“Laki-laki barusan–maksud saya Kaisar Antariksa, apa yang dia lakukan di sini?”Sang kasir yang mengetahui bahwa yang berbicara di hadapannya adalah CEO Nusantara Hospital, langsung terkejut dan berdiri. “Pak Julian, selamat siang,” sapanya kemudian sambil tersenyum. “Apa maksud Anda laki-laki yang memakai jas barusan?”“Benar. Dia teman saya,” ucap Julian, “apa yang dia lakukan di sini?” tanyanya sekali lagi dengan penuh rasa ingin tahu. Apakah ada saudaranya yang sakit? Jika iya, maka Julian berniat untuk menjenguknya, pikir Julian.“Oh, itu… Pak Kaisar baru saja membayar tagihan rumah sakit, Pak.”“Tagihan rumah sakit?” Kening Julian berkerut bingung. “Untuk siapa?” Sebenarnya ia tidak ingin ikut campur, tapi entah mengapa Julian tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.Kasir itu tampak ragu sejenak, tapi karena yang bertanya adalah Julian, CEO rumah sakit ini, ia akhirnya menjawab dengan hati-hati, “Untuk pasien bernama Indah, Pak.”Mendengar nama Indah disebut-sebut, Julian pun ter
Kira mengempaskan tubuhnya di sofa. Ia merasa lelah. Entah mengapa akhir-akhir ini Kai selalu memberinya banyak pekerjaan yang menurut Kira tak masuk akal. Sehingga seharian Kira hanya duduk di depan komputer.Untuk makan siang saja ia harus pesan online. Bahkan untuk membalas pesan singkat pun Kira nyaris tidak sempat.Kini, Kira duduk di sofa ruang keluarga. Baru saja selesai memompa ASI untuk Luna. Setelah memasukan ASIP ke freezer dan merapikan alat pompa ASI, Kira duduk kembali di sofa sambil menonton televisi.Berkali-kali Kira menguap. Hingga perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan remote di tangannya terjatuh ke sofa.Sementara itu di sisi lain, di dalam sebuah kamar, Kai tidak bisa memejamkan matanya. Ia berguling ke kiri dan kanan, berusaha mencari kenyamanan dalam tidurnya. Namun Kai tidak mendapatkannya.Setiap kali Kai memejamkan mata, bayangan ia sedang berciuman dengan Kira selalu melintas di benaknya. Datang silih berganti dengan bayangan Julian yang memegang tangan
Kira mencuci bibirnya di wastafel dan menggosok-gosoknya dengan penuh rasa kesal, berharap bisa menghilangkan jejak bibir Kai dari sana. “Bisa-bisanya dia menciumku tanpa persetujuanku!” gumam Kira pada dirinya sendiri sambil kembali mencuci bibirnya. Kira merasakan hatinya campur aduk. Ciuman Kai tadi sempat membuat ia terbuai karena ia berpikir itu hanyalah mimpi. Namun, saat menyadari itu kenyataan dan membayangkan Kai sering mencium Violet, entah mengapa Kira jadi merasa jijik. Napas Kira tak beraturan, ia menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Kira lalu memejamkan mata, berusaha melupakan kejadian tadi, tapi entah mengapa ia tak berhasil. Tangan Kira mengepal kuat. Lantas tiba-tiba Kira teringat dengan kepergian Kai ke rumah Violet. Ia merasa khawatir karena sempat mendengar Luna demam. Namun, seharusnya Kira tidak perlu merasa khawatir, toh ada Kai dan Violet yang mengurus bayi tak berdosa itu. Saat Kira sedang melamun menatap wajahnya di cermin, ia mendengar pintu kamar
Kai terdiam. Ia terlihat menelan saliva berulang kali. Raut mukanya tampak menegang kala mendengar pertanyaan dari Kira yang membuatnya tertohok.Hening. Kamar itu terasa sunyi selama beberapa saat.Lalu, dengan suara serak, Kai membuka suaranya, “Aku–”“Jangan menjawab kalau cuma akan menyakitiku lebih dalam, Mas,” sela Kira, yang membuat Kai bungkam seribu bahasa.Kira tersenyum perih melihat keterdiaman Kai. “Aku mau tidur. Bisa tolong tinggalkan kamar ini? Jangan khawatir, Luna akan baik-baik saja.”Kai masih terpaku di tempatnya berdiri, pria itu seolah kehilangan kata-katanya.Kira membalikkan tubuhnya membelakangi Kai, lalu menyelimuti dirinya hingga menutupi kepala. Ia berusaha memejamkan matanya, tapi tidak bisa.Hatinya kepalang nyeri karena teringat dengan Aksa yang bernasib malang, bahkan mendiang bayi itu tak pernah mendapat pengakuan dari Kai semasa berada dalam kandungan Kira.Kai cukup lama berdiri membeku
“Di mana Kira? Kenapa akhir-akhir ini dia jarang ikut bersamamu?” tanya Julian pada Kai, Julian sempat melirik Lia yang selama dua pertemuan terakhir selalu ikut bersama Kai, menggantikan Kira.Kai membuka lembaran berkas di tangannya. Tanpa menatap Julian ia bertanya, “Kenapa? Kamu kecewa karena Kira nggak ikut bersamaku?”Julian tersenyum kecil, ia menyeruput americano-nya sesaat sambil memperhatikan ekspresi Kai yang tenang. Pertemuan hari ini diadakan di sebuah restoran, seperti yang lalu-lalu.“Iya, aku sangat kecewa karena nggak bisa bertemu dengannya,” ucap Julian, berusaha memancing Kai.Sontak, Kai menaikkan pandangannya dari berkas di tangannya, ke arah wajah Julian dengan alis saling bertaut. “Dia sedang sibuk dengan pekerjaan yang lain, sayang sekali untuk beberapa waktu ke depan kamu nggak bisa bertemu dengan Kira.”Julian terdiam sesaat, ia bisa melihat raut muka Kai berubah tajam saat mendengar ucapan Julian barusan. Namun
Kira kembali ke ruangannya setelah selesai makan siang di kantin. Ia melihat Lia sudah ada di ruangannya, maka itu berarti Kai juga sudah ada di dalam sana, pikir Kira.Kira baru akan mulai fokus pada pekerjaannya saat Lia tiba-tiba datang menghampiri.“Kamu dari mana?” tanya Lia sambil duduk di kursi depan meja Kira.“Habis makan siang, Mbak, di kantin.” Kira tersenyum kecil sembari menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga.“Yaah… padahal tadi Tuan Kaisar bawa makan siang buat kamu, lho!”Mendengarnya, Kira merasa terkejut. “Bawa makan siang buat aku?” Kira tersenyum masam. “Masa, sih? Kayaknya nggak mungkin deh.”“Eh, serius! Tadi dia masuk ke sini sambil bawa makanan buat kamu, kamunya nggak ada, dia sampai nyari kamu, tahu?”Kira melihat ke sekeliling ruangannya. Namun ia tidak menemukan makanan yang dikatakan Lia di sudut manapun. Kira kembali tersenyum dan berkata, “Gimana pertemuan dengan Pak Julian? Lancar?” tanyanya untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.Lia ter
Kira tersenyum kecil saat melihat Julian berdiri dari sofa dan menghampirinya. Julian memandang ke sekeliling Kira.“Kamu sendirian?” tanya Julian saat Kira sudah berdiri di hadapannya.Kira mengangguk. “Iya, sendirian. Kenapa?”“Aku pikir kamu pulang bareng bos kamu.” Julian tersenyum kecil.Kira terdiam sejenak, lalu terkekeh dan menggeleng. “Nggak, lah. Dia ada lembur.”Keduanya berjalan keluar dari lobi dan menuju parkiran. Julian membukakan pintu mobil untuk Kira, lalu ia menutup pintu saat Kira sudah masuk. Dan berjalan memutari bagian depan mobilnya.“Dengar, ya, aku nggak mau geer, tapi aku penasaran, kamu sengaja datang ke sini untuk jemput aku?” tanya Kira dengan nada bercanda saat Julian sudah melajukan kendaraannya.“Kamu pikir, aku ke sana untuk menjemput orang lain?” Julian balas bertanya sambil tersenyum kecil.Meski sudah tahu bahwa Kira sudah menikah dengan Kaisar, tapi entah mengapa Julian pena
Kira baru selesai mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk saat ia mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah.Dari suara mesinnya yang halus, Kira bisa menebak kalau itu adalah mobil Kai. Namun, kenapa pria itu sudah pulang jam segini? Bukankah tadi Kai bilang akan lembur?Kira mengenyahkan rasa penasarannya. Ia memilih pakaian kasual yang busui friendly dari lemari, setelah makan malam nanti rencananya ia akan pergi menemui Luna.Sesaat setelah Kira mengenakan pakaiannya dan menyisir rambut, ia pun turun ke lantai bawah untuk makan malam.Begitu tiba di anak tangga terbawah, ia melihat Kai sedang berjalan menghampirinya dengan raut muka tak ramah. Tatapan pria itu begitu tajam, menatap Kira tanpa mengalihkan tatapannya ke arah lain sedetik pun.“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Kira basa-basi. “Nggak jadi lemburnya, ya?”“Kamu pulang dengan siapa tadi?” tanya Kai tiba-tiba dengan suara dingin, tanpa menghiraukan per
Kai menatap Kira yang terjatuh di atas kasur dengan napas yang memburu, penuh emosi. Dadanya naik turun, berusaha menahan amarah yang sudah ada di ambang batas.Tatapan tajamnya menyusuri tubuh Kira yang masih dibalut dress satin berwarna peach, yang menampilkan lekuk tubuh indahnya dan bahunya yang polos.“Kamu pikir, aku tidak marah melihat kamu bersama laki-laki lain, berpakaian seperti itu dan tertawa bebas seolah-olah kamu tidak punya suami?!!” bentak Kai dengan mata yang menyala-nyala seperti bara, suaranya bergema di ruangan, membuat Kira berjengit dan jantungnya berdegup kencang.Kira menatap Kai dengan tatapan terluka. Ia tahu, sebagai seorang wanita yang sudah bersuami memang tidak pantas pergi bersama lelaki lain. Namun, ia tak mengerti kenapa Kai bisa sampai semurka ini? Padahal sejak awal, Kai-lah yang menetapkan jarak di antara mereka.“Lalu kamu pikir, aku nggak marah melihat kamu dan Violet berhubungan selama ini?!” tukas Kira dengan tajam sambil mundur, menghindari Ka
“Maaf ya, gara-gara aku… kita jadi pulang lebih cepat,” ucap Kira penuh sesal pada Julian.Julian yang tengah menyetir pun menoleh, tersenyum menenangkan. “Nggak apa-apa. Lagian aku juga nggak terlalu betah berlama-lama di acara seperti itu.”Kira tersenyum kecil, lalu menghela napas berat. Perasaannya campur aduk. Di satu sisi ia tidak enak pada Julian, tapi di sisi lain ia lega bisa pulang lebih awal demi menghindari Kai dan Violet, yang mungkin saat ini masih menikmati acara.Suasana di antara mereka terasa hening sesaat. Julian sesekali menoleh ke arah Kira yang menjadi pendiam.Sekarang, Julian bisa mengambil kesimpulan bahwa Kai dan Kira memang pasangan suami istri, tapi tampaknya hubungan mereka tidak baik. Di belakang Kira, Kai memiliki hubungan gelap dengan wanita bernama Violet tadi.‘Kamu juga punya hubungan dengan wanita lain selama ini, lalu kenapa aku tidak boleh?’‘Sudahlah, Mas. Jangan begini. Kita lagi ada di tempat umum, gimana kalau ada yang lihat? Bukannya kamu sen
Kira terhenyak.Ia menghentikan langkahnya, lalu ia mendongakkan wajah. Seorang pria bertubuh jangkung berdiri menjulang di hadapannya, menatap Kira dengan tatapan tajam. Rahang pria itu mengeras.“Akh!” pekik Kira dengan pelan saat Kai tiba-tiba menarik tangannya, lalu membawanya ke tempat yang lebih sepi. “Apa yang kamu lakukan, Mas?!” protesnya sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kai.Namun cekalan tangan pria itu begitu kuat. Hingga akhirnya, Kai melepaskan tangan Kira dan memenjarakan Kira di dinding.Dengan sekuat tenaga, Kai menaruh satu telapak tangannya di dinding, tepat di samping kepala Kira, membuat Kira sempat tersentak kaget.“Jadi, ini urusan kamu malam ini?” bisik Kai sambil mencapit dagu Kira dengan jemarinya, hingga wajah Kira mendongak. Kai menundukkan wajahnya ke wajah Kira. “Menjadi pendamping laki-laki lain dengan berpenampilan seperti ini?” Kai menatap tajam mata Kira, lalu tatapan tajamnya turun ke lekuk bahu Kira yang terbuka, membuat rahangnya
Pria yang mengenakan tuksedo hitam itu berjalan dengan penuh percaya diri dan berkharisma. Setiap wanita yang melihatnya akan kembali menoleh untuk yang kedua kali dan terpana.Namun, ia tidak sendirian. Ia datang bersama sang kekasih yang menemaninya sore ini.“Honey, aku nggak suka banyak cewek yang tertarik sama kamu,” gerutu Violet yang menggandeng lengan Kai di sampingnya. Namun, bibir merahnya tetap menyunggingkan senyuman dengan manis.“Jangan cemburu,” timpal Kai sambil menatap ke depan lurus-lurus. “Wanita yang memilikiku cuma kamu.”Terang saja ucapan itu membuat mata Violet berbinar-binar. Mereka baru saja memasuki ballroom dan sudah disambut oleh sapaan dari klien yang mengenali Kai. Acara sore itu termasuk acara privat, sehingga mereka bebas dari wartawan. Dan yang datang hanyalah orang-orang penting.Setelah orang yang menyapanya pergi, Kai pun mengedarkan pandangan ke sekeliling ballroom, mencari keberadaan sang pemilik acara.Namun, tatapan Kai justru berakhir pada seo
[Kira, jangan lupa sore ini jam 5 aku jemput.]Kira membaca pesan yang dikirimkan Julian lima menit yang lalu. Ia tersenyum kecil.Pandangan Kira lalu bergeser ke arah kotak berbentuk persegi panjang dan paper bag yang tergeletak di atas kasur. Kotak itu berisi gaun berwarna peach, sementara paper bag berisi high heels. Keduanya pemberian Julian–yang dikirimkan ke kantor dua hari yang lalu.Kira menggigit bibir bawahnya dengan ragu. Apakah ia harus mengenakan pakaian pemberian Julian tersebut atau tidak?Namun jika tidak, Kira tidak punya pilihan gaun lain, selain gaun yang pernah ia gunakan waktu acara makan malam di rumah keluarga Kai tempo hari. Akan tetapi ia tidak mungkin mengenakan pakaian yang sama dua kali ke pesta.Setelah berpikir cukup lama, Kira akhirnya memutuskan untuk menggunakan pakaian pemberian Julian, sebagai bentuk penghargaan darinya.Pukul tiga sore, Kira mulai bersiap-siap mandi, lalu mengenakan gaun berwarna peach tersebut. Kira mematut dirinya di cermin, dan i
Keesokan paginya, Kira berangkat pagi-pagi sekali. Ia tidak ingin satu mobil dengan Kai setelah pertengkaran mereka tadi malam.Namun, saat Kira tiba di luar rumah, ia terkejut kala mendapati Kai tengah berdiri bersandar pada pintu mobil yang terparkir di halaman. Pria itu sudah rapi dengan setelan kerjanya.“Sudah kuduga, kamu akan berangkat pagi-pagi sekali,” komentar Kai sembari melirik arloji.Kira mendengus dan membuang muka. Ia pikir, Kai masih tidur sebab saat ini belum genap pukul enam. Namun ternyata ia kecele. Pria itu justru sudah siap pergi lebih dulu ketimbang dirinya.Tanpa banyak bicara, Kira berjalan melewati Kai, hendak pergi. Namun, Kai berhasil meraih tangan Kira dan menahannya.“Mau ke mana kamu?” tanya Kai dengan santai, seolah-olah tidak pernah ada yang terjadi di antara mereka malam tadi.Kira menarik tangannya dari genggaman Kai. Ia menatap pria itu dengan datar. “Aku mau pergi ke kantor, sendiri,” jawabny
Kira baru selesai mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk saat ia mendengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah.Dari suara mesinnya yang halus, Kira bisa menebak kalau itu adalah mobil Kai. Namun, kenapa pria itu sudah pulang jam segini? Bukankah tadi Kai bilang akan lembur?Kira mengenyahkan rasa penasarannya. Ia memilih pakaian kasual yang busui friendly dari lemari, setelah makan malam nanti rencananya ia akan pergi menemui Luna.Sesaat setelah Kira mengenakan pakaiannya dan menyisir rambut, ia pun turun ke lantai bawah untuk makan malam.Begitu tiba di anak tangga terbawah, ia melihat Kai sedang berjalan menghampirinya dengan raut muka tak ramah. Tatapan pria itu begitu tajam, menatap Kira tanpa mengalihkan tatapannya ke arah lain sedetik pun.“Mas, kamu sudah pulang?” tanya Kira basa-basi. “Nggak jadi lemburnya, ya?”“Kamu pulang dengan siapa tadi?” tanya Kai tiba-tiba dengan suara dingin, tanpa menghiraukan per
Kira tersenyum kecil saat melihat Julian berdiri dari sofa dan menghampirinya. Julian memandang ke sekeliling Kira.“Kamu sendirian?” tanya Julian saat Kira sudah berdiri di hadapannya.Kira mengangguk. “Iya, sendirian. Kenapa?”“Aku pikir kamu pulang bareng bos kamu.” Julian tersenyum kecil.Kira terdiam sejenak, lalu terkekeh dan menggeleng. “Nggak, lah. Dia ada lembur.”Keduanya berjalan keluar dari lobi dan menuju parkiran. Julian membukakan pintu mobil untuk Kira, lalu ia menutup pintu saat Kira sudah masuk. Dan berjalan memutari bagian depan mobilnya.“Dengar, ya, aku nggak mau geer, tapi aku penasaran, kamu sengaja datang ke sini untuk jemput aku?” tanya Kira dengan nada bercanda saat Julian sudah melajukan kendaraannya.“Kamu pikir, aku ke sana untuk menjemput orang lain?” Julian balas bertanya sambil tersenyum kecil.Meski sudah tahu bahwa Kira sudah menikah dengan Kaisar, tapi entah mengapa Julian pena
Kira kembali ke ruangannya setelah selesai makan siang di kantin. Ia melihat Lia sudah ada di ruangannya, maka itu berarti Kai juga sudah ada di dalam sana, pikir Kira.Kira baru akan mulai fokus pada pekerjaannya saat Lia tiba-tiba datang menghampiri.“Kamu dari mana?” tanya Lia sambil duduk di kursi depan meja Kira.“Habis makan siang, Mbak, di kantin.” Kira tersenyum kecil sembari menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga.“Yaah… padahal tadi Tuan Kaisar bawa makan siang buat kamu, lho!”Mendengarnya, Kira merasa terkejut. “Bawa makan siang buat aku?” Kira tersenyum masam. “Masa, sih? Kayaknya nggak mungkin deh.”“Eh, serius! Tadi dia masuk ke sini sambil bawa makanan buat kamu, kamunya nggak ada, dia sampai nyari kamu, tahu?”Kira melihat ke sekeliling ruangannya. Namun ia tidak menemukan makanan yang dikatakan Lia di sudut manapun. Kira kembali tersenyum dan berkata, “Gimana pertemuan dengan Pak Julian? Lancar?” tanyanya untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka.Lia ter