Yakin nih Lela? Oh iya, semoga teman-teman suka bab ini, ya. Sampai jumpa besok! ヾ(^-^)ノ
Tak terasa, mereka pun tiba di tempat tujuan yang dimaksud Bara.Namun, Lela tiba-tiba merasa bingung, apalagi saat melihat tempat yang dikunjungi adalah Mall terbesar di Ibukota.Ia pernah ke sana tetapi hanya jalan-jalan menemani temannya shopping. Lalu, ada yang aneh dengan tempat parkir ini...."Kenapa bengong?" tanya Bara sembari melepas sabuk pengamannya."Gak apa-apa, tapi... bukannya kita parkir dulu, Pak?" tanya Lela.Ia bingung karena mereka berhenti tepat di depan pintu masuk utama Mall. Sementara itu tidak ada yang menegur mereka, Satpamnya malah terlihat mendekati Bara dengan senyuman."Satpam yang parkirin," jawabnya, "kita pake valet."Bara langsung keluar lalu melemparkan kuncinya pada Satpam itu. Mereka terlihat sudah akrab, sementara itu ia kaget ketika tiba-tiba seorang Satpam lain membukakan pintu untuknya."Silahkan, Nyonya," ucapnya pada Lela."Hah?"Melihat Lela bingung, Satpam itu juga merasa bingung.Sementara itu Bara tiba-tiba datang dan mengambil alih Baby
Lela bingung sekarang. Harusnya memang cuma pengasuh, kan?Untungnya, ketegangan itu tak berlangsung lama.Lela sudah selesai dan kini keluaar dari ruang rias.Ditemuinya Bara yang terlihat menimang Baby Dam. "Baby Dam udah ngantuk ya, Pak?" tanya Lela.Namun alih-alih menjawab, mengapa Bara malah bengong?"Pak?" panggil Lela bingung."Oh... sudah?" tanya Bara gelagapan."Sudah, Pak," jawabnya malu.Bara menatapnya dengan intens, bahkan ia terlihat menyukai penampilannya.Jujur, pria itu menyukai warna gelap untuk dirinya sendiri, tapi untuk wanita ia lebih suka dengan warna yang soft seperti yang dipakai Lela kali ini.Dan penampilan Lela ... berubah sangat drastis.Anak kuliahan semester akhir yang sedang mumet-mumetnya mengerjakan skripsi, biasanya tampilannya sangat sederhana dan terkesan ndeso.Lela yang seperti itu, kemudian didandani, seolah ada peri yang mengubahnya dengan sihir. Ia menjadi sosok yang cantik natural, bersinar dan tampak seperti orang lain."Bagaimana hasilnya,
"Gak semua hal bisa kamu ceritain, La. Apalagi ke orang asing," jelas Bara yang hanya bisa dibalas anggukan oleh Lela dan juga senyuman tak enak.Benar juga ucapan pria itu.Salah-salah, ucapannya malah bisa jadi boomerang untuk dirinya ke depan.Bagaimana kalau itu membahayakan Baby Dam?Setelah teguran itu, meski tak tahu entah akan ke mana, Lela pun hanya bisa mengikuti Bara tanpa bertanya lebih jauh.Hanya saja, dia tersadar bahwa Bara sama sekali tidak mempermasalahkan dirinya yang seharusnya menggendong Baby Dam.Pria itu bahkan membawa tas besar untuk anaknya--seolah terbiasa. Padahal, mereka sudah 4 jam berkeliling Mall!Mungkin inilah sisi baik Bara? Menghargai wanita dengan cara act of service?***"Sini duduk!" ujar Bara setelah mereka akhirnya berhenti di restoran mewah yang ada di gedung yang sama dengan Mall. Pria itu juga meminta kursi lipat dari restoran untuk Baby Dam agar tidur dengan nyaman.Hanya saja, keheningan menyergap mereka setelahnya, sampai pelayan data
Bara sontak tertawa, bahkan saat pelayan mengantarkan pesanan mereka ke meja!"Maksudnya kutukan itu hanya kiasan," jelas Bara ketika mereka mulai makan. "Maksudnya gimana, Pak?" tanya Lela bingung. "Hem, gini... Kakek Nenek saya dari pihak Ayah bercerai dan menikah lagi, Kakek Nenek saya dari pihak Ibu juga bercerai, lalu salah satunya menikah lagi. Menurun ke Ibu dan Ayah saya juga... bercerai. Lalu saya sendiri, bercerai. Kutukan perceraian," ungkap Bara. Lela terdiam. Ia ingat perkataan Bara sebelumnya kalau pria itu tak pernah hidup susah.Malah lebih kasihan Lela sebenarnya. Namun, dalam kasus non materi, bolehkan Lela bersimpati?"Masa sih Bapak percaya hal kayak gitu?" tanya Lela, akhirnya. "Gak sih, tapi semua terbukti." "Semua tentang sugesti kali, Pak. Gak ah, jangan percaya." "Sudah terbukti, Baby Dam adalah korban dari perceraian itu." Lela menghela napas, sepertinya sekarang dosennya sedang tidak percaya diri. "Mohon maaf sebelumnya, Pak. Ini opini pribad
Gosip tentang Bara yang jalan bersama seorang wanita berhijab, langsung viral!Video dan foto dari duda idola perempuan muda di seluruh negeri itu, tersebar cepat di berbagai platform.Sampai-sampai, jagat maya dihebohkan dengan pencarian: Siapa perempuan itu?Mengetahui itu, di kamar Baby Dam, Lela menyusui bayi tampan itu sambil memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.Jujur, ia tidak ingin terekspos. Apapun yang dia katakan, bisa-bisa di-twist media! "Permisi!" Mendengar suara dari arah pintu, Lela pun tersadar dari lamunan.Dia sontak menoleh dan mendapati Dokter Greg bersama istrinya. "Iya, silahkan masuk!" jawab Lela tersenyum pada keduanya yang memang punya jadwal mengontrolnya dua minggu sekali. Bukan tanpa sebab Bara melakukannya.Selain karena Lela yang dianggap mudah tertekan, Blenda--istri Greg--yang juga dokter anak, dirasa dapat membantu bonding Lela dan Baby Dam. "Kayaknya, serius banget. Lagi mikirin apa?" tanya istri dokter Greg. "Hehe, enggak Dok, hanya
Lela tak habis pikir, betapa ngototnya temannya itu. Mengapa Hani sangat gigih kalau berhubungan dengan Bara? "Terserah lu lah, ini udah masuk jam satu, kalo telat bisa marah nih Pak Bara," ucap Lela pada akhirnya. Hani pun cemberut membiarkan temannya pergi, tetapi ia masih curiga dengan apa yang ia amati. Perempuan itu benar-benar memiliki postur yang sangat mirip dengan sahabatnya.Yang membedakan hanyalah baju dan penampilannya, lebih berkelas dari Lela.Sementara itu, di ruang dosen....Lela menghadap Bara yang seperti biasa sibuk dengan pekerjaannya. "Bab 4 sudah selesai, kamu bisa lanjut ke Bab berikutnya." "Beneran, Pak?" tanya Lela tak menyangka. "Yah, sudah sesuai kriteria saya," jawab Bara. Lela ingin sekali bersujud saking bersyukurnya dia. Akhirnya! Dia bisa menyelesaikan inti dari skripsinya yang membuatnya setres. Tidak tahu saja dia kalau Bara diam-diam membantu mengedit skripsinya karena takut tekanan dapat mengganggu Lela dan berakibat pada asinya.
Gara-gara Bara menanyakan soal komentar, Lela jadi teringat komentar di salah satu sosmed.Isi komentarnya beragam! Ada yang body shaming, lalu bawa-bawa ayah ibunya, hijabnya, dan hujatan lain yang menyakitkan. Netizen A: [Aduh... mending Riri ke mana-mana ini mah.] "Iya, woy! Masa sama yang modelan kek gitu? Biasa banget." "Pake masker aja keliatan jelek, apalagi aslinya!" "Idih pake pelet apa dia bisa dapetin Pak Bara?! Mau dong kontaknya." Netizen B: [Heh?! Ini beneran?! Setidaknya cari yang lumayanlah...] "Gue aja keknya lebih cantik dari dia." "Liat deh body-nya, meskipun rapet tetep keliatan kek body gak pernah olahraga, kek ibu-ibu anying!" "Anjirlah! Pak mending ama gue ya, please-lah sadar." Netizen C: [Aura Maghrib yang sangat pekat, haha!] Netizen D: [Keknya dia pembantunya deh, keliatan banget gak cocoknya wkwkwk]Netizen E: [Udah paling bener ama Dena Auriel yang model itu. Kok Bara malah gandeng lampu taman? Hehe!] "Serius nih, gue udah berusaha berpikir posi
Sayangnya, Bara masih tak bisa menjawab pertanyaan Alex mengenai apa rencananya. Namun, yang jelas dia telah memerintahkan Dika yang memegang official akun medsos Bara bahwa "perempuan di video itu" adalah pengasuh anaknya. Isi konfirmasi itu adalah:[Menanggapi video dan foto yang beredar di media sosial, saya ingin mengonfirmasi bahwa saya dan pembantu saya sebatas jalan-jalan bersama anak saya di mall. Karena hanya pengasuh anak saya yang bisa menanganinya ketika menangis, jadi saya bawa dia mengikuti saya. Lewat pernyataan ini, saya minta maaf jika itu menimbulkan polemik, tapi saya juga tidak membenarkan orang-orang yang merendahkan bawahan saya. Saya membawa tas itu bukan apa-apa, selama saya mampu membawanya sendiri mengapa harus membebani seorang wanita? Ini bukan bentuk dari mengistimewakan pengasuh anak saya, hanya sebagai penghargaan terhadap perannya. Saya mempekerjakannya sebagai pengasuh anak saya bukan berarti saya tidak menghargai posisinya. Dia tetaplah manusia
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B