Home / Rumah Tangga / Ibu Susu Anak Dosenku / 3. Antara Hidup dan Mati

Share

3. Antara Hidup dan Mati

Author: Blue Rose
last update Last Updated: 2024-05-10 10:57:28

Di sisi lain, Lela kini berdiam diri di kamar kost-an.

Dia memikirkan apa yang harus ia pilih.

Terlebih, sejak kemarin, hatinya pedih kala mendengar tentang kisah perceraian orang tua Baby Dam dan ibunya yang tak ingin merawat bayi tampan itu.

Lela jadi tak tenang saat kuliah dan bekerja taditadi.

Namun melihat tidak adanya pesan dari mereka, sepertinya Baby Dam dalam keadaan baik?

Sepertinya, keputusan menolak jadi Ibu Asi Baby Dam tidak menimbulkan masalah….

“Lela, KELUAR KAMU!”

Suara teriakan pria dari luar kost membuat Lela tersentak dan tersadar dari lamunannya.

Ada ribut-ribut apa ini?

Gadis itu pun keluar kamar, tetapi dia terkejut kala menemukan tetangga kostnya sudah berkerumunan menonton tiga pria berpenampilan preman yang baru saja berteriak di depan kamarnya.

"Ada apa ini, Pak?" tanya Lela bingung.

"Kamu anak dari Pak Suyanto Wijoyo, kan?"

Meski masih bingung, Lela pun mengangguk. "Iya, ada apa ya Pak?"

"Bapakmu kabur! Gak ada yang bisa ditagih karena jaminan sertifikat rumah pun dijual sama Bapakmu. Jadi, cuma kamu yang bisa kami tagih sekarang."

Deg!

Mata Lela seketika membulat.

Ayahnya berutang lagi dan bahkan berurusan dengan debt collector menyeramkan itu?

"Tapi Pak, saya gak tau apa-apa mengenai utang–"

"Kami gak peduli! Di perjanjian, Bapakmu menuliskan namamu. Jadi, kami meminta pertanggungjawaban Anda untuk segera mencicil tunggakan 5 juta x 5 bulan," potong sang debt collector.

Ia menunjukkan kontrak bernilai hukum yang jelas.

Tidak ada pelanggaran dari tindakan mereka ini. Jadi, Pak RT dan Ibu Kost yang baru datang pun tak bisa berbuat banyak.

"Bos! Lebih baik, kita bawa saja dia dan jual saja biar menghasilkan, daripada dia tidak bisa membayar hutang Bapaknya," ujar salah satu dari preman itu.

Tubuh Lela seketika gemetar. Dia akan dijual?

"Maaf Pak, apa tidak ada perpanjangan waktu? Saya harus mencarinya terlebih dahulu.” tanyanya, memohon.

"Tidak. Bapakmu sudah keterlaluan! Gak ada pertanggungjawabannya sama sekali. Jadi, Bos kami tidak menerimanya lagi," ucapnya, tak peduli.

“Beri uang sekarang atau kamu yang kami jual!”

Para tetangga Lela hanya bisa bersimpati, ekonomi mereka juga sama pas-pasannya….

Tring!

Ponsel Lela tiba-tiba berbunyi.

[Kirimkan kembali soft copy revisianmu ke email saya sehari sebelum bimbingan nanti. Jika tidak, kamu cari dosen lain saja.]

Lela menghela nafas kala menyadari pesan dari sang dosen.

Jangankan melakukan revisi, situasinya saja tak jelas saat ini! Namun segera, Lela membalas dan berjanji mengirimkannya.

“Cepetan!"

Deg!

Di saat genting itu, tawaran jadi Ibu Asi Baby Dam terngiang. Meski induksi laktasi beresiko, sepertinya ia harus melakukannya.

Gadis itu lantas mengetik di ponselnya. Dihubunginya sekretaris dari ayah Baby Dam untuk meminta dikirimkan 5 juta ke rekeningnya segera.

Untungnya, pria itu melakukannya tanpa banyak bertanya, asal Lela segera datang ke mansion. Jadi, gadis itu pun membayar utang sang ayah pada kumpulan pria sangar di depannya.

Sang debt collector tertawa. “Kaya gini kan enak! Oke, sebulan lagi saya akan kembali dan menagih 5 juta lagi," ujarnya.

Lalu ia pergi, lalu diikuti para anak buahnya.

Setelahnya, Lela terkulai lemas. Untuk menangis pun, air matanya tak bisa keluar.

Kejadian itu sungguh menakutkan….

Bahkan, mengalahkan proses penyuntikan hormon dan persiapan meng-ASI-hi yang akhirnya dilewati Lela.

Setelah seminggu dilakukan induksi laktasi, Lela merasakan perubahan drastis tubuhnya, terutama di bagian dadanya yang seolah membesar dan sering tegang.

Ia juga mencoba menstimulasi payudaranya agar bisa menghasilkan Asi seperti yang diajarkan dokter.

Beberapa tetes Asi pun keluar, sehingga Lela langsung mengabari pengasuh Baby Dam kalau prosesnya sudah berhasil.

Kebetulan beberapa hari ini, dia memang sudah tinggal di mansion itu untuk merawat Baby Dam yang lengket padanya.

Jujur, Lela merasa dihargai juga di mansion itu. Dia bahkan memakai kamar di samping kamar Baby Dam yang kecil tetapi interiornya bernilai puluhan juta rupiah.

Dan seperti biasa … Lela juga selalu disambut penuh suka cita oleh orang-orang di sana setelah pulang dari kampus.

"Akhirnya, Mbak Lela datang! Baby Dam nyariin loh sampe gak mau minum susu dan nangis,” ucap sang pengasuh.

Jelas sekali, wanita tua itu dan yang lain sudah berusaha keras, tapi tidak bisa menenangkan bayi tampan itu

Segera saja, Lela menggendong “anak persusuannya” itu yang langsung tenang dengan mudahnya!

Gendongan gadis itu bahkan bisa membuat Baby Dam tertidur!

“Makasih ya, Mbak Lela. Akhirnya, Baby Dam bisa tenang.”

“Sama-sama, Bu,” balas Lela tersenyum.

Wanita tua itu mengangguk, sebelum akhirnya berkata, “Oh, iya, Mbak sudah tahu kalau Tuan Raniero–ayahnya Baby Dam–akan datang sebentar lagi?”

Lela sontak menggeleng.

Jangankan informasi ini, wajah Tuan Raniero saja dia tak tahu.

Selama proses kontrak, Tuan Raniero diwakili kuasa hukumnya.

Di mansion mewah ini, juga tidak ada potret pria itu karena semua ruangan justru dipenuhi potret wajah Baby Dam–tidak ada yang lain.

Tapi, Lela tak ambil pusing. Toh, hubungannya dan Tuan Raniero hanyalah sebatas atasan dan bawahan. Walau tak dipungkiri, terkadang Lela penasaran seberapa kaya Tuan Raniero itu, hingga memberikan uang 15 juta sebagai bonus penandatanganan kontrak. Bahkan, gaji pokoknya dinaikan setelah 3 bulan bekerja?

Sampai-sampai Lela akhirnya bisa mengundurkan diri dari 3 tempat kerjanya dan mulai memproses revisi skripsinya.

Besok, dia bahkan akan menemui sang dosen killer untuk bimbingan.

“Mbak Lela, asinya merembes!” ucap sang pengasuh tiba-tiba, “lebih baik, kita ke kamar segera. Sekalian, untuk memberi Baby Dam asi.”

Lela sontak mengangguk.

Ditemani sang pengasuh, gadis itu masuk ke kamar Baby Dam.

“Abababuba!” Baby Dam berceloteh sambil mendusel wajahnya di dada gadis itu.

Semakin mengamati Baby Dam, semakin membuat Lela penasaran seperti apa paras ayahnya. Ia belum sempat melihat foto ayah Baby Dam karena saking sibuknya.

Saat ia sibuk menyusui sambil menikmati wajah Baby Dam, Lela mendengar suara pria yang familiar. Terlebih saat dirinya menengok ke belakang.

Deg!

"Pak Bara?"

“Tuan Raniero?”

Blue Rose

Jan lupa ramaikan kolom komentarnya yes :v

| 26
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Meri Puspayani
keren thor ceritanya
goodnovel comment avatar
Anugrah Dari Tuhan
uwow...! akhir ceritanya mengagetkan
goodnovel comment avatar
Agung muhammad
minta dana 1 jt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Anak Dosenku   4. Syok

    "Lela? Ngapain kamu di rumah saya?"Mendengar itu, Lela seketika merapikan bajunya. "Ja–jadi... Bapak adalah Ayah dari Baby Dam?" tanyanya–memastikan.Melihat Bara mengangguk, Lela tercengang.Ruangan seketika hening dan baru terpecah karena Baby Dam mulai menangis.Jadi, Lela langsung bereaksi untuk menggendongnya dan memberikan Asi kembali untuk Baby Dam.Lela bahkan lupa kalau Bara masih di sana.Untungnya, pria dingin itu peka dan langsung keluar dari kamar anaknya agar Lela leluasa memberikan asi pada anaknya.Hanya saja, wajah Bara tampak mengeras. saat menemui asistennya."Dika, kamu apa-apaan sih, dia itu mahasiswa bimbingan saya! Kok bisa kamu sampai nggak tahu?!"Dika sendiri tampak terkejut. "Mohon maaf Pak, tapi saya tidak mendapatkan informasi itu. Hanya, yang saya tahu, Mbak Lela atau Laila itu memang kuliah di Universitas yang sama dengan tempat Anda mengajar, tapi saya tidak tahu kalau dia anak bimbingan Anda," jelasnya.Ctas!Bara membanting tempat pulpennya hingga jat

    Last Updated : 2024-05-10
  • Ibu Susu Anak Dosenku   5. Tak Secantik Parasnya

    Untungnya ... setelah pertemuan itu, Lela berhasil menghindari Bara. Dia hanya berkomunikasi lewat chat atau email untuk mengirim dokumen revisinya. Tampaknya, Bara juga berlaku demikian. Hanya saja, tepat tengah malam, Bara yang baru pulang dari kantor mampir ke kamar Baby Dam yang didesign agar diapit kamar utama yang ditempatinya dan kamar pengasuhnya. Namun, Bara tak menyangka jika Lela tertidur di sana dengan posisi memberikan asi padanya. 'Shit...' ucapnya dalam hati. Seketika, dia teringat bahwa mahasiswinya itu sudah menjadi ibu susu putranya. Masalahnya ... posisi Lela miring menghadap ke pintu, sehingga sebagian dada gadis itu terlihat! Srak! Bara langsung melemparkan jasnya ke arah Lela sebelum mendekat untuk memindahkan Baby Dam ke keranjang bayinya. Sebisa mungkin, dia tak melihat aset mahasiswinya itu. Sayangnya, saat ia akan mengambil Baby Dam, tiba-tiba Lela bangun. "Aaaaa!" teriaknya, kaget. Matanya melebar dan penuh tuduhan. "Oeeek!" Gara-gara teriakan

    Last Updated : 2024-05-10
  • Ibu Susu Anak Dosenku   6. Tak Sengaja Melihat

    Untungnya, Bi Tati menyusul masuk dengan teko di tangannya.Wanita paruh baya itu langsung menyapa mantan Nyonya mansion itu yang sedang menatap Lela. "Selamat datang, Nyonya. Mau ketemu sama Tuan Muda ya?" tanya Bi Tati. Jujur, Lela kaget karena Bi Tati terlihat sangat berani menghadapi Riri yang memiliki wajah judes itu.Bi Tati bahkan tak peduli dengan Riri yang terlihat kesal. "Hallo, kamu pengasuh barunya?" tanya wanita itu menatap tajam Lela. Lela mengangguk, "Betul, Nyonya." "Gak pelu panggil Nyonya, aku bukan istri Bos kalian lagi," ujarnya lalu maju untuk melihat putranya. Baby Dam terlihat menatapnya dengan heran seolah menelisik siapa yang ada di depannya. Melihat respon Baby Dam yang pasif, wajah Riri seolah kecewa dan langsung melepaskan tangannya dari kepala si bayi. "Ck! Saya pamit dulu!" ujarnya pergi dari sana. Bi Tati pun mengikutinya, meninggalkan Lela dengan Baby Dam. Melihat kepergian sang ibu, Baby Dam seolah tak merasa terusik, ia hanya diam d

    Last Updated : 2024-05-24
  • Ibu Susu Anak Dosenku   7. Saran Dokter

    "Kamu.. kalo udah selesai, cepet susuin Baby Dam. Jangan males-malesan!" ujarnya judes, setelah berhasil mengendalikan diri. Tanpa basa-basi, pria itu berbalik dan keluar kamar. Lela sendiri hanya bisa mengangguk, mengiyakan. Tapi, entah mengapa rasanya dia jadi malu dan takut menemui Bara lagi! Untungnya, Lela berhasil memompa asi meski tidak sebanyak biasanya. Gadis itu pun keluar untuk mencari Baby Dam. Namun siapa sangka dia malah menemukan Dosen sekaligus Bosnya itu sedang menunggunya sambil mencoba menenangkan Baby Dam yang terus menangis. Tatapan Bara sudah seperti namanya--membara! Lela sampai takut saat mengulurkan tangan untuk menggendong Baby Dam. Diambilnya Baby Dam lalu diberikannya bayi itu, asi di kamar. Sementara itu, Bara pergi ke kamar untuk bersih-bersih. Namun belum sempat masuk kamar, Bara langsung disuguhkan pemandangan Baby Dam tantrum. Putranya itu menangis kencang. Segera saja, Bara menghampiri Lela dan Baby Dam. "Astagah, La! Kenapa nangis lagi?

    Last Updated : 2024-05-24
  • Ibu Susu Anak Dosenku   8. Stimulasi...?

    Sang dokter tertawa. Ternyata, dia bercanda. Hanya saja, gara-gara konsultasi tadi, Lela dan Bara masih canggung, bahkan saling diam selama perjalanan pulang. Syukurlah tadi Lela sudah diajari stimulasi oleh dokter sehingga kini Baby Dam bisa tidur nyenyak dengan perut kenyang. Akan tetapi, mereka berdua tak sengaja bertemu di dapur saat Lela sedang makan! "Ehem..." deham Bara menormalkan suara, "Kita perlu bicara." "Di--di mana, Pak?" tanya Lela berusaha menelan makanannya dengan susah payah. "Di kamar Baby Dam, saya mau Bi Tati juga dengar." "Baik Pak," balas Lela, meski bingung. Segera dia berusaha menghabiskan makannya meski agak sulit karena konsentrasinya terpecah saat memperhatikan Bara yang mengambil air minum di dekatnya. Jujur, suasananya sangat canggung, sampai Lela rasanya mau pingsan saja, biar bisa kabur. "Oke. Setelah kamu makan, langsung naik." Lela tersentak kaget dari lamunannya, tapi ia lalu mengangguk dan menatap kepergian Bosnya dengan perasaan kh

    Last Updated : 2024-05-27
  • Ibu Susu Anak Dosenku   9. Berkurang Lagi?

    "Kamu belum revisi ini, kan?" Lela mengangguk. "Belum semua, Pak." Bara menatap hasil revisian Lela yang masih seberantakan sebelumnya. "Lela, saya tau kamu sibuk dengan anak saya, tapi apa kamu mau minta simpati saya karena kamu yang mengurusnya? Kamu pikir dengan itu saya akan menoleransi segala kesalahan kamu?" ucapnya pedas. "Enggak Pak, saya tau saya salah. Tapi beri waktu saya lagi, semalam saja untuk merevisi lagi." "Kamu kira saya akan menyetujui itu?" Lela menggeleng lagi, tetapi kali ini ia diam tanpa meminta keringanan waktu. Ia tau bahwa permohonannya hanya akan terbuang sia-sia. Bara tetaplah Bara yang disiplin dan tidak bisa menoleransi kesalahan sekecil apapun. "Kalau gitu, saya tunggu sejam dari sekarang," putus Bara. Ia menyerahkan laptopnya dan langsung menyuruh Lela merevisi skripsi itu di laptopnya. Tanpa pikir panjang, Lela langsung merevisinya. Saking fokusnya, ia sampai tidak menyadari kalau ia masih ada di ruangan sang dosen. Meski begitu, usa

    Last Updated : 2024-05-27
  • Ibu Susu Anak Dosenku   10. Bara Goyah

    "Astagah!!!" Dika ikut kaget saat Bara kaget. Ia tahu Bara sedang melamun, tetapi ia tak pernah melihat Bosnya kaget sampai seperti itu. "Ma--maaf, Bos. Tadi saya sudah mengetuk pintu tapi Anda sepertinya sedang serius," ujar Dika, takut bosnya marah. Bara berdeham, lalu mengangguk. "Ada apa?" "Ini draft Tim Perencana yang tadi pagi Anda minta," jawab Dika menyerahkan file tersebut. Bara pun menerimanya dan melihat perencanaan yang mereka susun. Lalu ia mengangguk, merasa cukup dengan file tersebut. Namun, moodnya turun setelah mendengar ucapan Dika selanjutnya, "Oh ya, Pak. Untuk acara makan malam dengan Nona Cantika, jadi kan? Saya disuruh Tuan Besar untuk menanyakan kepastiannya." Ck! Ayahnya terus menjadwalkannya untuk bertemu dengan anak perempuan kolega bisnisnya. "Bilang sama Papa, saya agak gak enak badan. Saya ingin pulang dan langsung istirahat." "Baik, Pak," balas Dika sebelum akhirnya pamit pergi. Bara menyenderkan badannya di kursi. Ia ingin istirahat saja se

    Last Updated : 2024-05-27
  • Ibu Susu Anak Dosenku   11. Trend

    Mendengar ucapan asal Alex, Bara menggelengkan kepala. "Jaga ucapan lo ya, Tokek! Gue sama sekali gak fokus sama dianya, gue justru bingung sama diri gue sendiri yang tertarik sama dia!" "Oke-oke, jadi lo gak terima dengan perasaan itu?" Bara mengangguk, "Lo bayangin aja, masa gue suka sama dia?" umpatnya. Saking frustasinya, dosen galak itu pun minum banyak wine sampai Alex kualahan menghentikannya. Pria itu sampai meminta wanita penghibur yang dipesannya untuk pergi! Sepertinya, Bara benar-benar galau. Tapi jujur, baru kali ini ia melihat Bara bertanya soal permasalahan yang mudah tapi ia seolah terus menyangkal. Bara tak mungkin tak tau kalau ia sedang tertarik dengan seorang wanita secara khusus, tetapi berusaha menyangkalnya dengan keras. Coba bayangkan dua botol wine dihabiskannya, sampai mabuk? "Udah cukup, anjir! Lu udah mabok!" ucap Alex, menghentikannya. Sahabat Bara itu langsung meminta pelayan night club memindahkan semua gelas dan botol alkohol di mejanya dan m

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Ibu Susu Anak Dosenku   Extra Part: Sakinah Bersama Lela

    Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke

  • Ibu Susu Anak Dosenku   200. Berakhir

    Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien

  • Ibu Susu Anak Dosenku   199. Yang Pasti-pasti Aja

    Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau

  • Ibu Susu Anak Dosenku   198. Membereskan yang Tersisa

    Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar

  • Ibu Susu Anak Dosenku   197. Mengunjungi Greg

    Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete

  • Ibu Susu Anak Dosenku   196. Keguguran

    Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.

  • Ibu Susu Anak Dosenku   195. Dinda Menggali Kuburnya

    Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d

  • Ibu Susu Anak Dosenku   194. Kencangkan Sabuk

    "Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb

  • Ibu Susu Anak Dosenku   193. Blenda Tidak Bodoh

    "Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B

DMCA.com Protection Status