Lela mendekat ke area kolam renang, melihat ayah dan anak itu asyik berenang dan melakukan banyak hal dengan asyik. Ia baru sadar atas keberadaan Bi Tati ketika ia melihatnya mengawasi Damien di tepi kolam sambil merendam kakinya di sana. "Ke sini, Ma!" ujar Damien. Lela pun hanya bisa menghela nafas, lalu memilih mendekati Bi Tati dan ngobrol dengannya. "Gimana kabarnya Damien selama ini?" Bi Tati mundur dan duduk di kursi pantai yang ada di tepi kolam renang. Mereka duduk berdua berhadap-hadapan dengan cemilan yang sudah disiapkan oleh pelayan. "Jadi Damien tuh pas ditinggal kamu ya pasti nangislah ya, terus sampai sakit. Akhirnya hidupnya normal kembali seminggu kemudian. Tapi tetep ya... dia tetep memanggil namamu pas tidur, dan menyebut nama kamu pas doa abis solat." Lela tersenyum tenang saat menatap anak berusia 3 tahun itu yang sedang bersenang-senang dengan sang ayah. Melihat mereka begitu bahagia, Lela merasa audah cukup dengan itu. "Terus Tuan kelihatan
Perkara gagalnya pernikahan dua keluarga konglomerat yang kemudian diganti dengan seorang pria, menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat. Lewat artikel yang disebar oleh Bara, jelas nama baik Hendra dan ayah Dena tercoreng. Hal itu membuaynya geram dan menuntut. Namun lagi-lagi Bara punya rencana, ia membuat ayahnya berpikir ulang jika ingin melaporkan. Jika itu terjadi, Bara benar-benar akan kembali menuntut ayahnya dalam kasus yang lainnya. "Dengar, Bara. Papi gak akan biarin kamu hidup dalam kondisi yang baik. Kamu akan tau akibatnya jika menentang Papi." Bara hanya diam, membiarkan pria tua itu mengancam sesuka hati. Padahal ia sendiri jua sudah memiliki rencana yang lebih baik lagi. ••• Damien tak mau lepas dari Lela, keberadaan Lela jelas membuat Damien sangat bahagia, setelah sekian lama berpisah. Ketika bangun pagi ini, ia menangis karena tidak menemukan Lela di sampingnya. Ia takut akan ditinggal pergi lagi oleh 'Mama'nya itu. Jadi pagi ini untuk meyakinkan Da
Anak itu lahir melalui proses caesar. Akan tetapi, seperti yang sudah didiagnosa sebelumnya, ada kemungkinan bahwa anak itu memiliki keterbelakangan mental meskipun secara fisik ia normal sepenuhnya. Ukuran tubuhnya cukup panjang, mungkin mengikuti ayahnya yang bule, berat badannya juga normal, tetapi sekali lagi hal yang membuat Bara cemas adalah fakta bahwa keadaan mental anaknya itu. Ia menangis di depan inkubator, merasakan rasa bersalah yang begitu mendalam. Tentu saja semua itu juga termasuk salahnya, karena menempatkan Lela pada posisi yang berbahaya dan fakta bahwa Lela bukan istrinya. Hal itu membuat Lela semakin lemah posisinya dan mudah diganggu. Terlepas dari itu, ia juga harus membereskan soal ayahnya dan bagaimana opini publik terhadapnya, karena pernikahan yang gagal. Saat ini opini publik sudah redup, sekarang ia harus fokus lagi pada pekerjaannya. Ia akan menempatkan Lela di sisinya setelah menikahinya terlebih dahulu. Jadi PR Bara saat ini adalah membujuk Lela
"Saya tahu ini berat untuk Anda, tapi... jangan pernah menganggapnya anak yang buruk. Dia spesial untuk orang tua yang spesial," ujar perawat yang mendampingi Lela melihat bayinya. Sambil menangis, Lela mengangguk mendengar kalimat indah iyu. "Thank you so much..." Lela menyentuh anaknya dengan hati-hati dan penuh kasih. Bayi kecil yang kemarin lusa masih ada di perutnya, kini keluar dalam keadaan menanggung kenyataan pahit itu. Tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya, dan ikut mengamati anak mereka. Tatapannya sendu, berkaca-kaca tetapi ia mehan agar tidak menangis lagi.Melihat kenyataan bahwa saat ini, bayi yang suci harus menerima kekurangannya suatu hari nanti. Ia tahu betapa sakitnya itu, kemudian ia menggenggam tangan Lela dan berkata."Akan kulindungi kalian demi anak kita," ujarnya yakin.Mendengar kata-kata itu, Lela langsung mengajak Bara untuk pindah tempat.Di sana tidak cocok untuk diakusi serius yang bisa saja menimbulkan perdebatan yang akan mengganggu para bayi
Lela memutuskan untuk menerima lamaran Bara yang tidak romantis itu. Maka seperti yang Arabela bilang, ia akan mengurus semua prosesnya. Kini Lela tinggal mempersiapkan diri, bagaimana nanti Ibu, Adik-adik dan sahabatnya ketika mengetahui kenyataan bahwa ia hamil di luar nikah, pasti mereka akan kecewa padanya. Meski begitu, ia paham bahwa konsekuensi itu pasti akan terjadi. Ia menelpon sahabatnya yang sudah lama ia rahasiakan kontaknya. Selama ia pergi ke Australia, Hani tidak pernah ia kabari. ia mendengar bahwa hani pernah menanyakan ini pada Bara tetapi Bara menutupinya dan mengatakan bahwa ia sedang ada tugas ke luar negeri. Hani bukan orang bodoh yang pasti akan stalking dan bertanya pada Reza. Respon Reza juga sama, yakni menutupi fakta bahwa Lela hamil di luar nikah dan pergi ke Autralia. "Assalamualaikum, Han." "Waalaikumsalam, kok suaranya kayak kenal ya?" tanya Hani santai. "Ini Lela, Han." "Lela Laila?!" Brak! Terdengar suara bangku jatuh di sana dan Hani b
Suara cempreng itu jelas Hani. Bara menghela napas mendengar suara yang sudah lama sekali tidak ia dengar, di antara fansnya yang paling bersemangat. "Hai, Hani. Apakabar!" "Aduh Bapak, ini bukan saatnya basa-basi. Kenapa Bapak ngehamilin sahabat saya yang polos itu?!" teriaknya frustasi. "Saya nggak tahu kamu udah dengar penjelasannya atau belum. Tapi saya rasa kamu hanya pengen marah-marah sama saya ya...." Hani tak menjawab, tapi Bara merasakan atmosfer panas dari kemarahan mantan mahasiswanya itu. "Ya kalau itu yang kamu harapkan, silakan lakukan apa yang ingin kamu lakukan pada saya. Saya nggak menyangkal bahwa saya salah, dan pantas untuk dimarahi." "Oke saya marah banget sama Bapak, dan rasa hormat saya sudah hilang pada Bapak. Bagaimana bisa Bapak ngelakuin ini?!" gramnya. Bara diam saja mendengar omelan Hani yang hampir perusak telinganya itu. "Bapak budah bukan dosen idola saya lagi, yang saya dambakan sejak semester 1 dulu. Bapak sudah berubah menjadi penjahat yang
"Lel," panggil Reza pada Lela yang sedang dirias. "Loh, udah dateng kamu, Za?" Reza mengangguk sedih, hal itu membuat Lela bingung. "Kenapa kamu keliatan sedih?" tanyanya heran. "Gimana gak sedih, pasangan kamu bukan aku. Harusnya aku yang nikahin kamu. Kita hidup bahagia dan aku siap ngerawat Alesha bersamamu," jawab Reza lesu. Ia duduk di sofa yang ada di ruangan Lela. Bara atau calon pengantin pria ada di ruangan lain alias di kamarnya. Mereka sama sekali tidak boleh bertemu oleh Arabela. Meskipun Arabela orang Barat, tinggal puluhan tahun di Indonesia membuatnya mulai terbiasa dengan budaya Indonesia seperti budaya pingitan pernikaha. "Loh kata kamu bakalan tetap jadi teman aku dan ngerawat Alesha bareng meskipun cuma jadi temen. Kenapa sekarang malah ngeluh lagi?" tanya Lela tersenyum geli. Ia menatap Reza dari pantulan kaca karena masih dirias. Raza terlihat tak bersemangat. "Gimana lagi, gua nggak berdaya." Lela tersenyum, mereka memang kadang suka campur-ca
Lela menangis bertemu dengan ibu dan adik-adiknya. Selama ini ia menyembunyikan semua penderitaan itu darinya, tapi itulah masalahnya. "Maafin aku, Bu. Aku gak bisa jujur..." gumamnya dalam pelukan sang ibu. Sang ibu pun ikut menangis, "Ibu kecewa sama kamu, tapi... Ibu lega juga karena kamu dinikahi orang yang tepat." "Makasih, Bu." Setelah mereka melepas pelukannya, sang ibu pun memberitahu kalau Bara ke kampung di tengah kesibukannya. Bahkan ia hanya 5 jam di kampung dan waktu itu digunakan hanya untuk menceritakan kisah Lela dan dirinya selama ini. Ia juga masih mengkhawatirkan keadaan, jikalau calon ayah mertua Lela maeih jahat padanya. Lela pun meyakinkan bahwa mereka berdua akan mengatasinya bersama, demi anak mereka juga. ••• Siapa yang menyangka kalau Blenda dan Greg juga datang. Mereka sangat excited menghafiri pernikahan tertutup itu. "Selamat ya Beb," ujar Blenda saat ia baru datang. Greg sendiri langsung ke ruangan Bara bersama dengan Alex. Blenda juga datang b
Lela mengalihkan embicaraan agar Bara tidak fokus pada itu. "Aku ngantuk dan capek, tidur di kamar yuk! Katanya mau ngecas energi?" Ia langsung berdiri dan merentangkan tangan minta dipeluk. Bara pun tak membahas apa yang ia tanyakan tadi pada istrinya, dan segera menyambut pelukannya. Namun, sebelum itu ia meminta Bi Tati untuk memindahkan Damien ke kamarnya. Apartemen itu ada 1 kamar utama, dua kamar ukuran sedang untuk Baby Alesha juga Damien sendiri-sendiri, dan untuk pembantu satu kamar tapi dua ranjang, ukurannya juga luas. Bara dan Lela masuk kamar dengan bahagia, saking rindunya sampai melupakan anaknya. Untung mereka kaya dan ada yang bisa diperintah, kalau tidak, parah sih. ••• Paginya, Bara dan Lela ke rumah sakit untuk mengunjungi Hendra lagi. Kali ini mereka membawa serta anak-anak, karena ada Bara juga. Namun sebelum mereka masuk, mereka mendengar teriakan Eva. "Mas, padahal tinggal bilang dengan baik-baik kok, kenapa harus pake bahasa yang kasar?!" ke
Sudah dua pekan Lela di Bandung, tiba-tiba Bara menelpon di jam kerjanya. Biasnaya ia akan mengambil waktu istirahat untuk telpon. "Kenapa sih?" tanya Lela pada suaminya di video call. Namun sepertinya Bara sedang di Mansion, terlihat backgrounnya kamar Damien. "Nih, Damien nangis pingin ketemu Mama katanya," ujar Bara. Kamera pun disorot ke Damien yang sedang menangis, ia terlihat sangat sedih. Lela jadi ketularan sedih dan langsung menghela napas. "Ya Allah Sayangku, kenapa nangis?" tanyanya lembut. "Pingin ikuuuuut," jawab Damien dengan isak tangisnya. Sementata itu Baby Alesha menyembul di balik hijab Lela, ia baru selesai menyusu dan melihat ke arah kamera. "Nih, diliatin Dedek Alesha. Masa Abang gak malu?" ujar Lela. Damien pun mengusap air matanya, ia memang anak yang cukup gengsian. Apalagi sejak Alesha lahir, Damien berperan menjadi kakak jagoan yang selalu melindungi adiknya. Bahkan setiap teman-teman Bara atau Lela datang menbawa anak-anak mereka, Damien
Lela tersenyum masuk ruangan rawat inap Hendra bersama suaminya. Bahkan sedari tadi, Bara terus merangkulnya sampai susah masuk di pintu masuk karena Bara yang besar. "Assalamualaikum, Papi, Mama!" sapa Lela pada mertuanya. Eva pun tersenyum dan langsung berdiri. Lihatlah, ia anggun sekali seperti Ratu Inggris yang penuh etiket. Pakaiannya juga sangat sopan meski tidak berhijab, ia sangat rapih dan berkelas. "Waalaikumsalam, Sayang." "Gimana kabarnya, Papi sekarang?" tanya Bara. "Loh katanya Bara mau balik ke Jakarta?" tanya Eva setelah menyalami dan memeluk Lela. "Iya, ini abis dari sini langsung balik ke Jakarta." Eva mengangguk-angguk, "Papi kamu udah mulai membaik, tinggal pemulihan. Tapi Mama mau Papi kamu dirawat dulu sampai bisa jalan," ujarnya. "Takut banget kalo ada apa-apa nanti, masalahnya kan Nyonya Yun... eh Mami lagi sakit juga, abis tenggelam di kolam waktu di Bali." Lela terkejut, "Loh terus gimana sekarang?" "Udah baik katanya. Dia kayaknya mau
Hendra terkena stroke dan dirawat di rumah sakit di Bandung. Maka, dalam keadaan itu Bara datang mengunjungi ayahnya dan melihat ayahnya tidak bisa bicara dengan baik. Sayangnya, Bara tidak bisa menjaga ayahnya karena harus bekerja. Kakak-kakaknya juga tak bisa datang karena sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga mereka di luar negeri. Melihat situasi itu, Lela minta izin pada Bara untuk ikut merawat Ayah mertuanya dan tinggal di sekitar rumah sakit. Awalnya Bara tidak mengizinkannya karena ia khawatir pada Lela yang masih harus bersama dengan Baby Alesha. Akan tetapi, Lela berhasil meyakinkan suaminya dan meyakinkannya bahwa itu adalah baktinya yang harus ia sampaikan kepada mertuanya. Ia berkata pada Bara. "Mas, selama ini aku nggak 100% nyalahin sikap Papi sama aku. Sikapnya itu sangat wajar, karena dia hanyalah orang tua. Umumnya orang tua ya selalu ingin yang terbaik untuk anaknya dan aku mungkin gak masuk pada kriteria dia waktu itu. Wajar buat dia untuk berkomentar
Hal yang Lela khawatirkan adalah fakta bahwa ayahnya sudah keluar dari penjara saat ia pulang ke Jakarta. "Kenapa, Sayang?" tanya Bara lembut. "Aku pingin kamu lakuin satu hal." "Apa itu?" tanya Bara khawatir dengan sorot mata istrinya yang penuh ketakutan. "Itu..." Lela berat mengatakannya. "Lindungi Ibu dan adik-adikku. Tolong ya..." Bara berpikir sejenak, "Itu pasti, tapi kenapa?" "Bapakku udah keluar dari penjara, setidaknya tepat kita sampai di Jakarta." Bara terkejut, itu benar. Ayah mertuanya yang kriminal itu harusnya akan keluar dalam hitungan hari. "Aku akan kirim orang untuk melindungi mereka, kamu jangan khawatir. Kalo bisa, aku akan pindahkan mereka. Oke?" "Atau... Biarin ibu dan adik-adik tinggal sebentar di mansion, sebelum kita pindahkan mereka ke tempat lain." Bara pun merasa itu ide yang bagus. "Boleh. Akan aku urus semuanya." "Makasih, Mas." "Apapun buat kamu, Sayang." Lela pun lega mendengarnya, bagaimanapun ayahnya belum tentu jera sete
Bara selesai menggarap urusan di Jepang lebih cepat dari biasanya, ia sudah menyerahkan kasus yang ia alami kemarin pada teman-temannya yang lain. Tentu saja itu dengan bayaran yang sepadan. Namun sebelum Bara dan timnya benar-benar menangkap Dinda, Dinda sendiri sudah menyerah duluan. Mudah untuk ditebak sih, karena Dinda memang tidak punya backing yang kuat. Ia melakukan drama itu dengan model nekat, tanpa berpikir panjang. Dan yang lebih parahnya lagi, muncul berita bahwa Dinda keguguran gara-gara stress. Blenda sendiri yang memberitahu Bara dan teman-temannya. Itu karena Dinda pergi ke kliniknya dan diurus di sana, tempat yang dulu juga tempat kerja Dinda. Di situlah Dinda seolah menerima karmanya lebih cepat dari yang orang kira. Pada akhirnya, Dinda harus menerima semua bantuan yang dilakukan oleh Blenda padanya. Padahal Blenda hanya brrsikap profesional sebagai seorang dokter. Sementara netizen yang heboh pun langsung kecewa, karena ternyata dramanya tidak seru.
Awalnya Bara dan teman-temannya memang ingin diam saja, ketika Dinda membuat drama di media sosial dan viral. Namun, itu berubah ketika Dena memberitahu mereka kalau sebenarnya Dinda juga menyewa buzzer untuk terus membuat opini bahwa semua kejadian itu mengarah pada Greg, yang terzolimi oleh Bara dan Lela.Sementara itu, fans garis keras dari Greg mulai mengopinikan dan mendukung pernyataan-pernyataan yang mengarah pada Bara dan Lela itu. Bahkan sampai ada yang memberikan statement bahwa Bara adalah mafia yang melatarbelakangi semua terjadinya kasus lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan Bara. Hal itu juga menjadi semakin parah dan mempengaruhi bisnis Bara. Sehingga Hendra ikut nimbrung dengan mengomeli anaknya karena kasus ini, membuat bisnis mereka menurun.Maka Bara pun tidak bisa berdiam diri. Ia kemudian memberikan keterangan di media sosialnya beruba video yang sangat tegas pada siapapun yang membuat konten drama itu. "Selamat Pagi, semuanya! Saya sedang berada d
"Aku udah bilang sama Blenda, tapi aku gak nyngka kalo sejauh itu pemikiran dia." "Gimana?" tanya Lela. Bara menghela napas, "Dia malah dukung aku buat cerita ke yang lain." Lela terkejut, "Hah, serius?!" Bara mengangguk, lalu berkata kalau ia akan melakukan janji temu dengan teman-temannya. Ia tak ingin kesalahpahaman ini terus berlanjut, bahkan memperngaruhi bisnisnya. Ia pun membuat janji dengan teman-temannya karena perbedaan tempat dan banyak yang harus mereka kerjakan jadi sulit untuk menemukan waktu yang tepat. Alhasil, mereka memutuskan untuk video call. Namun mereka juga sudah dibriefing oleh Bara untuk tidak merecord semua yang mereka bicarakan hari itu. Bara percaya pada teman-temannya bahwa mereka bukan tipe teman-teman yang suka Cepu, apalagi ini tentang Greg yang menjadi alasan mereka video call malam ini. "Jadi, gue cuma mau bilang. Gue harap kalian jaga rahasia kita. Kemarin kalian nyalahin gue tentang Greg, tapi gak ada yang bener-bener tahu apa yang seb
"Hallo, Nda." "Hallo, Bar. Kenapa?" "Gue mau minta pendapat lo, tentang temen-temen gue sama Greg. Masalahnya, gue sekarang jadi dimusuhin sama circle gue gegara kasus suami lo. Gimana nih?" "Mau lo apa?" tanya Blenda santai. "Ya gue mau cerita ke mereka." "Cerita aja," jawab Blenda santai. "Loh?" "Iya, cerita aja biar lo gak disalahin sama mereka." "Lo gak papa?" tanya Bara memastikan. "Ya nggak papa, emang gue kenapa? Gue kan sengaja bioin dia sengsara sekalian karena udah mengkhianati kepercayaan gue. Gue udah bilang sama lu kan, kalau gua juga pengen dia ngerasain hancur, sehancur-hancurnya. Terus apa masalahnya?" "Gue kira lu gak terima kalo gue cerita ke mereka." "Serius, gue gak masalah." "Gue justru terbantu dengan itu. Lo cerita ke mereka, sehingga temen-temen lo pada berpihak ke lo. Setelah itu Greg bener-bener ditinggal sama semua teman-temannya, terus enggak ada tempat bersandar, endingnya? Dia bakal balik ke gue, mohon-mohon dan itu tujuan gue." B