Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah.
"Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.
Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.
Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih tampak pucat itu.
"Ayo kita pulang, biarkan Karmila beristirahat dengan tenang disini." Ucap Aryo sembari akhirnya melepaskan pelukannya.
Hasna dengan tatapan sendu pun memandangi lagi sejenak makam putrinya, lalu ia beralih menatap suaminya dan akhirnya mengangguk patuh. Aryo pun mengusap lembut ujung kepalanya dan mulai menuntun tangannya untuk keluar dari area makam.
Setelah setengah jam lamanya mereka berjalan kaki, kini tibalah Hasna dan Aryo di depan rumah mereka. Perlahan Hasna pun membuka pintu, suasana rumah itu terasa begitu sunyi layaknya hati Hasna saat ini yang sungguh terasa begitu sunyi semenjak di tinggal pergi oleh anak yang bahkan belum sempat ia gendong ketika lahir.
"Sudah jangan banyak melamun, mending kamu istirahat saja, kamu jangan banyak bergerak dulu, ingat kamu itu baru saja melahirkan." Ucap Aryo dengan lembut.
Saat itu Hasna merasa Aryo yang begitu ia cinta dan kagumi dulu telah kembali, sikapnya yang lembut dan perhatian telah kembali, tidak lagi menjadi Aryo yang kasar dan tempramen. Membuat Hasna setidaknya merasa sedikit lebih baik meskipun hatinya masih terasa hancur berkeping.
Hingga akhirnya, tanpa terasa beberapa tahun telah berlalu begitu saja dan mereka melewatinya hanya dengan hidup berdua. Namun tepat di usianya yang kini menginjak usia 30 tahun, Hasna pun hamil lagi dan berhasil melahirkan kembali seorang bayi perempuan yang begitu cantik dan lucu.
Kini Hasna pun seolah tengah berada di puncak kebahagiaannya. Kesedihan yang ia rasakan selama bertahun lamanya kini seolah sirna dan di gantikan dengan rasa gembira yang tak terhingga.
Hasna dan Aryo pun menamai anak mereka dengan nama Melati, berharap kelak anak itu akan selalu putih, suci, dan harum layaknya bunga Melati."Anak ibu, uuuu sayang, cantiknya anak ibu." Gumam Hasna saat bermain dengan putri kecilnya.
Melati yang kala itu masih bayi pun hanya bisa tersenyum dan tertawa sembari terus memandangi wajah ibunya. Kini hidup Hasna terasa telah begitu lengkap dengan kehadiran Melati disisinya, dia pun seolah tak ingin meminta apapun lagi karena adanya Melati saja sudah membuatnya bahagia.
Namun nyatanya, kehadiran Melati pun tak serta merta membuat masalah dalam keluarganya hilang begitu saja, justru masalah pun kembali muncul saat Hasna terlalu fokus pada Melati. Hasna yang menyerahkan hampir seluruh dunianya untuk Melati, membuatnya lupa jika ia pun adalah seorang istri yang harus melayani suaminya.
Sampai pada usia Melati menginjak 4 tahun, sikap Aryo pun kembali berubah lagi, Aryo kembali menjadi lelaki yang kasar dan pemarah. Bahkan ia terkesan tidak betah di rumah dan lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bermain kartu bersama rekan-rekannya di sebuah pendopo yang ada di dekat sebuah ladang.
Hingga pada suatu hari, saat itu Hasna terlihat sedang menemani Melati bermain di depan rumah mereka, tak lama Aryo yang baru pulang kerja pun muncul dengan membawa wajah lelahnya.
"Yeay, lihat lah Melati, ayah sudah pulang." Celetuk Hasna yang tersenyum sembari menunjuk ke arah Aryo yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Ayahhh..." Teriak Melati yang langsung berlari ingin memeluk ayahnya.
Namun Aryo seketika menahan tubuh mungil Melati agar tak memeluknya, dengan berdalih bajunya sangat kotor.
"Jangan peluk ayah, baju ayah kotor dan bau." Ucap Aryo datar dan langsung kembali melangkah masuk ke dalam rumah.
Melati pun terdiam, hanya bisa memandangi kepergian ayahnya dengan wajahnya yang cemberut. Hasna yang menyadari hal itu pun langsung menghampiri Melati, ia tersenyum sembari mengusap lembut rambut anaknya lalu berkata,
"Sudah, jangan cemberut begitu dong sayang, nanti cantiknya hilang." Ucap Hasna dengan begitu lembut.
"Tapi Mel mau peluk ayah, tapi kenapa ayah gak mau Mel peluk? Ayah gak sayang Mel ya bu?." Tanya Melati yang begitu polos.
"Justru karena ayah sayang makanya ayah seperti itu, ayah kan baru pulang kerja dan bajunya sangat kotor, ada banyak kuman dan bakteri yang menempel di bajunya, coba bayangkan kalau Melati peluk ayah, pasti kumannya bakal menempel juga ke Melati." Jelas Hasna pada anak kesayangannya itu.
"Oh jadi di baju ayah ada banyak kuman ya bu? Ayah takut Mel sakit ya bu?"
"Nah benar, itu kamu tau. Jadi ayah harus mandi dulu, baru bisa di peluk, ya?"
Akhirnya berkat penjelasan Hasna yang begitu bijaksana dalam memberi pengertian pada Melati, Melati pun bisa kembali tersenyum dan mengangguk patuh.
"Aaah anak ibu pintar." Hasna pun semakin melebarkan senyumannya sembari mengusap-usap ujung kepala Melati.
Namun tak lama setelahnya, Hasna tiba-tiba saja merasakan mual hingga ia muntah begitu saja di tanah."Uwwwekk." Cairan kuning pun keluar begitu saja.
Hasna sebelumnya hanya memakan ubi kuning yang di rebus, jadi sangat wajar saja jika yang ia muntahkan pun berwarna kuning.
"Ibu, ibu kenapa? Ibu sakit ya?" Tanya Melati dengan polos.
Tak ingin membuat keluarganya khawatir, Hasna pun segera menimbun bekas muntahannya dengan tanah.
"Tidak sayang, ibu baik-baik saja hehehe." Jawab Hasna yang kembali tersenyum menatap anaknya.
Berselang beberapa saat, Aryo pun terlihat kembali keluar rumah dalam keadaan sudah mandi dan berganti baju."Kamu mau kemana lagi mas?" Tanya Hasna seketika.
"Mau ke pendopo." Jawabnya singkat.
"Ta, tapi mas, kamu kan baru saja pulang."
"Lalu kenapa kalau aku baru pulang? Apa aku harus terus-terusan mendekam di rumah yang membosankan ini?" Tanya Aryo mulai meninggikan suaranya.
"Bukan begitu mas, setidaknya mainlah sebentar dengan Melati mas."
"Tidak perlu, bukankah kamu sudah memberikan seluruh waktumu untuknya? Apa itu masih belum cukup?"
Mendengar hal itu, membuat Hasna pun seketika terdiam, dengan wajah sendu ia pun hanya bisa memandangi wajah suaminya dan mulai merasa bersalah karena tanpa ia sadari, ia telah mengabaikan kewajibannya sebagai istri.
"Aku minta maaf mas, maaf selama ini aku sudah abai, aku janji akan berubah." Ucap Hasna sembari mulai menghampiri Aryo dan ingin memegang tangannya.
Namun tangan itu segera di tepis oleh Aryo,
"Ah sudah lah, aku mau pergi sekarang. Joko dan yang lain sudah menungguku sejak tadi di pendopo." Ucap Aryo datar yang kemudian langsung pergi begitu saja.
Bersambung...
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur."Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus m
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanyabekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat t
Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur."Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus m
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah."Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih
Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanyabekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat t