Share

Bab 12 Aku Tidak Peduli

Meghan memutar bola matanya karena tidak bisa bersabar menghadapi pertanyaan Danzel yang bertubi-tubi. Sepertinya pria ini kurang waras, ya? Sayangnya, Meghan tidak punya empati sebesar itu sampai harus meladeni orang ini ketika penyakit gilanya kambuh.

"Ternyata Tuan Danzel suka mendengar cerita ya. Sayangnya aku mengantuk dan tidak punya suasana hati untuk bercerita."

Tanpa menunggu Danzel membalas perkataannya, Meghan langsung memberikan sebuah senyuman palsu. Kemudian, dia menurunkan kursinya dan langsung berbaring.

Situasi ini membuat Danzel kesal. Dia tidak pernah berinisiatif ingin mendengar cerita orang lain, apalagi ditolak setelah mengajak seseorang mengobrol.

Melihat Meghan memejamkan mata, bulu matanya yang lentik sedikit bergetar. Pemandangan ini membuat hati Danzel tergerak. Baru saja Danzel ingin melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba ponselnya berdering.

Danzel mengernyitkan kening dan mengambil ponselnya. Setelah melihat nama yang tertera di layar, dia melirik wajah Meghan, lalu menjawab telepon itu sambil tersenyum ringan.

"Tuan Danzel ...."

"Ada apa, Monica?"

Sebelumnya, Danzel tidak pernah memanggil nama Monica. Kali ini, dia sengaja memanggil namanya agar kedengaran oleh Meghan.

Namun, Monica yang berada di ujung telepon sama sekali tidak mengetahui situasi ini. Mendengar panggilan lembut dari Danzel, kecemasan dalam hatinya langsung berubah menjadi perasaan gugup.

"Kak Danzel ...," balas Monica memberanikan diri mengubah panggilannya. Tangan Monica yang memegang ponsel menjadi gemetar.

Mendengar panggilan ini, wajah Danzel seketika menjadi muram.

"Kak Danzel, aku tahu bahwa kali ini kamu adalah sponsor kompetisi piano. Aku yakin, kamu juga tahu bahwa aku adalah salah satu peserta, bukan?"

Sebenarnya, Danzel sama sekali tidak tahu bahwa Monica akan berpartisipasi dalam kompetisi ini. Lebih tepatnya, dia tidak peduli dengan hal ini. Namun, demi mencapai tujuannya, Danzel terpaksa menahan keinginannya untuk menutup panggilan tersebut.

"Ya, aku tahu."

"Kalau begitu, apa Kak Danzel bisa memberiku dukungan? Bagaimanapun, aku sangat peduli dengan kompetisi kali ini."

Monica sedang berdiri di dalam kamarnya saat menelepon, telapak tangannya telah dibasahi keringat. Sebab, setiap kali dia menelepon Danzel, hasilnya hanya ada dua.

Yang pertama adalah panggilannya sama sekali tidak bisa dihubungi. Kemungkinan kedua adalah Danzel hanya menanggapi seadanya meskipun Monica telah berusaha mengobrol panjang lebar. Danzel bahkan tidak pernah mengucapkan kata perpisahan.

Hari ini adalah satu-satunya kesempatan bagi Monica untuk berkomunikasi dengan Danzel. Bahkan, nada bicaranya terdengar sangat penuh perhatian dan suaranya sangat lembut. Meskipun terasa agak aneh, kegembiraan hati Monica telah menutup akal sehatnya untuk menganalisis situasi.

"Jangan berkata seperti itu. Tanpa dukungan dariku pun, kamu sudah hebat dan luar biasa. Aku yakin kamu akan melakukannya dengan baik." Meskipun hanya basa-basi, perkataan Danzel terdengar sangat tulus.

Setelah merasa cukup mengobrol, Danzel akhirnya menutup telepon. Ketika dia berbalik, dia melihat bahwa Meghan masih dalam posisi yang sama seperti sebelumnya.

Meghan sama sekali tidak peduli dengan siapa Danzel berbicara dan tidak tertarik dengan isi pembicaraannya. Setelah mendengar suara napas yang tenang, Danzel baru menyadari bahwa Meghan bukan hanya tidak tertarik dengan pembicaraannya, wanita ini bahkan tertidur begitu saja!

Hal ini membuat Danzel sangat jengkel. Danzel melihat wajah Meghan yang tertidur dan menggertakkan giginya dengan keras. Awalnya, Danzel mengira bahwa sikap acuh tak acuh dan sindiran Meghan hanyalah kedok dan perlindungan.

Namun, sekarang Danzel akhirnya menyadari bahwa Meghan benar-benar tidak peduli dengannya. Bahkan saat berbicara dengan wanita lain sekalipun, Meghan tidak menanggapinya dan tidak ada emosi yang terlintas padanya sedikit pun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status