Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin / Bab 68 : Kehadiranku Tidaklah Berarti

Share

Bab 68 : Kehadiranku Tidaklah Berarti

Author: NACL
last update Last Updated: 2025-04-08 23:18:00

Yasmin menoleh dan terkesiap ketika menyadari Barra tiba-tiba berdiri di sampingnya. Kini, dia berada tepat di antara dua pria, pengacara dan jaksa. Tubuhnya yang paling mungil di antara mereka membuatnya terasa seperti terhimpit oleh dua kutub kekuasaan.

Tatapan mata hitam Yasmin menangkap gurat ketegangan di wajah Barra. Rahang pria itu mengeras, jelas menahan sesuatu.

"Umm … Pak Barra, benar Pak Bagas. Saat ini saya sudah dilindungi beliau," ucap Yasmin pelan dan tegas. Dia juga menambahkan senyum sopan dan anggukan kecil sebagai bentuk penghormatan.

"Ayo, pulang. Aku sudah janji menjaga kamu pada Mami," ucap Barra tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar tegas, bahkan menusuk di telinga Yasmin.

Sebelum Yasmin sempat menanggapi, lengan Barra sudah merangkul pundaknya, lalu pria itu menatap tajam ke arah Bagas yang berdiri kikuk. Dengan gerakan cepat, Barra memutar tubuh mereka dan bersiap meninggalkan area pengadilan.

"Saya permisi, Pak Jaksa," pamit Yasmin sopan, walaupun langkahnya di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 69 : Janda Genit!

    "Yasmin, tolong antar nasi gorengnya dulu ke depan. Biar Mbok yang bawa ayam gorengnya," ucap Mbok Inah sambil menata piring di nampan."Iya, Mbok," jawab Yasmin lembut, lalu mengambil mangkuk besar berisi nasi goreng dan bersiap membawanya ke ruang makan.Akan tetapi, langkahnya terhenti saat suara langkah sepatu hak tinggi menggema dari arah lorong. Cindy muncul, berjalan angkuh masuk ke dapur dengan gaun rumahan sutra yang terlalu pendek untuk pagi hari."Mbak Cindy, mau apa? Nanti Mbok buatkan, ya," ucap Mbok Inah buru-buru, berusaha mencegah Cindy menyentuh apapun di dapur.Yasmin menurunkan pandangan. Dia tak ingin terlibat. Namun, tetap saja, penampilan Cindy tidak bisa diabaikan. Kesan sensual itu terlalu mencolok, terlebih Yasmin tahu wanita itu tak pulang semalam dengan alasan merindukan Boy dan Cleo, lalu Airin sedang tidak ada di rumah, sehingga Kezia pun mengizinkan.Malam tadi, bahkam Yasmin sempat melihat Cindy menyeduh kopi dan naik

    Last Updated : 2025-04-09
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 70 : Tetap Senyum Meski Terluka

    “Serius kontrak iklan parfum itu batal? Gila, kenapa harus bayar 500 juta?!” geram Bram, lalu melempar tumpukan dokumen yang dibawa oleh manajernya.“Serius, Bram. Pihak iklan merasa dirugikan karena sempat nolak Nicolas demi kamu. Sekarang mereka mau ambil Nicolas lagi,” ujar sang manajer. Wajahnya terlihat kesal, dan tetap berusaha tenang.Bram memukul keras meja hingga cangkir kopi bergetar.“Yasmin benar-benar pembawa sial!” teriak Bram. Dari balik pintu, Sarah yang mengintip sampai terlonjak dan langsung memegangi dadanya.Manajer itu kemudian menjelaskan bahwa citra Bram mulai tercoreng. Netizen ramai membicarakan sosok mantan istrinya yang katanya dulu sering disakiti. Banyak yang mulai membuka-buka masa lalu Bram.“Namamu trending di Eks dan Taktik. Kalau mereka sampai tahu siapa mantan istrimu sebenarnya, dan makin simpati ... habis sudah kariermu. Mending kamu atur narasi, bilang aja pernah nikah sama dia, tapi cerai karena dia selingkuh, atau apalah.”Bram terdiam beberapa

    Last Updated : 2025-04-09
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 71 : Bolehkah Aku Jatuh Cinta Lagi?

    Yasmin tidak mengerti mengapa Barra selalu datang secara tiba-tiba dan tanpa mengucapkan salam. Terlebih saat ini suasana tegang terasa, sungguh dia tidak enak hati pada Bagas.Wanita itu berdiri dan menatap tubuh tinggi atletis yang saat ini menggunakan jaket denim. Dada bidang pria itu tampak naik turun dan urat-urat lehernya menegang.“Tadi kami tidak sengaja bertemu, Pak,” tutur Yasmin dengan cepat sebelum Barra menghentikan ucapannya. Dia memperhatikan raut wajah Barra yang mengeras. “Ini juga … kampus umum,” sambungnya pelan.Tidak ada tanggapan apa pun dari Barra, dan Yasmin pun melirik Bagas yang kini tampak sedang berseteru melalui sorot mata dengan Barra. Sebelum suasana makin memburuk, Yasmin bangkit dan memberanikan diri menepuk lengan Barra.“Pak—”“Kita pulang!” ajak Barra yang kemudian merangkul Yasmin dengan mudah dan memaksa wanita itu mengikuti langkah lebarnya.A

    Last Updated : 2025-04-10
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 72 : Pergi Berdua

    Pukul 11 malam lewat sedikit. Suasana rumah bergaya tropis ini sangat sunyi. Hanya embusan napas si kembar dan alat pendingin ruangan saja yang terdengar. Yasmin yang memang belum tidur, lalu bangkit duduk, mengusap kerongkongan dan perutnya yang terasa agak kosong. Haus dan lapar kaarena Boy dan Cleo baru melepaskan payudaranya. Yasmin bangkit dengan hati-hati, keluar kamar, dia melirik pintu kamar tamu tempat Cindy tidur. Tertutup rapat Yasmin melangkah pelan menuju dapur. Dia sempat berhenti melihat pintu ruang Kerja Barra yang tertutup rapat. “Apa dulu juga Pak Barra lembur setiap hari?” gumamnya, lantas melangkah lagi. Sesampainya di dapur, dia langsung meneguk dua gelas air hangat. Akan tetapi, niatnya yang ingin menggoreng telur harus pupus, sebab tak ada lauk yang dicarinya kosong. "Yah ...," gumamnya pelan. Akhirnya Yasmin mengambil beberapa buah—apel, pir, dan jeruk—lalu mencucinya satu per satu. Saat sedang memotong apel, suara motor terdengar dari lua

    Last Updated : 2025-04-10
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 73 : Pengirim Paket Misterius

    Yasmin menahan napas saat membuka kardus itu. Sebuah kain merah membungkus isinya, membuat jantung wanita itu berdetak lebih cepat.Tangannya gemetar saat dia menyingkirkan kain itu, dan begitu matanya menangkap isi kotak cokelat tersebut, Yasmin sontak menutup mulut dengan satu tangan. Matanya membelalak, tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.“Si—siapa yang mengirim ini?” bisiknya, dan lelehan hangat pun mengalir perlahan di pipi wanita itu.Dia menoleh ke arah pagar yang kini sudah tertutup rapat, berharap ada bayangan seseorang berdiri di sana. Namun, yang tersisa hanya sua orang satpam saja.“Yasmin?” panggil Kezia dari dalam rumah, tatapannya mengarah penuh kecemasan. “Kamu pesan paket, ya?”Yasmin menggeleng pelan sambil menghapus air mata. Lalu dengan hati-hati, dia membuka kotak itu lebih lebar, memperlihatkan isinya pada Kezia.“Ada orang baik kirim Yasmin buku-buku kedokteran, Mi. Lengkap … Yasmin bisa belajar sekarang. Tapi nggak tahu siapa pengirimnya,” ucap Yasmin

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 74 : Mau Dipanggil Mas?

    Selesai menemui Bram, Cindy bergegas ke rumahnya. Namun, langkahnya langsung terhenti ketika melihat petugas bank menunggu di depan gerbang rumahnya. “Kurang ajar!” desisnya lirih. Dia pun mengurungkan niat untuk masuk dan memilih terus mencoba menghubungi Airin. Sialnya, ponsel wanita paruh baya itu tidak tersambung sama sekali. “Mami, keterlaluan!” geramnya. Dengan hati terbakar, Cindy langsung melajukan mobil menuju rumah Barra. Begitu tiba, langkahnya melambat saat melihat pemandangan yang membuat darahnya mendidih. Yasmin duduk santai di teras, mengayun tubuh Cleo perlahan di gendongannya, sementara Boy tampak duduk manja di pangkuan babysitter. “Ayo, naik pesawat sama Bunda, tapi satu-satu, ya.” Yasmin terkikik, tangannya menirukan gerakan terbang, membuat Cleo tergelak. Bayi mungil itu tertawa lebar hingga gusinya tampak jelas. Boy yang melihat itu langsung membulatkan mata, lalu kedua tangannya menggapai-gapai, ingin ikut. “Mbak Yasmin, Boy mau ikut juga,” ujar babysitte

    Last Updated : 2025-04-11
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 75 : Apa Alasannya Melakukan Ini?

    "Saya … sebelumnya mohon maaf kalau lancang, Pak… Mas." Yasmin menelan ludahnya yang terasa kental. Lidahnya seolah kelu, berat sekali untuk melanjutkan ucapannya.Barra, yang semula fokus membaca berkas kasus, menutup map itu perlahan. Tatapan iris cokelat kini sepenuhnya tertuju pada Yasmin. Dia menempelkan punggung ke sandaran kursi, menyilangkan lengan di dada hingga otot-otot lengannya tampak tegang dan mengintimidasi."Katakan, ada perlu apa?" tanya pria itu dengan, suaranya tegas dan dingin seperti biasa."Mas tunggu sebentar di sini. Saya mau ambil sesuatu dulu di kamar," ucap Yasmin, lalu berlari menuju kamar bayi. Di sana, dia menggenggam erat secarik kertas yang sejak tadi menghantui pikirannya.Tidak menunggu lama, dia kembali dan menyerahkan kertas itu kepada Barra.Yasmin menunggu reaksiMata pria itu hanya menyipit, menatap kertas tanpa sedikit pun perubahan ekspresi. Semua terasa datar, seolah kertas itu hanya selembar catatan tanpa arti."Tadi pagi saya terima paket bu

    Last Updated : 2025-04-12
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 76 : Diawasi Pengacara Dingin

    Dorongan bara api yang tidak terlihat memaksa pria itu untuk mendorong pintu lebih lebar. Namun, sebelum benar-benar terjadi, Barra mendengar celotehan Yasmin yang tampaknya belum menyadari kehadirannya."Wah, ternyata Mas Bagas menang kasus. Keren, beritanya dimuat di media," ucap Yasmin sambil memandangi layar ponsel dengan senyum lebar yang sulit dia sembunyikan.Saking fokusnya, Yasmin tidak menyadari bahwa Barra kini berdiri tepat di belakangnya. Pria itu membaca highlight berita yang terpampang di layar :"Kasus ini ditangani oleh Jaksa Muda Bagas Prasetya, yang dikenal publik lewat keberhasilannya menjerat pelaku kekerasan seksual viral tahun lalu."Tiba-tiba, suara decakan terdengar. Yasmin terlonjak kaget hingga tanpa sengaja menginjak tumpukan buku, nyaris membuat tubuhnya terjatuh. Namun, dengan sigap Barra meraih pinggangnya.Lagi-lagi, jarak mereka menjadi terlalu dekat."Mas?""Ya?""Lepas," pinta Yasmin lirih. Pipi wanita itu sudah memerah.Perlahan, Barra melepaskannya

    Last Updated : 2025-04-12

Latest chapter

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 86 : Menggetarkan Hati

    Tim dokter segera memeriksa kondisi Barra. Bahtiar dan Dariel berdiri dengan wajah tegang dari balik kaca ICU. Napas mereka terdengar berat, seolah menahan segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Dariel menoleh pada Bahtiar dan memerintah. "Hubungi Tante Kezia! Sekarang!" Tanpa bertanya lebih lanjut, Bahtiar segera keluar dari ruang ICU. Membuat Airin dan Cindy langsung berdiri di ruang tunggu. Dua wanita itu saling berpandangan, menyadari ada yang tidak beres. Sementara itu, di sisi lain Kezia tengah menerima telepon dari asisten pribadi putranya. Suaranya tercekat saat mendengar nama ‘Barra; disebut. "Barra ... anakku," bisiknya, satu tangan menutup mulutnya, dan air mata mengalir tanpa izin. "Oke, Tante ke sana sekarang." Tidak disangka, Yasmin mendengar percakapan itu. Dia langsung menghampiri Kezia yang hendak keluar rumah. "Mi! Tunggu!" serunya sambil tertatih mengejar. Meskipun kakinya masih nyeri, dia memaksakan diri. "Yasmin boleh ikut, ya? Tolong, Mi ...," pintanya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 85 : Yasmin Bersama Bagas?

    Yasmin mengangguk pelan. Dida hendak menunjukkan cincin itu lewat media sosial Bram, tetapi akun pria itu mendadak hilang. Setelah dia cari melalui akun-akun gosip, ternyata Bram memutuskan untuk rehat dari dunia maya. Alis Yasmin mengerut dalam. Dia menggeleng tidak percaya. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka. "Kamu yakin, Yasmin?" tanya Samantha sekali lagi. "Yakin, Dok ... Tapi Yasmin nggak punya fotonya," sahut ibu susu ini, menghela napas. "Oke, biar timnya Barra yang cari. Makasih infonya. Sekarang kamu rileks dan berdoa buat Barra, ya. Aku balik ke rumah sakit dulu," pamit Samantha, memeluk Yasmin dengan erat. Yasmin hanya bisa memandangi kepergian Samantha dengan kosong. Rumah ini benar-benar seperti penjara baginya. Dia bahkan tidak boleh keluar sekalipun hanya untuk menjenguk pria yang telah menyelamatkannya. Namun, dia tidak pernah putus mendoakan pria itu. Perlahan Yasmin melangkah ke kamar si kembar dan menemukan mereka asyik berceloteh sambil bermain. Rasa b

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 84 : Aku Mau Ketemu Kamu, Mas!

    Ponsel Bahtiar berdering nyaring, memutus percakapan seriusnya dengan Samantha. Alis asisten Barra itu langsung mengerut dalam, dan napasnya berembus panjang seperti menahan sesuatu yang tidak menyenangkan.“Ada apa? Siapa yang telepon? Polisi?” tanya Samantha dengan nada tidak sabar. Jelas sekali dia ingin segera tahu siapa pelaku dari kasus pembunuhan berencana ini.Bahtiar mengangkat ponsel, lalu memperlihatkan layar yang menampilkan nama Cindy.“Angkat,” titah Samantha begitu lugas dan tajam.Bahtiar mengangguk pelan, lalu menggeser ikon hijau dengan gerakan tenang juga waspada. Suaranya terdengar datar saat menjawab panggilan itu.“Ya, Mbak Cindy, ada apa?”“Bagaimana kabar Kak Barra? Dia sudah bangun ‘kan? Nanti siang aku ke rumah sakit bareng Mami, tapi … apa kami boleh mampir ke rumah?”Samantha memberi isyarat dengan gerakan kepala sambil mengetik cepat di ponselnya, lalu menunjukkan teks itu pada Bahtiar. Mereka saling memahami dalam diam, sorot mata keduanya bicara tanpa su

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 83 : Jangan Beri Kesempatan Kedua

    “Bram … keluar! Ada yang cari kamu.” Suara nyaring seorang wanita itu diiringi ketukan pada pintu makin intens, membuat Bram yang sempat mendengar suara sirine langsung terlonjak kaget. Detak jantungnya bagai memberontak.“Cepat, Bram!” teriak Sarah lagi.Dengan tangan gemetar, Bram membuka pintu dan melihat ibunya berdiri dengan wajah panik. Sarah tampak pucat pasi, keringat dingin membasahi pelipisnya.Melihat itu, tangan Bram mengepal, dan dia merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya.Sarah langsung meraih wajah putranya dengan tatapan penuh iba. Namun, Bram menepisnya dengan kasar, sorot matanya menajam.“Jangan seperti itu, Bu. Aku ini udah besar!” sergah pria itu.Seketika dari lantai dua, dia mendengar suara berat seorang pria dari arah bawah. Bram menoleh dengan cepat, dan tubuhnya menegang. Suara itu bagai menggetarkan dadanya yang sudah rapuh.“Kamu kenapa, Nak? Cerita sama Ibu, Ibu pasti bisa bantu. Kamu berantem sama Tamara ‘kan?”“Sebaiknya Ibu usir tamu di bawah!” Pria

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 82 : Semua Ini Salahku

    “Mami?” panggil Yasmin lagi. Suaranya gemetar, seperti anak kecil yang siap menerima hukuman.Hati wanita itu mencelos. Bukankah Barra terluka karena menyelamatkannya?“Yasmin … minta maaf, Mi,” lirihnya, tertunduk dalam-dalam.Kalau pun Kezia memaki, mengusir, atau membencinya, Yasmin akan terima. Dia sudah siap dan harus ikhlas.Tubuh Kezia bergetar. Dari pantulan bayangan di lantai rumah sakit, Yasmin bisa melihat tangan wanita paruh baya itu mengepal rapat. Isak tangisnya lirih dan memilukan di telinga.Boy dan Cleo kembali rewel dalam dekapannya, seakan ikut menyerap kesedihan sang ibu susu yang meluap.Tiba-tiba, tangan Kezia terangkat dan ….“Syukurlah kamu selamat, Yasmin. Mami ke sini mau antar kamu pulang,” bisik Kezia di tengah tangis.Wanita paruh baya itu merengkuh tubuh Yasmin ke dalam pelukan hangat. Kezia menumpahkan air matanya di pundak Yasmin.Yasmin me

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 81 : Itik Buruk Rupa Tidak Pernah Jadi Angsa

    “Halo, Bram … ini waktu yang tepat. Yasmin ada di luar rumah. Aku kirim lokasinya,” ucap Cindy pelan melalui sambungan telepon, pandangannya tajam menatap layar ponsel.Beberapa jam lalu wanita itu duduk di balik kemudi mobilnya yang terparkir tak jauh dari rumah Barra. Hampir setiap hari, Cindy hanya mengintai Yasmin—menunggu waktu wanita itu lengah.Hari ini, seperti momentum yang sudah lama ditunggunya.“Oke. Aku pastikan sendiri dia mendapat hukumannya,” desis Bram dengan rahang mengeras, tangannya meremukkan kertas kontrak kerja sama yang dibatalkan.Tidak butuh waktu lama, Bram melajukan mobilnya menuju lokasi yang Cindy kirim. Bahkan, sejak di pemakaman, dia sudah membuntuti Yasmin dan Barra dalam diam. Tatapan pria itu menyala dengan amarah, seolah api dendam siap melahap segalanya.“Itik buruk rupa tidak akan pernah berubah jadi angsa,” geram Bram sambil menyeringai tajam saat tatapannya bertemu Yasmin di depan restoran. Sesaat kemudian, dia berbalik arah, menyusup ke gang k

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 80 : Gelisah

    "Dua wanita yang berarti dalam hidupku ... tapi mereka pergi." Suara Barra datar dan pelan. Pandangan pria itu kosong, terpaku pada dedaunan pohon yang bergoyang pelan diterpa angin. Suasana kuburan yang sudah hening makin terasa senyap. Angin berembus pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan tua. Bahkan Boy dan Cleo, yang biasanya berceloteh, kini terdiam seolah ikut meresapi kesunyian itu. Yasmin memandangi wajah tampan pria itu. Di sana, tidak terlihat kesedihan atau amarah. Hanya ada kekosongan—dan sesuatu yang sulit untuk dia jelaskan. Yasmin tidak bertanya lagi, dia mengingat ucapan Kezia tentang Jeslyn–Barra akan marah jika mengungkitnya. Dia memilih diam, menghormati luka yang membelenggu pria itu. "Ayo," ajak Barra seraya mengulurkan tangan. Yasmin melangkah, belum sempat menyambut, pria itu lebih dulu menggenggam tangannya, menarik dengan lembut. Jelas, ini tidak seperti Barra yang dingin. Alih-alih langsung pulang ke rumah, justru Barra membawa Yasmin ke kantornya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 79 : Membawa Yasmin

    Barra pulang dalam keadaan mabuk, beruntunglah dia sampai dengan selamat di rumah. Diantar oleh Dariel dan Stefan. Namun, pria itu mendapat kesialan di rumah. Kezia yang membukakan pintu untuknya, dan menggantikan putra sulungnya itu pakaiannya. "Mami ini sudah tua, Barra! Kamu bikin capek saja! Papi kamu sakit, kamu mabuk-mabukan lagi," keluh Kezia dengan suara tertahan, khawatir seisi rumah mendengarnya. "Yasmin di mana, Mi? Aku mau—" "Mau apa kamu, hah?" geram Kezia, "jangan keluar kamar! Yasmin bisa takut lihat kamu mabuk begini, Barra!" omel wanita paruh baya itu. Pada akhirnya Kezia menemani Barra di kamar hingga pagi, wanita itu memastikan putra sulungnya tidak melakukan perbuatan di luar nalar. Bahkan ketika pagi hari, Kezia memberikan Barra pereda pengar akibat alkohol semalam. "Jangan sampai Papi tahu kamu mabuk lagi!" ancam Kezia sebelum keluar kamar. Namun, Barra hanya mengacungkan ibu jari saja, lalu menelan obatnya. Setelah pening di kepala menghilang, Barra menggu

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 78 : Isinya Kamu Semua

    "Mas mau ke mana? Sebentar lagi makan malam," ucap Yasmin, melihat Barra yang tergesa-gesa menuruni anak tangga. Wanita itu sedang memegang mesin pompa ASI, sedikit terkejut dengan sikap pria itu.Barra menoleh sekilas dan menghela napas saat pandangannya tertuju pada alat pompa itu. Ingin rasanya mengabaikan Yasmin, tetapi mulutnya justru berkata, "Cari angin.""Tapi … Mas, Mami bilang—"Ucapan Yasmin menggantung di udara, sebab Barra sudah melangkah keluar tanpa menoleh lagi. Dari lantai dua, Yasmin hanya bisa terdiam, lalu mengusap dadanya. Ada yang janggal. Belakang ini, pria itu lebih sering berangkat siang ke kantor, lalu tiba-tiba membelikannya barang mewah, sekarang keluar malam-malam begini.Ah, ya, mungkin Barra sedang menangani kasus besar. Mencari bukti atau saksi? Dia mengangguk kecil, mencoba menenangkan pikirannya, lalu masuk ke kamar bayi.Bersamaan dengan itu denting notifikasi dari ponsel di atas nakas membuat langkah Yasmin terhenti. Matanya membulat saat melihat pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status