Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.
Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.
Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur.
"Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.
Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus menangis. Aryo dengan hati-hati mulai menggendong bayi lelakinya, mencoba untuk menenangkannya agar tidak terus menangis.
"Cup cup cup, sudah ya jagoan ayah jangan menangis terus." Pujuk Aryo sembari menepuk-nepuk pelan bokong bayi mungil itu.
Namun Rio yang sudah sangat kehausan sama sekali tak mau mendengar bujukan dari sang ayah dan terus menangis kencang.
"Hasnaa... Rio tidak mau diam, ayo cepat lah kemari." Teriak Aryo dari kamar.
"Iya sebentar lagi." Jawab Hasna.
Sejenak Melati hanya terdiam, sampai pada akhirnya ia pun mulai membuka suara karena mendengar adiknya yang terus menerus menangis.
"Ibu. Adik bayi terus menangis, sepertinya dia juga lapar dan ingin sarapan, kenapa ibu tidak memberinya sarapan?" Tanya Melati dengan begitu polosnya.
"Adik bayi belum bisa makan sayang, dia hanya bisa minum susu ibu." Jawab Hasna dengan lembut.
"Kalau begitu, kenapa ibu tidak memberinya susu sekarang?"
"Ah sebentar lagi saja, lagi pula kamu juga belum selesai sarapan kan?"
Melati pun hanya diam sembari memandangi wajah ibunya.
"Sudah, tidah usah di pikirkan, saat ini sudah ada ayahmu yang menggendong adik, ayo lanjut makan lagi, buka mulutnya sayangg aaaaa."
Melati pun akhirnya mengangguk patuh dan kembali membuka lebar mulutnya.
Hal semacam itu pun terus berlanjut hingga usia Melati menginjak 10 tahun sedangkan Rio telah berumur 5 tahun.
Hari itu, suasana pagi terbilang begitu cerah, burung-burung camar terdengar terus berkicau begitu anggunnya dari atas pohon rindang yang berada tepat di depan rumah mereka."Sudah selesai mandinya sayang?" Tanya Hasna pada Melati yang baru keluar dari kamar mandi.
Melati pun mengangguk.
"Ya sudah, ayo kemari, biar ibu bantu pakai seragam sekolahnya." Ucap Hasna sembari tersenyum.
"Tidak usah bu, bukankah aku sudah besar, harusnya aku sudah bisa memakai pakaianku sendiri." Jawab Melati yang mulai keberatan jika di bantu memakai baju oleh ibunya.
"Ah tidak masalah sayang, usia berapa pun kamu saat ini, kamu tetaplah anak kesayangan ibu. Ayo cepat kemari."
Tak lama, Rio pun terlihat keluar dari kamar sembari mengucek-ngucek matanya.
"Ibu, aku mau mandi." Ucapnya.
Hasna pun melirik singkat ke arah Rio.
"Ya sudah, pergi lah mandi."
"Tapi aku mau mandi menggunakan air hangat, pagi ini terasa dingin sekali ibu." Ucap bocah kecil yang kini telah duduk di bangku TK.
"Sudah lah Rio, kamu itu jadi anak tidak boleh manja ya, mandi air biasa saja, bukankah itu akan lebih menyegarkan."Jawab Hasna sembari mulai memasangkan baju pada Melati.
Mendengar hal itu, Melati pun mulai menoleh ke arah adiknya, saat itu wajah Rio jadi terlihat begitu murung karena keinginannya tak dikabulkan oleh sang ibu. Kemudian Melati pun kembali menoleh ke arah ibunya dan berkata,
"Ibu selalu memasakkan air panas untuk mandi ku di pagi hari, tapi kenapa ibu menyuruh Rio mandi air dingin bu? Ayo bu, masakkan air panas untuk Rio bu, kesian Rio bu." Ucap Melati sembari menggoyang-goyangkan tangan ibunya.
"Sudah lah sayang, tidak perlu membela adikmu. Rio itu anak laki-laki dan dia tidak boleh tumbuh besar menjadi anak yang manja." Jelas Hasna pada Melati dengan nada begitu lembut.
"Tapi bu..." Ucap Rio yang mendengar penjelasan sang ibu pada kakaknya.
Hasna pun seketika kembali menoleh ke arah Rio dengan tatapannya yang sedikit tajam.
"Sudah lah Rio, ayo cepat lah mandi, jika tidak kamu akan terlambat masuk TK." Tegas Hasna.
Membuat Rio seketika terdiam dan mulai menundukkan kepalanya, dengan langkah lesu, ditambah pula dengan wajahnya yang semakin terlihat murung, ia pun akhirnya masuk ke kamar mandi.
"Ibu, bukankah Rio lebih kecil dari pada aku? Kenapa ibu tidak memandikannya seperti aku waktu itu ibu?" Tanya Melati lagi.
"Tidak apa sayang, bukankah ibu sudah bilang Rio adalah anak lelaki, jadi dia harus kuat dan mandiri." Jawab Hasna sembari memasangkan tali pinggang pada Melati.
"Ibu juga tadi bilang, jika mandi dengan air dingin, akan lebih menyegarkan. Tapi kenapa sampai sekarang aku masih mandi dengan air hangat bu?" Tanya Melati lagi yang seakan tak ada habisnya.Hasna seketika jadi terdiam sejenak, pertanyaan Melati kali ini benar-benar membuatnya seolah mati kutu, hingga membuatnya sulit untuk mencari alasan lagi. Namun setelah beberapa saat terdiam, Hasna pun mulai menghela nafas, lalu dengan tatapan lembutnya seketika kembali melirik ke arah wajah polos Melati.
"Nak, sudah ya. Jika kita bicara terus, kamu juga akan terlambat masuk ke sekolah." Jawab Hasna akhirnya.
Beberapa menit pun berlalu, kini Melati dan Rio telah siap dengan baju seragam mereka masing-masing. Aryo yang kala itu baru bangun, tanpa menyapa Hasna maupun anak-anaknya, langsung saja melangkah menuju kamar mandi.
"Sarapan datang." Celetuk Hasna sembari meletakkan sebuah piring yang berisikan ubi rebus ke atas meja.
Hidup dalam keluarga yang serba kekurangan, membuat kedua anak kecil itu sudah sangat merasa bahagia saat bisa memakan ubi rebus buatan ibunya.
"Yeay ubi rebus." Ucap Rio yang langsung bersorak kegirangan sembari memandangi ubi rebus dengan wajahnya yang begitu berbinar.
Dengan sigap, Rio pun bersiap untuk segera mengambil sebongkah ubi kuning yang begitu digemarinya itu. Tangan Rio pun segera ia tujukan pada potongan ubi yang paling besar.
Namun sungguh malang, seketika tangan kecil itu langsung di tahan oleh Hasna."Jangan ambil yang ini, ini untuk kakakmu." Ucap Hasna sembari mengambil alih ubi itu dan langsung memberikannya pada Melati.
"Ini untukmu sayang, ayo makan lah." Hasna pun tersenyum menatap putrinya.
Namun berbeda dengan Rio, wajahnya kembali di buat murung saat memandangi kakaknya yang mulai memakan ubi rebus itu dengan begitu lirih.
"Rio, tunggu apa lagi? Ayo cepat makan." Ucap Hasna yang kembali menatap tajam ke arah Rio.
Rio pun akhirnya meraih potongan ubi yang tersisa, namun Melati yang melihat itu sontak merasa kasihan pada adiknya.
"Hei Rio, apa kamu mau yang ini? Ini ambil saja." Ucap Melati yang tersenyum menatap adiknya.
Hal itu membuat Rio yang begitu murung jadi mulai tersenyum dan ingin mengambil ubi itu, namun lagi-lagi Hasna kembali menarik tangan Melati seolah melarangnya untuk membagikan ubi miliknya.
"Sayang, sudah lah, ayo cepat makan dan habiskan." Ucap Hasna.
Membuat Melati akhirnya terdiam begitu pula dengan Rio yang kembali murung dan langsung memakan ubi miliknya dengan lirih.
Bersambung...
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanyabekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat t
Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah."Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Tak lama, Aryo pun terlihat keluar dari kamar sembari kembali merapikan pakaian yang baru di pakai olehnya."Masak sarapan apa hari ini?" Tanyanya datar sembari mulai melirik ke arah meja.Namun dahi Aryo seketika mengkerut saat memandangi sepotong ubi rebus yang tersisa di dalam sebuah piring."Haaah, Ubi lagi ubi lagi!" Ketus Aryo sembari menatap tajam ke arah Hasna.Hasna, dengan wajah sayunya akibat kurang istirahat pun hanya menatap nanar ke arah suaminya."Maaf suamiku, tapi uang yang kamu berikan kemarin hanya cukup untuk membayar uang sekolah Melati. Jadi hari ini hanya bisa memakan ubi yang ku tanam sendiri.""Halah, selalu saja begitu alasanmu! Kau ini memang istri yang tidak pandai menyenangkan suami!!" Bentak Aryo di hadapan kedua anaknya yang masih kecil.Hal itu pun seketika membuat Hasna menjadi
Seperti yang sama-sama kita tau, manusia adalah tempatnya salah dan lupa, begitu pula dengan Hasna yang terbilang wanita kuat dan tegar, pun tak luput dari kesalahan.Bagaimana tidak, meskipun Hasna telah melahirkan seorang anak lelaki yang di beri nama Rio, nyatanya tak menghilangkan sikap berlebihannya terhadap Melati. Saat itu, Hasna bahkan terkesan lebih memprioritaskan Melati di banding bayi lelakinya yang jauh lebih membutuhkannya saat itu."Heh Hasna, apa kau tidak dengar itu anak kita terus menangis?" Tanya Aryo yang baru keluar dari kamar mandi.Saat itu Hasna terlihat sedang sibuk menyuapi sarapan untuk Melati, ia pun hanya menoleh sesaat ke arah Rio yang kala itu ia baringkan di atas tempat tidur."Iya sebentar lagi, aku sedang menyuapi Melati." Jawabnya santai.Aryo pun kembali mendengus kesal, ia menghela nafas kasar lalu langsung menghampiri Rio yang terus m
Pagi hari, Hasna terbangun dan langsung berlari menuju kamar mandi, lalu seketika ia pun memuntahkan seluruh isi perutnya."Uweekkk"Mendengar hal itu, membuat Aryo pun akhirnya ikut terbangun, ia terduduk di atas ranjangnya sembari mengucek-ngucek matanya."Hei Hasna, kenapa berisik sekali?" Tanya Aryo sembari mulai meregangkan tubuhnya.Namun saat itu sama sekali tak terdengar jawaban dari Hasna, yang terdengar hanyalah suaranya yang terus memuntahkan isi perutnya."Uwweek.""Hei Hasna, ada apa sebenarnya dengan mu ha?" Teriak Aryo lagi.Namun Hasna masih tidak menjawabnya, hingga membuat Aryo akhirnya turun dari tempat tidur dan mulai menuju kamar mandi untuk menghampirinya. Saat itu Hasna terlihat sedang berjongkok tak jauh dari pintu kamar mandinya yang sengaja ia biarkan terbuka."H
Hasna pun hanya diam dan mulai memandang nanar ke arah sang suami yang sudah lumayan jauh berjalan, begitu pula dengan Melati, saat itu ia pun hanya bisa tercengang, memandangi ayahnya yang semakin bersikap cuek padanya. Tak ingin membuat Melati ikut bersedih, Hasna pun seketika langsung mengganti raut wajahnya yang sendu menjadi kembali ceria. "Ah ya sudah kalau begitu, ayo kita main lagi." Ucap Hasna pada Melati. Namun saat itu Melati langsung menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ingin bermain lagi. Melati yang sedih melihat sikap ayahnya pun akhirnya memilih untuk masuk ke dalam rumah kayu mereka. Melihat hal itu, lagi dan lagi membuat hati Hasna hancur, bagi Hasna, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat anaknya bersedih hati apalagi ini menyangkut sikap suaminya. Namun ketika Hasna mulai bangkit dan ingin menyusul Melati, rasa mual itu kembali datang hingga untuk kedua kalinya Hasna pun har
Tangisan Hasna seketika terhenti saat mendapati sosok Aryo yang kini sudah tepat berdiri di hadapannya. Dengan tatapannya yang kembali menajam, Hasna pun mulai berdiri dan menatap Aryo seolah penuh amarah."Mau apalagi kamu kesini?! Apa masih belum cukup puas?!" Bentak Hasna yang saat itu masih meneteskan air mata.Aryo pun seketika langsung meraih tangan Hasna, lalu mulai memohon maaf padanya, dan meminta agar di beri kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang pernah ia lakukan sebelumnya terhadap Hasna dan calon anak mereka.Perasaan cinta dan sayang yang begitu besar, akhirnya mampu meluluhkan hati Hasna yang awalnya seolah begitu mendendam pada suami yang sudah tiga hari ia usir dari rumah itu.Hasna pun akhirnya memaafkan Aryo dan mengizinkannya untuk ikut kembali pulang ke rumah mereka. Hal itu pun membuat Aryo jadi mulai tersenyum senang, ia langsung memeluk hangat tubuh istrinya yang masih
Dengan tergopoh-gopoh Aryo terus lari menggendong Hasna memasuki puskesmas terdekat. Bagaimana tidak, kehidupan mereka yang memang serba kekurangan membuat mereka tidak memiliki harta apapun yang berharga termasuk pula kendaraan.Saat itu wajah Hasna mulai terlihat pucat dan di iringi pula dengan peluhnya yang terus menyucur deras. Hasna yang saat itu dalam keadaan sudah terkulai lemas, hanya bisa terus meringis memegangi perutnya."Sakit mas." Ucapnya pelan.Aryo pun berhasil membawa istrinya masuk ke dalam puskesmas, malam yang semakin larut membuat puskesmas itu terlihat begitu sepi, bahkan suara langkah kaki Aryo pun terdengar begitu menggema di ruangan itu.Dengan cepat Aryo mendudukkan Hasna di kursi roda yang berada tak jauh dari pintu masuk puskesmas."Hallooo,, apa ada orang disini? Tolong, ada orang sakit disini" Teriak Aryo yang semakin terdengar menggema. 
Hasna, ialah seorang wanita yang saat ini berusia 26 tahun, seorang istri, dan dalam hitungan beberapa bulan lagi, ia pun akan resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Ya, saat ini Hasna memanglah sedang hamil, kehamilannya kini memasuki usia 6 bulan. Hasna, yang setahun silam telah di persunting oleh Aryo, kini mau tak mau harus menjalani hari-hari yang tak mudah dalam hidupnya.Bagaimana tidak, Hasna yang sebenarnya berasal dari keluarga yang berada, harus merelakan kehidupan serba mewahnya karena ia lebih memilih lelaki yang saat itu begitu ia cintai dan memulai hidup baru bersama Aryo suaminya. Sementara Aryo yang memang berasal dari keluarga kalangan bawah, saat itu hanyabekerja sebagai buruh bangunan yang bergaji tak seberapa jika dibandingkan dengan uang jajan yang diberikan oleh orang tua Hasna padanya dulu. Namun, rasa cinta dan sayang Hasna yang begitu tulus kepada Aryo, membuatnya seakan buta dan rela menentang kedua orang tuanya yang sangat t