Dalam sekejap, Danzel merasa kepalanya sangat pusing. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk memegang meja, baru akhirnya bisa berdiri dengan stabil.Di sisi lain, Leona terkesiap melihat Danzel yang seperti ini. Dia maju untuk membantu dan bertanya, tetapi tangannya ditepis oleh Danzel.Lantaran kesal, Leona sontak meninggikan suaranya seperti sedang memberi ultimatum. "Danzel! Aku masih punya banyak urusan, nggak bisa menunggu begitu lama! Kalau kamu nggak memberi jawaban lagi ...."Danzel berusaha untuk menenangkan diri, lalu mengambil jasnya dan bersiap-siap keluar. Melihat ini, Leona termangu sesaat dan buru-buru mengikuti. "Apa maksudmu ini! Kamu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun! Mana semudah itu!"Baru 2 menit berlalu sejak dirinya menerima panggilan, tetapi kemeja Danzel sudah dibasahi keringat dingin sekarang. Saat ini, dia tidak memiliki kesabaran untuk mendengar omong kosong Leona. "Biar kuperingatkan kamu ...."Mata Danzel tampak memerah dan mengerikan, seperti se
Remy tersentak kaget memandang Danzel di depannya. Dia belum pernah melihat atasannya begitu emosional, tetapi dia masih dilema harus menenangkannya atau tidak.Saat itu, seorang dokter mendadak membuka pintu dan masuk. Mendapati dua orang asing di dalam ruangan, dia pun bertanya heran, "Permisi, Anda siapa, ya?""Aku suaminya," jawab Danzel. Begitu teringat bahwa ini pertama kalinya dia memperkenalkan diri seperti suami Meghan, kesedihan di hatinya makin mendalam.Dokter mengangguk paham, lalu mulai menjelaskan beberapa hal sambil mengeluarkan rekam medis, "Nona Meghan tidak cedera serius, tapi tulangnya patah dan menderita beberapa memar, jadi ....""Apa katamu?" sela Danzel sambil membalikkan badan dan melempar tatapan tajam pada dokter. "Istriku patah tulang?"Pada saat itu, logika Danzel perlahan kembali berjalan, seolah-olah dia teringat sesuatu. "Jadi, nyawa istriku aman? Terus kenapa dia masih memejamkan mata? Apa masalahnya?" tanya Danzel lagi.Memikirkan sorot mata yang dilem
Awalnya, Meghan tidak merasakan sakit apa pun di tubuhnya, tetapi ekspresi Danzel justru membuatnya menggigil kedinginan."Kamu sudah sadar? Gimana perasaanmu?" tanya Danzel dengan ekspresi gembira. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira telah terjadi sesuatu yang membahagiakan."Tuan Danzel ... bisakah kamu berhenti menatapku seperti itu," ujar Meghan. Jelas-jelas dialah yang mengalami kecelakaan mobil, tetapi mengapa rasanya otak pria ini yang rusak?Saat kedua orang itu sedang mengobrol, Bayangan mendadak mendorong pintu dan masuk. "Guru, kamu sudah sadar? Gimana perasaanmu? Apa ada yang nggak nyaman?" tanya Bayangan.Kemunculan Bayangan yang tiba-tiba membuat Meghan mengerjap. Sebenarnya apa yang terjadi selama dirinya tidak sadarkan diri?"Aku mau beli sesuatu sebentar. Kalian berdua bisa ngobrol dulu," kata Danzel sambil melirik ke arah Bayangan. Kemudian, dia segera bangkit dan berlalu dari situ.Saat ini, hanya ada Meghan dan Bayangan yang tertinggal di ruangan itu. Setelah
Meski kecelakaan mobil ini tidak membuat Meghan menderita cedera serius, lukanya juga tidak ringan, terutama di kedua kakinya. Lantaran terbawa perasaan, dia tiba-tiba berdiri dan melupakan lukanya sendiri. Tubuhnya pun seketika sempoyongan ke depan. Untungnya, Danzel menangkap Meghan dengan gesit.Tepat pada saat itu, pintu bangsal dibuka dan Ryan berjalan masuk. Ryan sedang berada di studio rekaman saat mendapatkan informasi bahwa Meghan mengalami kecelakaan mobil. Tanpa pikir panjang, dia langsung meninggalkan studio dan bergegas ke rumah sakit. Untungnya, cedera Meghan tidak terlihat serius. Namun, Ryan sangat terganggu melihat kedekatan dua orang di depannya.Danzel tidak terkejut dengan kedatangan Ryan. Dia hanya memutar bola matanya pada pria itu, lalu membantu Meghan kembali ke tempat tidur dengan hati-hati. Gerak-gerik pria itu sangat lembut, seolah-olah dia takut harta karunnya lecet.Ryan berdiri diam di tempatnya, untuk sesaat merasa seperti pengganggu. Dia menggertakkan gi
Meghan mengerjap menatap Danzel, sedikit linglung dengan perkembangan situasi yang begitu tiba-tiba. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke kotak beludru di tangan pria itu.Batu berlian cincin itu tidak terlalu besar, tetapi terlihat jelas dibutuhkan upaya besar untuk mendesainnya. Pola berlian yang belum pernah terlihat di pasaran ini membuktikan desainnya yang eksklusif.Ini bukan pertama kalinya Meghan melihat kotak beludru kecil ini. Meskipun ini pertama kalinya dia melihat isi di dalamnya, semua orang juga tahu apa yang tersimpan di dalam kotak semacam ini. Meghan tahu Danzel memiliki sebuah cincin berlian, tetapi dia tidak menyangka cincin itu untuknya.Pandangan Meghan terhadap Danzel memang banyak berubah sejak keduanya kembali menandatangani kontrak kerja sama. Apakah pria itu berpura-pura perhatian atau sedang menipu dirinya sendiri dan orang lain? Seperti kata pepatah, perlu waktu untuk melihat hati orang lain. Meghan tahu bahwa hati pria ini tulus.Detik itu, mata Megha
Mereka berdua sudah lama bersama, jadi Danzel cukup bisa memahami temperamen Meghan. Mendengar ucapan wanita itu tadi, dia sontak merasa gembira. Jelas sekali, ini berarti Meghan bersedia membuka lembaran baru bersamanya.Danzel tanpa sadar hendak melengkungkan senyum, tetapi dia menahannya kembali setelah melihat ekspresi serius Meghan. Kegembiraan yang tidak bisa terang-terangan diungkapkan ini sungguh luar biasa. Saat ini, Meghan dan Danzel saling berpandangan dan tersenyum tipis. Ada banyak emosi yang tidak perlu dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata di dunia ini.Beberapa hari kemudian, kondisi Meghan sudah jauh membaik. Lagi pula, ada Danzel yang menjaganya di sini. Dia selalu senewen jika jam minum obat dan ganti infus Meghan lewat beberapa menit.Tadinya, beberapa perawat di rumah sakit selalu berbinar-binar saat melihat Danzel. Namun, saat mereka bertugas di bangsal Meghan, segala macam antusiasme itu hilang tak berbekas. Setiap perawat selalu datang dengan senyuman, lal
Melihat Danzel mengernyit, Meghan membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Pria itu jelas tahu jawabannya, ke mana lagi Meghan ingin pergi dalam situasi ini? Namun, pertanyaan itu juga menunjukkan Danzel ingin menghentikannya.Untuk sesaat, kedua orang itu bersikeras dengan kemauan mereka masing-masing. Sementara itu, semua orang di ruangan termasuk Wesley, tanpa sadar menunduk dan mengusap-usap hidung mereka. Dalam situasi ini, para bawahan itu adalah pihak yang paling dilematis. Mereka hanya berharap kedua atasan mereka bisa sampai pada satu kesepakatan.Untungnya, beberapa detik kemudian Meghan mengalah. Dia memang bukan orang yang meledak-ledak. Meski sedang marah, dia tetap harus menghadapi kenyataan. Dengan kondisi fisiknya sekarang, jangankan pergi menyelidiki masalah ini, dia bahkan belum tentu mampu berjalan menuju pintu rumah sakit sendirian. Tanpa berkata apa-apa, dia akhirnya dibawa kembali ke bangsal oleh Danzel."Jaga Nyonya Meghan," ujar Danzel. Usai member
Perubahan situasi dan rasa sakit yang mendadak hinggap di tubuhnya membuat pandangan Leona mengabur. Butuh waktu cukup lama sebelum dirinya kembali stabil. Sambil merintih, dia bangkit dan berbalik, lalu mendapati Danzel menatapnya dengan dingin.Untuk sesaat, Leona merasa seolah-olah telah melihat binatang buas. Dia tanpa sadar menelan ludah sebelum mencicit, "Danzel, kamu ....""Apa yang kamu lakukan?" hardik Danzel dengan nada yang tidak kalah dingin dari sorot matanya.Meghan yang sedang duduk di ranjang rumah sakit masih merasa sedikit syok. Dengan kondisinya sekarang, dia tidak akan bisa menghindar dari tamparan Leona. Dia bahkan menggertakkan gigi dan bersiap menerima tamparan itu, tetapi rasa sakitnya tidak kunjung datang. Begitu membuka matanya lagi, Meghan melihat sosok familier yang berdiri kokoh di depannya.Lantaran tertangkap basah di tengah aksinya, Leona tidak bisa memberikan alasan apa pun. Dengan tangan terkepal, dia terdiam cukup lama. Kemudian, dia akhirnya berseru