Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.
Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanya bekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat tidak setuju dengan pernikahan mereka. Hasna pun akhirnya memilih untuk kawin lari bersama Aryo dan mereka pun mulai membangun rumah sederhana di suatu desa terpencil.Namun sayang seribu kali sayang, ternyata semua tidak semanis yang Hasna bayangkan, sikap Aryo, lelaki yang ia cintai, mulai terlihat berubah ketika memasuki usia pernikahan 6 bulan. Aryo sering pulang larut malam, sikapnya pun semakin dominan dan jadi begitu tempramen.
Hingga pada suatu malam, saat itu Hasna belum tidur karena ia sedang menunggu kepulangan Aryo yang hingga pukul 22:00 malam belum juga pulang. Hasna terlihat sedang berjalan mondar mandir di kamarnya, ia pun terus mengusap-usap perutnya yang membuncit sembari seolah sedang berbicara dengan bayi yang ada di dalam perutnya."Sabar ya sayang ibu, sebentar lagi, dalam hitungan beberapa bulan lagi, kita akan segera bertemu." Ucap Hasna dengan begitu lembut.
"Sehat-sehat di dalam perut ibu ya sayang, ibu sangat mengasihimu nak. Ibu akan menunggu kamu sampai saatnya tiba nanti." Tambahnya lagi sembari mulai tersenyum memandangi perutnya dan terus mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
*Ceklek*
Hingga tiba-tiba pintu kamar pun terbuka, seketika Hasna langsung menoleh ke arah pintu dan mendapati Aryo yang memasuki kamar mereka dalam keadaan kacau.
"Hei Hasna, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa masih belum tidur juga ha?!" Tanya Aryo sembari terus melangkah menuju kasurnya.
"Mas, ayo kemari, sudah saatnya kamu pun juga harus sering mengajak ngobrol calon anak kita." Ucap Hasna sembari tersenyum tipis.
"Tidak, aku lelah dan ingin tidur! Lagi pula untuk apa mengajak ngobrol yang belum ada wujudnya? Memangnya aku orang gila?!" ketus Aryo.
Hasna pun hanya terdiam, ia menghela nafas sembari terus memandangi sang suami yang berjalan sedikit tergopoh-gopoh menuju kasurnya. Melihat hal itu, membuat dahi Hasna seketika mengernyit dan langsung menghampirinya.
"Mas kamu kenapa?" Tanya Hasna yang mencoba memegang pundak sang suami.
Namun tangan itu segera di tepis oleh Aryo yang seolah tak mengizinkan Hasna untuk menyentuhnya.
"Sudah lah tak usah banyak tanya, mending tidur saja!" Jawabnya.
"Mas, badan kamu bau mas, seperti bau minuman, kamu mabuk ya mas?" Tanya Hasna lagi sembari ingin mencoba mengendus tubuh suaminya lebih dekat.
"Astaga mas, kenapa kamu jadi begini sih mas? Hidup kita sudah susah begini, kenapa kamu malah mabuk-mabukan yang tidak jelas? Kamu minum dimana mas? Sama siapa?" Omel Hasna lagi.
Namun Aryo yang semakin di buat kesal dengan itu semua seketika langsung menolak tubuh Hasna agar segera menjauh darinya. Tubuh Hasna pun terlempar ke lantai, membuatnya seketika mulai meringis sembari memegangi perutnya.
"Heh! Apa-apaan kau ini ha?! Kan sudah ku bilang jangan banyak tanya! Tidur sana!" Bentak Aryo yang langsung mengecakkan pinggangnya di depan Hasna.
"Aduh, mas sakit mas." Ringis Hasna yang mulai ingin menangis.
"Halah, sudah lah, ayo bangun! Tak usah jadi anak manja, memangnya kau pikir kau itu masih hidup bersama keluarga kayamu yang bisa bermanja-manja?!"
Hasna yang saat itu masih terduduk di lantai pun mulai menangis, ia semakin meringis kesakitan dan terus memegangi perutnya.
"Mas tolong aku mas, perutku sakit sekali mas." Ucap Hasna lirih.
Namun Aryo sama sekali tak bergeming, ia justru hanya mendengus kesal dan memalingkan wajahnya ke lain arah.
Namun beberapa saat kemudian Hasna pun semakin dibuat histeris saat ia mendapati cairan yang mulai menyucur deras dari area kemaluannya."Mas, ada cairan di paha ku mas, aaagh sakit mas."
"Cairan apa? Apa karena aku marahi membuatmu jadi buang air di celana ha?!" Tanya Aryo dengan suara yang semakin meninggi.
"Tidak mas, sepertinya ini cairan ketuban mas, ketuban ku pecah mas." Jawab Hasna yang semakin menangis.
Mendengar pengakuan Hasna, membuat Aryo mulai meliriknya dan memandangi ke arah lantai tempat dimana Hasna terduduk. Dan benar saja, saat itu lantai pun terlihat basah dan terdapat bercak-bercak merah seperti darah yang menyatu pada cairan bening itu. Hal itu pun sontak membuat kedua tangan Aryo yang awalnya mengecak mulai ia turunkan.
Wajahnya pun mulai terlihat panik, ia pun langsung berjongkok di hadapan Hasna dan menyentuh sedikit bercak merah itu lalu menciumnya.
"Mas tolong aku mas, sakit sekali mas." Ucap Hasna lagi yang langsung meremas baju Aryo.
"Hasna, kau berdarah? Pertanda apa ini ha? Apa kau keguguran?"Hasna pun terlihat semakin histeris saat Aryo menanyakan hal itu padanya.
"Tidak mas, tidak mungkin, itu tidak mungkin mas tidak!!" Teriak Hasna yang langsung menggeleng cepat.
"Ayo, kita ke puskesmas sekarang."
Aryo yang semakin merasa panik pun akhirnya langsung menggendong Hasna dan membawanya ke puskesmas yang berada tak jauh dari rumah mereka. Memiliki tempat tinggal yang berada di desa membuat tidak memungkinkannya untuk Aryo membawa Hasna ke rumah sakit besar yang hanya ada di kota.
Bersambung...Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah."Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur."Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus m
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur."Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus m
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah."Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih
Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanyabekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat t