Gimana Part ini? Greget gak?
Sepeninggalan Bara, Lela melakukan aktivitasnya seperti biasa. Akan tetapi di siang harinya, saat ia akan pergi karena sudah izin ingin menemui temannya terkait diskusi Skripsi, Yuni menghentikannya. "Kamu kira dengan Bara memanjakan kamu, sekarang kamu aman sama saya?" tanyanya menyeringai. Ia duduk di kursi meja makan usai makan siang. "Maaf Nyonya Besar, saya sudah izin Pak Bara sebelum beliau pergi," balas Lela sopan. "Itu Bara, tidak dengan saya. Sekarang karena tidak ada Bara, yang harus kamu patuhi adalah saya. Ingat itu!" Lela hanya bisa mengangguk dan setuju dengan apapun yang diperintahkan Yuni. Wanita berusia 60 tahun itu yang masih terlihat cantik itu, menyuruhnya melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak ia kerjakan. Bahkan ia sampai membuat Baby Dam tantrum karena ia lama datang, sebab disuruh keluar beli sate. Tiada yang berani mengadu termasuk Bi Tati dan Eva, mereka hanya bisa menonton acara pembullyan itu. Saat Lela sedang menyusui Baby Dam, Bara men
"Dia bukan siapa-siapa, hanya Ibu Asi untuk anakku," balas Bara seolah sedih dengan kenyataan itu. Akan tetapi Bella dan Aaric tau bahwa Bara merasa berat mengatakannya, artinya apa yang ia katakan tidak dari kejujuran. Bara memang pebisnis, pandai berakting dan bisa menguasai ekspresinya saat bertemu klien, tapi tidak jika ada di depan ibunya, ia akan menjadi Bara yang murni. Bella pun menggenggam tangan Bara, menatapnya penuh simpati. "Sayang, aku tau betapa beratnya ada di posisi kamu. Andai Mami bisa, ingin rasanya Mami membiarkanmu hidup dalam pelukan Mami. Namun fakta bahwa kamu pewaris tahta keluarga Raniero membuat Mami gak bisa berbuat apa-apa untukmu, bahkan terhadap orang yang kamu cintai." Bara mencoba menahan air matanya, ia mengangguk seraya berkata. "Aku paham itu, Mi. Mami gak perlu lakuin apapun, cukup biarkan aku cerita pas aku pingin didengar." "Tentu saja Sayang, apapun buat anak Mami," balas Bella tersenyum. Mereka pun lanjut makan, terakhir makan
Bukankah tidak perlu diberitahh lagi, ia sudah pernah melihat Dena sebelumnya. Lela bingung kenapa sekarang ia duduk di antara para wanita elit yang sedang minum teh. Ia diminta datang dan berdiri di depan mereka, di sebuah taman di bawah Paviliun indah bergaya Eropa kuno. Lela berdiri sebagaimana posisinya yang seharusnya karyawan di sana. Kalau diibaratkan sebuah kerajaan, mereka adalah para wanita Raja, sementara Lela hanyalah Dayang yang tidak memiliki kekuatan untuk menolak perintah mereka. Dirinya mulai tidak nyaman ketika para wanita itu menatapnya dengan tatapan tajam, sambil menyombongkan pencapaian mereka. "Sebenarnya kamu adalah kandidat yang tepat untuk menjadi istri Bara. Nggak ada orang yang lebih baik dari kamu, apalagi kamu adalah bagian dari keluarganya Raniero yang tahu betul apa saja yang menjadi visi misi keluarga ini." Lela tak perduli dengan apa yang mereka katakan tapi kenapa tatapan Yuni selalu mengarah padanya saat membanggakan Dena? "Emang sudah s
Nambah satu lampir di mansion hari ini, siapa lagi kalau bukan Dena. Gadis itu menggunakan Yuni sebagai tameng. Dirinya tahu persis bahwa tanpa Yuni ia tidak bisa menjadi tamu yang baik di mansion tersebut, karena Bara sudah menandainya sebagai orang yang masuk di Blacklist. Setiap ia masuk mansion pun, banyak pekerja mension yang tidak menyukainya bagaimana Bara tidak menyukainya. Sikapnya yang angkuh, sering menghina orang, juga membuat mereka kewalahan untuk melayaninya, karena permintaannya yang banyak. Ia juga sering mengganggu Tuan mereka, hal itu yang melatarbelakangi para pekerja di mansion akhirnya tidak respect padanya. Meskipun begitu, mereka tetap profesional sehingga ketika Dena datang ke sana di bawah perlindungan Yuni, mereka tetap mematuhinya, begitu juga dengan Lela. Lela sadar bahwa sekarang dialah sebagai objek pembullyan mereka. Mereka berusaha untuk menjatuhkan mentalnya agar ia keluar dari sana secepatnya. Ingin rasanya ia berkata bahwa ketika kontraknya sele
Orang-orang di Mansion mungkin tidak berani mengatakan yang sebenarnya pada Bara, tentang apa yang terjadi pada Lela. Akan tetapi Greg dan istrinya berani, mereka mengatakan dengan jujur pada Bara tentang apa yang sedang terjadi, tanpa sepengetahuan orang-orang di mansion. Mereka memberitahu Bara lewat pesan Wa, sehingga tidak ada yang tau kalau Bara mendapat informasi mengenai anaknya yang kekurangan asi. Bara yang ada di seberang sana pun terkejut dengan kenyataan itu. "Gimana bisa semua itu terjadi lagi?" Ia langsung meminta Greg untuk menyerahkan ponselnya pada Lela. Pasalnya ponsel Lela benar-benar tidak bisa dihubungi karena baterainya habis dan tidak sempat untuk mengisinya lagi selama sehari semalam. "Apa yang terjadi sebenarnya, kamu gak bisa dihubungi? Kenapa kamu kelelahan dan sampai asinya berkurang lagi?" "Maaf, Pak." "Saya kan udah bilang kerjaan kamu tuh khusus untuk nyusuin anak saya, jangan sampai kamu capek dalam kegiatan yang lain! Apa kamu capek gara-ga
Blenda benar-benar meminta Lela untuk bicara empat mata dengannya, ia tidak akan membiarka Lela merasa menghadapi semua itu sendirian. Mereka berdua berbicara di dalam mobil. Saat Greg dan Blenda pamit pulang, mereka menggunakan kesempatan itu untuk bicara. Greg sudah pulang terlebih dahulu karena ia ada tugas di rumah sakit, untungnya mereka membawa mobil sendiri-sendiri, karena awalnya memang ada di lokasi yang berbeda. Blenda sengaja mengajak Lela untuk mengantarkannya saat ia pulang, karena tahu bahwa Yuni sedari tadi terlihat jelas terus mengikuti Lela dan berusaha menguping pembicaraannya dengan Greg. Akan tetapi sepertinya tidak berhasil, karena strategi Greg yang memilih tempat strategis. "Mungkin kamu tadi udah dengar dari suami saya, tentang konseling?" Lela pun menunduk, "Iya, udah. Tapi saya merasa bahwa saya memberatkan dokter Greg dan Anda," ujarnya. Blenda tersenyum lucu, "Nggak usah sungkan kayak gitu, La. Lagi pula saya juga udah menganggap kamu sebagai
"Pa... pa... pa!" Lela terusik dengan ocehan Baby Dam, tapi aneh, Baby Dam baru saja menginjak 6 bulan tetapi sudah bisa menyebut Papa? Ia membuka matanya dan terkejut melihat Baby Dam ada di pangkuan sang ayah. "Pak Bara?!" kagetnya langsung duduk. Bara tersenyum manis padanya, membuat Lela merasa seperti di dalam mimpi. "Udah bangun?" tanyanya. Lela pun langsung duduk karena ternyata semua itu bukan mimpi, suara Bara seolah membangunkannya. "Maaf, Pak, saya...." "Santai aja, ini baru jam 3.30, kamu tidur lagi aja," ujar Bara sambil menimang-nimang anaknya. Rasanya rindu sekali dua minggu tidak bertemu putra kecilnya itu. Ia juga merindukan Lela yang masih kaget pada situasinya. "Em... Bapak baru pulang?" tanyanya ragu. "Iya, jam 1 tadi, pas saya ke sini jam 3, Damien bangun terus ngoceh sendiri," ujarnya seolah sangat bahagia. Lela ikut tersenyum melihat interaksi mereka, Baby Dam terlalu cepat tumbuh, membuatnya lega dengan kenyataan itu. "Berarti Bapak udah seteng
"Overall, udah baik. Tinggal dipertajam lagi pembahasannya di bagian Bab 4 akhir ini, dan Kesimpulan," ujar Bara menjelaskan. Ia mencatat beberapa hal di file milik Lela untuk kemudian diperbaiki. "Baik, Pak," balas Lela. Mereka saling diam karena Lela yang merevisi langsung di depan Bara dan Bara yang sibuk mengerjakan hal lain. Semua tampak normal, tetapi tiada yang tau kalau sebenarnya ada yang berdebar di antara mereka. Setelah selesai revisi dan di-ACC untuk selanjutnya maju ke Sidang, Lela pun izin pada Bara lewat WA untuk mampir ke toserba. Ia ingin membeli sesuatu katanya. Bara pun mengiyakan, tapi memperingati Lela agar segera pulang kalau Baby Dam mencarinya. . Lela pergi ke toko aksesoris dan kado, sebenarnya ia tak tau apa yang bisa ia berikan pada Bara. Ia ragu kalau barabg yang ia berikan akan tidak layak untuk bosnya itu. Bara jelas lebih kaya darinya, ia pullnya segalanya dan ia belum tentu bisa memberinya hadiah berharga. Lalu ia berpikir untuk