Share

Bab 14 Aku Curiga

Meghan menoleh dengan perlahan, melihat dagu Danzel yang tegas itu sedang menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Selain itu, sepertinya ada sebuah jejak lembap di kemeja pria ini ....

Mengingat posisi tidurnya tadi yang bersandar di bahu Danzel, ingin sekali rasanya Meghan melompat dari pesawat sekarang juga.

"Kenapa? Tidurmu kurang nyenyak? Sepertinya tidak begitu ...," ujar Danzel dengan nada yang agak mengejek. Sebelum Danzel menyelesaikan ucapannya, Meghan sudah beranjak dari tempat duduknya hendak kabur.

Namun, kecepatan langkahnya tidak bisa menandingi kecepatan tangan Danzel. Tangannya dengan kuat menahan pergelangan tangan Meghan.

"Selain melarikan diri, kamu masih punya cara lain nggak?"

"Bukan urusanmu! Apa kamu nggak pernah dengar ungkapan 'kualitas lebih penting dari kuantitas'? Nggak perlu banyak cara, yang penting caranya efektif saja!" ujar Meghan sambil menatap Danzel dengan menggertakkan giginya.

Meghan berusaha mengibas lengannya, mencoba melepaskan diri dari genggaman Danzel. Tak disangka, Danzel malah mempererat cengkeramannya sehingga Meghan kehilangan keseimbangan dan terjatuh di kursi.

"Sia ...." Baru saja Meghan hendak mengumpat, tetapi detik berikutnya, wajah tampan Danzel telah berada di hadapannya.

"Nyonya, sekarang ini kita sedang berada di pesawat. Kamu tidak bisa kabur ke mana pun."

Meghan mengedipkan matanya menatap pria di hadapannya ini. Sejujurnya, paras Danzel memang sangat rupawan. Sayangnya, citra ini langsung hancur begitu Danzel bersuara.

Sambil menahan debaran jantungnya, Meghan berkata dengan pelan, "Kamu juga tahu sekarang ini kita sedang berada di pesawat, apa kamu bisa menjaga jarak? Kalau sampai orang lain melihat kita ...."

Setelah berkata demikian, Meghan baru menyadari kejanggalan dalam perkataannya. Melihat senyuman Danzel yang melebar, Meghan merasa semakin canggung. Dalam kabin ini, hanya ada mereka berdua. Begitu tirai kabin ini ditutup, tidak akan ada lagi orang yang melihat mereka.

Ketika Meghan mencoba mendorong tangan pria itu, tangannya yang lain kembali dicengkeram oleh Danzel. "Nona Meghan, saat ini kita adalah suami istri yang sah. Sepertinya nggak cocok kamu menyuruhku menjaga jarak?"

Meghan memutar bola matanya sambil mengumpat dalam hati. Sah apanya! Kenapa semakin lama semakin tebal saja muka pria ini!

Untung saja, saat ini pesawat sudah bersiap untuk mendarat. Begitu keluar dari pesawat, Meghan langsung bergegas ke hotel, ingin segera melepaskan diri dari pria itu. Namun, tak disangka, ketika sedang berdiri di meja resepsionis hotel menunggu proses check-in, Meghan melihat pria itu lagi.

Danzel duduk di sebuah kursi dengan santai dan melambaikan tangan ke arahnya. "Nona Meghan."

Meghan merasa frustrasi. "Tuan Danzel, aku curiga sepertinya perjalanan ini memang sengaja diatur olehmu."

"Aku lebih suka kalau kamu menyebutnya takdir," sahut Danzel dengan mengangkat alisnya.

Sambil berkata demikian, Danzel berdiri dari kursinya dan berjalan menuju lift. Meghan berdiri di depan pintu lift, menatap kartu kamar dan melihat angka lift yang sedang bergerak naik. Ketika akhirnya kedua orang itu berhenti di lantai yang sama, yaitu lantai 12, emosi Meghan langsung meledak.

"Wesley! Aku mau ganti hotel!"

Tidak masalah kalau hanya menginap di hotel yang sama, tetapi mereka bahkan tinggal di lantai yang sama. Takdir macam apa ini!

"Tapi, Bos, sepertinya sudah terlambat untuk ganti hotel sekarang. Terutama karena pihak penyelenggara acara ...."

"Kalau begitu, ganti kamar di lantai yang berbeda!"

Menghadapi kemarahan bosnya yang mendadak ini, Wesley tertegun seketika. Namun, dia tetap melakukan koordinasi ulang dengan staf hotel. Jika tidak, konsekuensinya akan sangat mengerikan.

Malamnya, Meghan bahkan meminta restoran hotel untuk mengirim makanan ke kamarnya karena takut bertemu dengan pria itu lagi. Namun, sayangnya, dia tetap saja tidak bisa menghindar. Sebab, kali ini malah pria itu yang mendatanginya.

Ketika Meghan sedang bersiap-siap untuk tidur, pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Lantaran mengira Wesley yang mengetuk pintu kamarnya, Meghan langsung membuka pintu tanpa banyak bertanya. Namun, alangkah terkejutnya dia ketika melihat Danzel berdiri di depan pintu.

Dibandingkan dengan siang hari, penampilan Danzel terlihat lebih santai sekarang. Dia telah mengganti pakaian formalnya dengan pakaian kasual. Rambut pendeknya tampak agak basah, jelas sekali dia baru saja mandi.

Ketika Meghan sedang melihat penampilan pria itu, Danzel juga sedang menilai penampilannya pada saat bersamaan. Meghan mengenakan piama yang longgar, menunjukkan lehernya yang menggoda. Wajahnya tampak agak lembap karena baru selesai mencuci muka. Baru belakangan ini Danzel menyadari bahwa wanita ini jarang sekali berdandan jika tidak ada pekerjaan di siang harinya.

Saat ini, penampilannya begitu polos bagaikan bunga teratai yang baru mekar.

"Tuan Danzel, kenapa kamu masih begitu bersemangat? Sudah jam segini masih belum mau tidur?"

"Kamu perhatian sekali denganku?" balas Danzel.

Meghan memaki dalam hati, 'Dasar narsis!"

Dengan bersandar di depan pintu, Meghan berusaha menghalangi Danzel agar dia tidak bisa melangkah masuk sedikit pun. Kemudian, dia berkata, "Tuan Danzel berpikir terlalu berlebihan. Aku khawatir bahwa besok aku tidak akan bisa tampil dengan kondisi yang baik."

Mendengar perkataannya, sudut bibir Danzel terangkat. Dia tidak ingin berseteru dengan wanita ini karena takut mengganggu kelancaran kompetisinya besok.

"Sebenarnya, aku hanya datang untuk memastikan keamananmu," ujar Danzel mengedipkan matanya sambil memandang Meghan dengan penuh pesona.

Tatapan Danzel ini tampak sangat misterius dan seksi. Mungkin orang lain akan luluh olehnya, tetapi bagi Meghan, tindakannya ini hanya akan berdampak sebaliknya.

"Kalau tidak diganggu oleh Tuan Danzel, aku merasa baik-baik saja," balas Meghan dengan nada sinis sambil menggelengkan kepala. Setelah itu, dia berbalik dan menutup pintu dengan keras. Untung saja, pintu itu tidak mengenai hidung Danzel yang mancung.

Danzel yang ditolak mentah-mentah, menatap pintu yang tertutup rapat itu dengan ekspresi muram. Kenapa sebelumnya dia tidak pernah menyadari bahwa nyali wanita ini begitu besar?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status