"Meghan!" Ketika jarak keduanya makin dekat, Efendy tidak bisa menahan diri lagi sehingga sontak berteriak.Saat ini adalah jam kerja, banyak karyawan Grup Oswald yang keluar masuk. Mereka pun menoleh dan mengamati saat mendengar teriakan ini.Meghan mengernyit dan memaksakan senyuman mendengarnya. Kemudian, dia baru bertanya, "Pak Efendy, apa ada masalah?"Danzel yang berdiri tidak jauh dari Meghan pun melipat lengannya di depan dada. Dia tidak berencana untuk maju. Meskipun keduanya tidak pernah membahas tentang masalah Keluarga Oswald, dia tahu bahwa Meghan tidak ingin dirinya ikut campur dalam urusan keluarga ini.Efendy melirik Danzel sekilas. Ketika melihat Danzel hanya diam, dia baru merasa lega dan membentak, "Meghan, kenapa aku nggak bisa masuk ke perusahaan! Pasti kamu yang mengatur semua ini, 'kan!""Kamu tidak perlu teriak-teriak begini. Aku masih muda, pendengaranku masih bagus," balas Meghan dengan ekspresi tidak berdaya.Danzel yang berdiri di belakang pun menunduk semba
Satpam itu tentu mengenal Efendy sehingga dia tidak berani menyeret dengan terlalu kasar. Akan tetapi, Efendy tetap saja gusar dengan tindakan ini. Bagaimanapun, dia adalah mantan presdir Grup Oswald sekaligus pemegang saham sekarang.Bukan hanya dilarang masuk, tetapi juga diseret keluar oleh satpam rendahan seperti ini. Statusnya ini seolah-olah memerosot drastis. Efendy benar-benar naik pitam. Dia menggertakkan giginya sembari mengepalkan tangannya, amarah hampir melahap habis akal sehatnya.Sementara itu, Danzel berdiri tidak jauh dari sana. Efendy tentu takut dengannya karena kalah dari segi kekuasaan ataupun tenaga. Tidak peduli semarah apa pun dirinya, Efendy hanya bisa menahan tanpa berani melontarkan sepatah kata pun.Jika dipikir-pikir, Efendy menjadi penasaran kenapa Danzel tiba-tiba bersikap begitu baik pada Meghan? Pagi-pagi, keduanya sama-sama tiba di perusahaan. Tadi, Danzel bahkan turun tangan untuk membela Meghan. Sekarang, pria ini terus berdiri tegak di depan Meghan
Mendengar suara ini, Meghan pun terkejut sejenak. Ketika hendak merespons, pintu ruang kantor sudah didorong dari luar.Orang yang datang tidak lain adalah Monica. Dia berjalan masuk dengan membawa sebuah dokumen. Sejujurnya, dia merasa cemburu sekaligus kesal.Efendy menderita kerugian besar karena Meghan, sekarang bahkan tidak bisa masuk meskipun status Efendy jelas-jelas adalah direktur perusahaan.Jika masalah seperti ini tersebar, orang-orang pasti akan mentertawakan mereka. Jadi, Monica harus meminta penjelasan dari Meghan sekarang!Siapa sangka, Monica malah melihat Meghan dan Danzel sedang minum teh bersama dengan bahagia.Saat berikutnya, ekspresi Monica menjadi kaku. Kecemburuan dalam hatinya makin berkecamuk, tapi dia segera mengatur ekspresinya kembali. Dia menyunggingkan senyuman lembut dan manis sambil berjalan ke arah meja dan menyapa, "Pagi, Kak Danzel. Aku nggak nyangka kamu ada di sini pagi-pagi begini.""Ya, aku datang untuk mengantar kakakmu," balas Danzel dengan sa
Monica hanya memperhatikan Danzel yang ikut menatap dokumen tersebut. Jelas, pria ini tertarik pada proyek Danau Yutu. Jadi, demi memamerkan kehebatannya di hadapan Danzel, Monica seketika berdeham dan berkata, "Laporan itu sudah disertai hal-hal yang harus kita persiapkan di tahap awal beserta isi negosiasi."Monica berusaha melaporkan sedetail mungkin, lalu kembali menatap wajah Danzel. Dengan demikian, dia terus melapor secara lisan sembari menikmati ketampanan Danzel.Ketika melihat Danzel menyunggingkan senyuman, fokus Monica seketika terganggu. Faktanya, Danzel juga sudah menyadari keanehan data yang telah diperhatikan Meghan sejak tadi.Danzel pun menarik kursi dan duduk di samping Meghan. Tindakannya ini membuat Monica mengira bahwa Danzel telah mengakui kemampuannya.Monica yakin bahwa laporannya terlalu bagus sehingga Danzel begitu tertarik sampai ingin melihatnya dengan saksama. Dia benar-benar kegirangan memikirkannya.Lantaran berbicara terlalu lama, tenggorokan Monica men
Danzel memasang ekspresi lugu saat melihat tatapan marah Meghan. Apa-apaan ini? Interaksi keduanya jelas-jelas begitu baik hari ini, bahkan bisa dibilang Danzel adalah pahlawan yang menolong wanita cantik.Setelah itu, keduanya duduk begitu dekat, sampai-sampai membuat Danzel sulit fokus saat membaca dokumen. Bagaimanapun, tidak ada pria yang bisa bersikap tenang saat wanita pujaan mereka duduk di samping mereka.Sentuhan di kemeja seketika membuat Danzel tersadar dari lamunannya. Terlihat Monica yang sibuk menyeka noda air di pakaiannya. Danzel mengernyit dan hendak berbicara, tetapi tangan Monica tiba-tiba diraih oleh seseorang.Danzel pun menoleh, lalu melihat Meghan yang mencengkeram lengan Monica. Kemarahan terlihat jelas di wajah wanita ini."Apa yang kamu lakukan?" tanya Meghan dengan dingin sambil menggertakkan giginya dan menatap Monica."Mengelap pakaian Kak Danzel, dia terkena teh panas!" jelas Monica dengan ekspresi santai, seakan-akan tindakannya ini wajar. Saat berikutnya
Setelah Meghan kembali ke ruang kantornya, Winda melaporkan urusan pekerjaan kepadanya. Meghan tidak membicarakan masalah Winda yang merupakan anggota Ryan. Jadi, Winda pun tidak menanyakannya.Mungkin, ini karena kepercayaan dan pengertian antara orang dewasa. Ada beberapa hal yang cukup dipahami oleh satu sama lain. Tidak ada artinya jika diungkit lagi.Ditambah dengan saat penculikan sebelumnya, Meghan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Winda. Hal ini sudah cukup meyakinkan Winda."Kalau tidak enak badan, kamu boleh istirahat beberapa hari lagi. Sekarang, proyek belum dimulai," ucap Meghan sambil menepuk-nepuk bahu Winda. Dia tampak mengkhawatirkan Winda.Winda menggeleng dan meletakkan laporan minggu lalu yang sudah dibereskan di atas meja. Winda berkata, "Bu Meghan, kalau begitu, aku selesaikan pekerjaan lain dulu."Meghan membaca laporan yang dikerjakan Winda secara garis besar. Hasilnya memang cukup memuaskan. Meghan memandang Winda dengan kagum, lalu membiarkannya perg
Meghan merasa pusing menghadapi kondisi sekarang ini. Hampir setiap hari, Danzel mengantar Meghan ke kantor dan menjemput Meghan pulang kerja tepat waktu. Jadi, sebelum pulang, Meghan akan meletakkan bunga yang diberikan Ryan di ruang istirahat setiap hari.Meghan memang tidak merasa tindakannya aneh, tetapi jelas dia tidak ingin Danzel melihat bunga-bunga yang diberikan Ryan kepadanya. Hari ini, Meghan baru menyelesaikan rapat pada sore hari. Masih ada 1 jam lagi sebelum pulang kerja.Awalnya, Meghan berencana beristirahat sebentar, lalu mengerjakan hal lain. Siapa sangka, begitu Meghan duduk, pintu ruangannya diketuk seseorang. Meghan mengira orang yang datang adalah Winda, jadi dia langsung menyahut tanpa berpikir panjang. Namun, ternyata orang yang membuka pintu adalah Danzel."Kamu ... kenapa hari ini kamu datang begitu cepat?" tanya Meghan yang terbelalak. Dia melirik bunga yang terpajang di meja samping, lalu langsung berdiri dan jantungnya berdegup kencang."Urusan di kantor su
Sama seperti sebelumnya, hari ini Ryan datang mencari Meghan untuk membicarakan masalah proyek. Meghan mengira Ryan ingin membahas keputusan yang penting, ternyata hanya mengenai pemilihan desain dekorasi. Selain itu, diskusi mereka tetap saja tidak membuahkan hasil setelah memilih beberapa desain."Sudahlah, sebenarnya kita nggak perlu terburu-buru," ucap Ryan. Dia melihat jam dan melanjutkan perkataannya, "Sudah siang, bagaimana kalau kita makan dulu? Di dekat sini sepertinya ada restoran baru."Melihat Ryan yang hendak berdiri dan memakai jaket, Meghan langsung menyela, "Ryan ...."Gerakan Ryan terhenti saat mendengar nada bicara Meghan yang mendadak menjadi serius. Kemudian, dia duduk kembali, lalu bertanya sambil memandang Meghan dengan kebingungan, "Ada yang mau kamu bicarakan?"Meghan mengernyit, lalu melihat bunga yang ada di meja. Ini adalah buket bunga yang dibawa Ryan hari ini dan dia tetap memberikan bunga berwarna kuning dan merah muda. Meghan tiba-tiba teringat ucapan Dan