Bukan hanya Bara yang frustasi. Lela pun sama. Setelah bimbingan yang cukup lancar itu, gadis itu terkejut mendengar Baby Damian yang terus saja menangis entah karena apa. Apakah Baby Dam sudah dikasih asi? Sudah! Saat dipompa tadi, asi-nya keluar stabil. Pakaiannya bersih. Popoknya juga baru. Lela menghela napas. Ia terus menimang dan berusaha menenangkan Baby Dam--mengabaikan pinggangnya yang mulai pegal sekali tanda-tanda haid. Ceklek! Tiba-tiba pintu kamar terbuka. "Ada apa lagi nih?" tanya Bara melihat anaknya yang terus menangis. Lela menyadari pakaian dosen sekaligus atasannya itu sudah rapi, sepertinya hendak berangkat kerja. "Saya juga tidak tahu, Pak," jawab Lela lemas, sembari terus menggendong Baby Dam. "Coba lihat mana asinya?" Lela pun menunjukkan botol Asi yang ia pompa sebelum memberi asi pada baby Dam. Namun tanpa diduga, Bara malah mencicipi Asi itu dengan santai--tidak memperhatikan bagaimana reaksi Lela yang terkejut dan malu! Apakah Bara memang tida
Tak terasa, mereka pun tiba di tempat tujuan yang dimaksud Bara.Namun, Lela tiba-tiba merasa bingung, apalagi saat melihat tempat yang dikunjungi adalah Mall terbesar di Ibukota.Ia pernah ke sana tetapi hanya jalan-jalan menemani temannya shopping. Lalu, ada yang aneh dengan tempat parkir ini...."Kenapa bengong?" tanya Bara sembari melepas sabuk pengamannya."Gak apa-apa, tapi... bukannya kita parkir dulu, Pak?" tanya Lela.Ia bingung karena mereka berhenti tepat di depan pintu masuk utama Mall. Sementara itu tidak ada yang menegur mereka, Satpamnya malah terlihat mendekati Bara dengan senyuman."Satpam yang parkirin," jawabnya, "kita pake valet."Bara langsung keluar lalu melemparkan kuncinya pada Satpam itu. Mereka terlihat sudah akrab, sementara itu ia kaget ketika tiba-tiba seorang Satpam lain membukakan pintu untuknya."Silahkan, Nyonya," ucapnya pada Lela."Hah?"Melihat Lela bingung, Satpam itu juga merasa bingung.Sementara itu Bara tiba-tiba datang dan mengambil alih Baby
Lela bingung sekarang. Harusnya memang cuma pengasuh, kan?Untungnya, ketegangan itu tak berlangsung lama.Lela sudah selesai dan kini keluaar dari ruang rias.Ditemuinya Bara yang terlihat menimang Baby Dam. "Baby Dam udah ngantuk ya, Pak?" tanya Lela.Namun alih-alih menjawab, mengapa Bara malah bengong?"Pak?" panggil Lela bingung."Oh... sudah?" tanya Bara gelagapan."Sudah, Pak," jawabnya malu.Bara menatapnya dengan intens, bahkan ia terlihat menyukai penampilannya.Jujur, pria itu menyukai warna gelap untuk dirinya sendiri, tapi untuk wanita ia lebih suka dengan warna yang soft seperti yang dipakai Lela kali ini.Dan penampilan Lela ... berubah sangat drastis.Anak kuliahan semester akhir yang sedang mumet-mumetnya mengerjakan skripsi, biasanya tampilannya sangat sederhana dan terkesan ndeso.Lela yang seperti itu, kemudian didandani, seolah ada peri yang mengubahnya dengan sihir. Ia menjadi sosok yang cantik natural, bersinar dan tampak seperti orang lain."Bagaimana hasilnya,
"Gak semua hal bisa kamu ceritain, La. Apalagi ke orang asing," jelas Bara yang hanya bisa dibalas anggukan oleh Lela dan juga senyuman tak enak.Benar juga ucapan pria itu.Salah-salah, ucapannya malah bisa jadi boomerang untuk dirinya ke depan.Bagaimana kalau itu membahayakan Baby Dam?Setelah teguran itu, meski tak tahu entah akan ke mana, Lela pun hanya bisa mengikuti Bara tanpa bertanya lebih jauh.Hanya saja, dia tersadar bahwa Bara sama sekali tidak mempermasalahkan dirinya yang seharusnya menggendong Baby Dam.Pria itu bahkan membawa tas besar untuk anaknya--seolah terbiasa. Padahal, mereka sudah 4 jam berkeliling Mall!Mungkin inilah sisi baik Bara? Menghargai wanita dengan cara act of service?***"Sini duduk!" ujar Bara setelah mereka akhirnya berhenti di restoran mewah yang ada di gedung yang sama dengan Mall. Pria itu juga meminta kursi lipat dari restoran untuk Baby Dam agar tidur dengan nyaman.Hanya saja, keheningan menyergap mereka setelahnya, sampai pelayan data
Bara sontak tertawa, bahkan saat pelayan mengantarkan pesanan mereka ke meja!"Maksudnya kutukan itu hanya kiasan," jelas Bara ketika mereka mulai makan. "Maksudnya gimana, Pak?" tanya Lela bingung. "Hem, gini... Kakek Nenek saya dari pihak Ayah bercerai dan menikah lagi, Kakek Nenek saya dari pihak Ibu juga bercerai, lalu salah satunya menikah lagi. Menurun ke Ibu dan Ayah saya juga... bercerai. Lalu saya sendiri, bercerai. Kutukan perceraian," ungkap Bara. Lela terdiam. Ia ingat perkataan Bara sebelumnya kalau pria itu tak pernah hidup susah.Malah lebih kasihan Lela sebenarnya. Namun, dalam kasus non materi, bolehkan Lela bersimpati?"Masa sih Bapak percaya hal kayak gitu?" tanya Lela, akhirnya. "Gak sih, tapi semua terbukti." "Semua tentang sugesti kali, Pak. Gak ah, jangan percaya." "Sudah terbukti, Baby Dam adalah korban dari perceraian itu." Lela menghela napas, sepertinya sekarang dosennya sedang tidak percaya diri. "Mohon maaf sebelumnya, Pak. Ini opini pribad
Gosip tentang Bara yang jalan bersama seorang wanita berhijab pun langsung viral. Video dan foto tersebar di mana-mana. Idola perempuan muda di seluruh negeri yang baru saja menduda, kini diketahui sudah memiliki gandengan lagi. Jagat maya dihebohkan dengan pencarian 'siapa perempuan itu?' Semua penasaran dengan siapa pasangan Bara kali ini. Maka kini di kamar Baby Dam, Lela menyusui bayi tampan itu sambil memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia tidak ingin terekspos. "Permisi!" sapa seseorang. Lela pun menoleh dan mendapati Dokter Greg bersama istrinya, mereka memang punya jadwal mengontrolnya dua minggu sekali. "Iya, silahkan masuk!" jawab Lela tersenyum. "Keknya serius banget, mikirin apa?" tanya istri dokter Greg. "Hehe, enggak Dok, hanya mikirin Skripsi, seperti biasa." "Ooooh mahasiswa tingkat akhir emang suka gitu. Semangat ya!" "Siap, Dok." Blenda adalah istri Greg sekaligus dokter anak, keduanya berkolaborasi dalam pekerjaan untuk Bara yang me
Lela tak habis pikir dengan betapa ngototnya temannya itu, ia sangat gigi kalau itu berhubungan dengan Bara. "Terserah lu lah, ini udah masu jam satu, kalo telat bisa marah nih Pak Bara." Hani pun cemberut membiarkan temannya pergi, tetapi ia masih curiga dengan apa yang ia amati. Perempuan itu memiliki postur yang sangat mirip dengan sahabatnya, hanya baju dan penampilannya yang terlihat berkelas. Sementara itu, di ruang dosen. Lela menghadap Bara yang seperti biasa sibuk dengan pekerjaannya. "Bab 4 sudah selesai, kamu bisa lanjut ke Bab berikutnya." "Beneran, Pak?" tanya Lela tak menyangka. "Yah, sudah sesuai kriteria saya," jawab Bara. Lela ingin sekali bersujud saking bersyukurnya karena akhirnya bisa menyelrssikan inti dari skripsinya yang membuatnya setres. Padahal dari sisi Bara, ia membantu mebgeditnya karena ia takut gosip yang beredar mengganggu Lela dan berakibat pada asinya. Kemudian Bara mengirim pesan pada Lela, isinya: NANTI DI RUMAH SAYA INGIN BICA
Mengapa Bara menanyakan keadaan Lela karena komentar netizen sangatlah tajam. Hanya karena Lela pergi bersama Bara, ia dirujak tanpa ampun. Namun Lela sadar, bahkan jika bukan ia yang pergi bersama Bara, wanita itu akan dihujat oleh fans dosen tampannya itu. Isi komentarnya beragam, ada yang body samming, sampai bawa-bawa hijabnya, lalu bawa-bawa ayah ibunya, dan hujatan lain yang menyakitkan. "Aduh... mending Riri ke mana-mana ini mah." "Iya woy! Masa sama yang modelan kek gitu, biasa banget." "Pake masker aja keliatan jelek, apalagi aslinya!" "Idih pake pelet apa dia bisa dapetin Pak Bara?! Mau dong kontaknya!" "Heh?! Ini beneran?! Setidaknya cari yang lumayanlah..." "Gue aja keknya lebih cantik dari dia." "Liat deh bodynya, meskipun rapet tetep keliatan kek body gak pernah olahraga, kek ibu-ibu anying!" "Anjirlah! Pak mending ama gue ya, pleaselah sadar." "Aura Maghrib yang sangat pekat, haha!" "Keknya dia pembantunya deh, keliatan banget gak cocoknya wkwkwk" "Udah pali