanya Zahira pada ibunya saat dia tak melihat keduanya."Iya juga ya, biasanya ibu mertua sudah bangun, cobalah tengok mereka di kamar," pinta Naning.Zahira bergegas ke samping, rumah ini tidak terlalu besar hanya terdapat tiga kamar tidur. Sejak Mulyono dan Naning tinggal di rumah ini kakek dan nenek tinggal di kamar belakang.Tok...tok...!"Nek....nenek....kakek....!" Zahira terus memanggil bahkan dia membesarkan volume suaranya.Fajar dan Mulyono yang mendengar teriakan Zahira datang menghampiri."Kenapa kau berteriak? Tidak sopan tau, mungkin saja mereka sedang sholat!" Tegur Fajar.Zahira memanyunkan mulutnya, "Perasaanku tak enak!"Mulyono mengetuk pintu kamar dan memanggil ayah dan ibunya na
Di kamar sebelah, Naning terus-terus mencium Zahira seakan mereka akan berpisah untuk selamanya. Naning terlihat sangat merindukan anaknya sehingga dia memeluk Zahira dengan erat dan tak ingin melepaskannya. "Ih...mama kenapa sih aku gak bisa bernafas loh, peluknya jangan kekencangan!" Akhirnya Naning melepaskan pelukannya, lalu dia tidur telentang dan memandang langit-langit kamar. "Mama kenapa? Jika punya masalah ceritakan padaku, siapa tahu aku bisa membantu!" Kata Zahira. "Bagaimana kehidupan rumah tanggamu nak, apa Fajar memperlakukanmu dengan baik?" "Ih..mama kok nanyanya aneh, kan mama sudah lihat bagaimana sikap kak Fajar padaku tadi. Jangan bilang jika mama menduga itu hanya akting!" "Tidak juga, setidaknya mama akan merasa sangat lega jika anak semata wayang mama sudah ada yang menjaganya!" Zahira mencoba mencerna kata-kata ibunya, dia berusaha menebak sebenarnya apa sih yang sedang di pikirkan ibunya ini. "Ma, ayo cerita padaku ada apa?" Naning terdiam cukup lama,
Untunglah Naning memberi tahu keberadaan mereka pada Zahira, sehingga saat keluarga Fajar ke Jawa Timur mereka mampir ke rumah kakek dan Nenek Zahira."Pandu sekarang sudah di pondok, sebaiknya kita ke rumah nenekmu!" kata Fajar.Zahira mengangguk, dia segera menelpon ibu dan ayahnya."Hallo, oh benarkah...ya Allah terima kasih, mama dan papa sudah lama merindukanmu nak. Mama nanti akan mengirimkan alamatnya!" Naning sangat antusias mendengar suara anaknya."Pa, Zahira bersama suaminya akan datang ke sini!" kata Naning pada suaminya setelah ponselnya di matikan."Mereka berdua saja?" tanya Mulyono."Kurasa bersama mertuanya!""Siapkan makanan untuk menyambut mereka, segera beritahu kabar ini pada mama dan papa di kebun belakang!"Naning segera bergegas memberitahu mertuanya akan kedatangan anak dan besannya.Kakek da nenek Zahira segera berdiri membantu Naning. Rumah mereka sangat sederhana namun cukup bersih. Kedatangan tamu dari jauh membuat para tetangga saling berbisik dan ingin
Resepsi berakhir dengan sangat menyebalkan bagi Akila namun dia tak menunjukkannya pada Armando, dia sangat iri karena semua tamu lebih memilih memuji Zahira ketimbang dirinya. Apalagi Fajar bahkan tak meliriknya sama sekali."Tunggu Fajar, aku akan membuatmu menderita bersama Zahira mu itu!" tekad Akila di dalam hati.Tuan Handoko dan nyonya Nagita tetap memperlakukan mereka dengan baik, Akila bahkan tak pernah di izinkan untuk ke dapur walau hanya sekedar menyiapkan sarapan untuk suaminya. Semua sudah disiapkan maid."Ma, aku sebaiknya masuk pesantren saja tahun ini!" pinta Pandu tiba-tiba.Nyonya Nagita tentu saja terkejut dengan permintaan putra bungsunya itu, padahal semula mereka yang menawarkannya masuk ke sekolah pesantren namun anak itu menolak."Benarkah? Bukankah sebulan lagi pengumuman kelulusan, pesantren mana yang kau inginkan nak?""Aku ke pesantren di Jawa Timur saja!" "Jauh sekali? Tapi tak apa nak, mama nanti akan beritahu papa!""Aku ingin berangkat Minggu depan, a
Handoko tetap berusaha memenuhi janjinya sebagai seorang kakak, dia menyiapkan acara resepsi yang cukup mewah untuk Armando dan Akila yang di gelar di rumahnya atas permintaan Armando.Nampak kesibukan di sana sini, Wedding Organizer yang membantu penyelenggaraan pesta malam ini. Handoko segera mengirimkan pesan pada Armando. Dan tak lama kemudian kedua pasangan itu tiba.Nagita telah menyiapkan kamar khusus untuk kedua mempelai itu, Akila tersenyum bahagia. Kini di berhasil masuk ke rumah mewah itu tanpa harus menikah dengan Fajar."Sayang, aku sungguh bahagia. Ini adalah kado terindah bagiku. Aku ingin tinggal di rumah ini selamanya!'" Kata Akila sambil menatap kagum kamar besar yang kini mereka tempati."Kau akan memiliki rumah ini sayang!" jawab Armando.Acara resepsi akan di gelar malam nanti sehingga mereka berdua masih memiliki waktu yang cukup untuk berbincang."Kau sangat optimis, memangnya seberapa besar andilmu terhadap rumah ini?" tanya Akila sambil tangan nakalnya mulai b
Waktu yang di nanti Armando akhirnya datang juga, ini baru permulaan selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat menarik. Dengan dendam yang membara dia akan melemparkan saudara tirinya itu ke jalanan.Penghulu sudah siap, begitu juga kedua mempelai."Apa sudah bisa di mulai?" tanya pak penghulu."Tunggu beberapa menit lagi pak, saudara saya pasti sebentar lagi tiba!" pinta Armando.Benar saja, terdengar suara mobil yang berhenti di depan kantor urusan agama, Fajar dan Zahira tiba lebih dulu setelah itu kedua orang tuanya."Apa benar paman Armando menikah hari ini?" tanya Fajar saat ayah dan ibunya turun dari mobil."Iya, ayo kita lihat!" jawab Handoko."Pandu nggak ikut ma?" tanya Zahira."Sudah di ajak tapi dia lebih memilih menggambar di kamarnya!"Keempatnya berjalan beriringan, Fajar tak sengaja melihat ibu Kinara dari kejauhan."Sedang apa ibu Kinara di sini?" gumamnya dalam hati."Mereka sudah tiba!" bisik Sehan.Armando tak memalingkan wajahnya sedikitpun, dia menunggu kakak
Pemberitahuan mendadak dari Akila kepada kedua orang tuanya membuat mata mereka terbelalak."Apa kau gila? Siapa pria itu dan apa pekerjaannya?" tanya ibu tiri Akila yang bernama Kinara.Akila dan Armando yang sepakat ingin menikah hari ini juga meminta restu kedua orang tua Akila. Armando masih mampir membeli cincin sebagai mahar untuk Akila sehingga membiarkan calon istrinya itu pergi lebih dulu ke rumah orang tuanya."Dia laki-laki pilihanku Bu!" jawab Akila."Lalu Fajar?""Dia mengkhianatiku, dia sudah menikah Bu!" jawab Akila sendu.Tak lama kemudian mobil Armando berhenti di halaman rumah Akila, dengan santainya Armando turun dari mobil lalu mengucapkan salam ketika masuk ke rumah Akila."Pria ini?" tanya Kinara sambil matanya melirik ke sebuah mobil yang cukup mewah di depan rumahnya. "Kenalkan nama saya Armando!" Armando mengulurkan tangan untuk berjabat.Lalu Akila mempersilakan Armando untuk duduk. Kinara seakan pernah melihat sosok pria ini tetapi dia lupa dimana pernah be
Armando tak melihat Akila, dia lalu meletakkan baju yang baru saja di belinya itu di dalam kamar, dan satunya lagi di simpannya di lemari. kemudian dia keluar. Matanya melihat album foto di lemari telah bergeser, pastilah Akila sudah melihatnya. Armando menuju ke kamarnya dan mandi lalu mengganti bajunya dengan kaus oblong dan celana pendek, sesaat dia menatap tubuhnya di cermin. Senyum tipis tersungging di bibirnya, hari ini dia berencana untuk menemui seseorang yang suatu saat akan bisa merubah hidupnya. Saat ini Armando belum ingin mengingat masa lalu, dia segera bergegas keluar dan menemukan Akila yang sudah duduk dalam diam sambil mengenakan baju yang tadi di belinya."Kau sudah siap rupanya, ayo aku akan mengantarmu pulang!"Akila malah memilih duduk di ruang tengah sambil memperhatikan sekeliling."Kenapa?" tanya Armando lalu duduk di samping Akila."Maaf aku tadi sempat membuka album fotomu!""Oh itu, tidak apa-apa!""Apakah kau tinggal sendirian? Sepertinya aku pernah meliha
Akila tak terima dengan apa yang baru saja di dengarnya, ini tidak mungkin. Semudah itukah Fajar melupakannya dan malah memilih gadis penjual baju bekas. Dendam kini bersemayam di hati gadis itu, dia pulang dengan amarah yang meluap. Akila melampiaskan amarahnya dengan pergi ke club malam."Hallo cantik, sepertinya kau sedang putus cinta!" tegur seorang pria bertato tatkala melihat Akila menenggak beberapa gelas minuman keras.Akila melirik sesaat pria yang duduk begitu saja disampingnya."Jangan ganggu aku...dia sudah merebutnya....huhuhu...!" "Kau mabuk sayang, mari aku akan mengantarmu pulang!" tawar pria itu.Akila menolaknya dia masih ingin menghabiskan minuman di meja namun pria itu segera menyingkirkannya. "Hei...kembalikan!" Teriak Akila saat minumannya di singkirkan. Dia berdiri memukul pria itu namun tangannya hanya bisa terkulai dan dia jatuh ke dalam pelukan pria bertato itu.Pria bertato bernama Armando, dia membopong tubuh Akila menuju mobilnya. Akila terus meracau."Z