Jujur awalnya aku pesimis kalo kalian bakal banyak yang suka hehe, ternyata rame. Love you kalian semua! Makasih udah nunggu dan makasih yang udah kasih ulasan di buku ini hehe♡´・ᴗ・`♡
Reza, Dena, dan Bara menunggu dengan ekspresi yang berbeda-beda. Akan tetapi mereka mengharapkan jawaban yang jelas akan menentukan sikap mereka bertiga setelah kejadian itu. "Maafkan saya, tapi saya tidak bisa menikah dengan Pak Bara," jawab Lela tegas. Ia menunduk, membuat Reza lega tetapi tidak dengan Bara yang tak terima. "Kenapa La? Padahal kamu tadi sudah bilang kalau kamu menginginkanku juga!" tekan Bara asih berharap. Lela menggeleng tegas, "Maaf Pak, itu bukan satu-satunya indikasi yang bisa membuatku menyetujui pernikahan ini." "La... terus bayimu? Dia butuh Ayah," bujug Dena. Lela menggeleng dan menangis. Ia kesal dengan kepribadiannya sendiri yang hanya bisanya menangis. "Aku bisa kok jadi Ayah buat anak itu," sela Reza. "Apa?! Enggak!" tolak Bara cepat. "Za... kamu masih single, ini bukan hal yang bisa kamu putuskan dengan gegabah," tolak Lela. Ia sadar Reza juga sama posisinya dengan Bara, memiliki keluarga yang ketat bahkan lebih sulit dihadapi daripada keluar
Alex disuruh masuk oleh Bara, Dena sempat protes karena itu kamarnya tetapi Bara bertindak seolah itu tempatnya. "Tenang Dena, kita semua harus bicara. Aku yang memaksa Bara untuk ngasih tau lokasinya," jelas Alex. Dena kesal, ia meminum es dengan ekspresi yang ingin memakan orang. Sementara Bara, ia juga tidak sepenuhnya tidak bersalah. "Aku mancing dia, aku bilang aku nginep bareng kamu, terus Alex langsung ke sini karena cemburu," ungkap Bara. Hal itu membuat Dena kesal, ia sepertinya tak suka dengan kondisi itu. "Kalo ada paparazi gimana?" "Itu udah pasti, tapi bisa kuatasi," ujar Alex bertekad. Melihat interaksi dingin mereka, Bara penasaran. "Sebenarnya apa yang terjadi, padahal kalian sempat baik-baik saja?" tanya Bara. "Gak ada masalah kok," jawab Dena. "Ini salahku," balas Alex. "Kenapa?" tanya Bara. "Aku memutuskannya karena malu, kita sempet damai tapi... itu tidak mudah dimaafkan." Dena yang dibicarakan hanya melengos, seolah tidak peduli. Ya, Alex memang
Lela menerima tawaran dari Bara. Kemarin ia pindah ke Mansion yang katanya kecil, tetapi tetap besar milik Bara. Ia tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan betapa kayanya pria itu. Sayangnya, Lela sudah mulai malu untuk terus mencintainya, karena hubungannya yang ilegal. Kini ia menjadi wanita yang ditawar karena kehamilannya, lalu ia harus menjalani hidupnya seperti wanita simpanan. Namun meski begitu, ia tetap menerima semua tawaran dari Bara karena Bara juga bermaksud untuk melindungi anaknya, bukan hanya dirinya. Ia tidak pernah membayangkan bisa sampai di titik ini, di mana ia merasa bahagia tetapi di sisi yang lain ia merasa sangat ketakutan. Ia merasa malu bahkan ketika Bara sempat menawarkan pernikahan, ia tidak ingin melakukannya. Namun kedepannya ia harus fokus pada perkembangan janinnya dulu. Jangan sampai apa yang ia pikirkan, mempengaruhi perkembangan anak yang ada di dalam perutnya itu. Seperti kata dokter, kalau ia banyak pikiran dengan kandungan selemah itu, bisa
Lela langsung disembunyikan oleh para bodyguard Bara, ia pergi ke flatnya yang lama untuk tinggal sampai Hendra di mansion milik anaknya. Ia kaget saat beberapa pelayan dan bodyguard ke kamarnya, memintanya pindah ke flat lagi untuk kemudian kamar itu dibersihkan seperti semula karena akan kedatangan Pak Hendra. Secara naluriah, Lela langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan bantuan para bodyguard dan satu orang pelayan. Pelayan itu namanya Rere atau kepanjangannya Rebecca. Ia sudah bekerja sama setahun di sana, artinya Ia juga pemula. Ia ditugaskan untuk menjaga Lela di flat yang kecil simple itu, untuk bersamanya 24 jam. Lela merasa cemas dan hal itu membuat Rere harus segera bertindak. Ia datang dengan segelas air minum dan duduk di tepi ranjang milik wanita hamil itu. "Anda harus minum ini dulu, Nyonya," ujarnya menyerahkan gelas itu pada Lela. Lela pun tersenyum tipis dan mengangguk, kemudian ia minum dan menghela napas lagi. "Maaf, apakah Nyonya memikirkan orang yan
Bara sangat bingung, ia harus merelakan pekerjaannya atau Lela. Ayahnya jelas bukan orang yang mudah untuk menerima kondisi yang mengarah pada keberhasilan rencananya. Ayahnya hanya ingin tujuannya tercapai, yakni agar ia menikah dengan Dena. "Gimana Lela sekarang?" tanyanya pada orang di seberang telpon. "Maafkan saya, Pak. Tapi Nona Lela tidak ada di flat milik Nona Dena. Bahkan terlihat pembantunya yang ia bawa dari Mansion mencarinya kemana-mana." "Hah?!" "Kemana dia?!" tanya Bara mulai panik. "Maafkan saya Pak, kami sedang mencarinya." "Lakukan dengan cepat, saya gak bisa ke sana untuk sekarang ini." "Baik, Pak." Bara membanting ponselnya sendiri. Ia frustasi dengan keadaan itu, di mana ia tidak bisa tindak secara langsung. Lalu orang yang ingin ia lindungi ternyata masih berjuang sendiri di luar sana. Bara harus cepat menyelesaikan pekerjaannya, agar ia bisa fokus pada Lela.•••Di lain sisi, Hendra mengejar di manapun Lela berada. Ia sempat mendapatkan rekaman CCTV
Hendra sama sekali tidak bisa diajak kompromi. "Dengar Hendra, aku gak akan rela kamu mengatur kehidupan cinta anakku." "Dia anakku, pewarisku!" balas Hendra tak mau kalah. "Berhenti bertindak seolah kamu menguasai segalanya, kamu bukan Ayah yang baik untuk anak-anak!" balas Arabela agak berteriak. Sementara Hendra menyeringai, ia tak akan mungkin menerima kompromi dari segi manapun dan dari siapapun termasuk Ibu dari anak-anaknya. "Apapun yang kamu katakan Arabella, semua itu sia-sia. Itu tidak berarti bagiku, dan aku tidak akan mengambil pendapatmu yang sangat perasa itu. Mau sampai kapan kamu hidup di dunia fantasi, lalu membiarkan anakmu hidup dengan perasaannya saja tanpa menggunakan otaknya?""Apa maksudmu aku tidak punya otak?!"Hendra menyeringai, "Come on! Aku tidak bicara seperti itu. Kamu yang mengakuinya sendiri. Aku tidak pernah mengakuinya, tapi selalu menuduh macam-macam.""Faktanya, yang berseberangan dengan kamu akan selalu menjadi salah. Kamu kira setiap tindak
Lela sampai di sebuah rumah yang jauh dari perkotaan. Rumah itu seperti sebuah desa dan rumah Peternak Sapi. Ketika ia masuk, ia dipertemukan oleh seorang pria dan wanita yang merupakan suami istri. Mereka adalah Peternak dan banyak gembalaannya yang ia lihat di pada rumput yang luas itu. Indah sekali. Sapi-sapi itu kemudian nanti diurus, agar mereka menghasilkan susu yang berkualitas. Mereka benar-benar bekerja dengan baik karena hasilnya juga sesuai dengan usaha mereka. Para petani dan peternak akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan usahanya. Mereka dengan senang hati menjadikannya sebagai profesi. Kemudian Lela diarahkan oleh seorang perempuan yang merupakan istri di rumah itu. Ia mengarahkan Lela agar tinggal di rumah keduanya. Namun itu tidak bertahan lama, karena tiba-tiba saat sore tiba wanita itu membangunkannya yang sedang istirahat dan berkata padanya untuk pergi dari sana. Lela pun langsung bangun dari tidurnya, kemudian pergi keluar ke dalam mobil yang suda
"Kamu kenapa gak memperjuangkan, Bara?" tanya Hendra saat makan malam bersama Dena di restoran.Dena minum terlebih dahulu sebelum menjawab, "Saya cuma merasa gak berguna, mencintai orang yang tidak mencintai kita adalah sebuah kejahatan.""Tiada kejahatan dalam cinta tapi tindakannya," ujar Hendra."Aku pernah jahat dan memisahkan mereka," ujarnya. "Sekarang Om juga melakukan hal yang sama, memisahkan Kak Bara dan Lela. Demi harta?"Hendra melengos, "Bukan...""Lalu kenapa Om memaksaku untuk menikah dengan Kak Bara?""Awalnya saya kira kamu juga suka dengan Bara," ujarnya."Ya memang, tapi Om punya tujuan buat kerjasama sama Papa saya kan?""Yah... demi perusahaan.""Oke. Semuanya jelas, jadi kalau Kak Bara bisa memenuhi target Om, pernikahan bisnis ini gak perlu terjadi kan?"Hendra hanya diam, menatap mata calon menantunya dengan tatapan yang seolah menyelami di kedalaman sana._+_+_Bara tiba di rumah sakit, Lela sudah dimasukkan ke ruang inap VIP. Ia lega melihatnya masih memperli
Lela jadi khawatir, apa yang sebenarnya terjadi. Sementara itu tiba-tiba Hani menelponnya dengan heboh. "La! Lo harus tau!" ujarnya tanpa salam atau sapa. "Iya iya, tau apa?" Lela juga ikut gemas dengan Hani, yang kalau cerita selalu heboh dulu baru menceritakan inti dari informasi yang ingin ia sampaikan."Jadi teman kampus kita banyak yang speak up or lebih tepatnya nyebar hoax.""Hoax apa, jangan ngadi-adi lo," balas Lela.Pasalnya Hani kalau ngomong suka asal."Ini tentang elu sama Pak Bara. Mereka bilang kalau lu caper sama dia. Lu jadi sugar baby Pak Bara, katanya lo hamil duluan dan sering ngelakuin itu sama Pak Bara waktu masih kuliah."Lela pun menghela nafas. "Ya, kalau yang hamil duluan. Emang iya, bener. Tapi kalau yang aku jadi sugar baby-nya Pak Bara itu nggak bener. Keterlaluan banget mereka fitnah kami. Kenapa sih orang-orang pada kayak gitu?" balas Lela kesal."Ya nggak tau, gua juga nggak paham. Palingan iri, apalagi."Lela terkekeh mendengarnya."Dih, lu kok
Lela menghela napas setelah Baby Alesha benar-benar tidur, tetapi ia bingung saat melihat Arum gelisah. "Arum, kenapa mojok di situ?" tanya Lela bercanda. Arum langsung kaget dan tertawa garing. "Hehe, enggak Nyah. Aku cuma..." "Kenapa?" Lela merasa Arum banyak pikiran. Sepertinya ia harus membiarkan Arum untuk istirahat terlebih dahulu. "Rum, keknya kamu cuma butuh istirahat deh," ujar Lela. Arum pun menggeleng, "Enggak, Nyah." "Ya udah kamu lebih baik istirahat aja dulu. Soalnya dari kemarin kan sibuk terus, belum istirahat penuh." Lela melihat kegundahan di wajah Arum, jadi ia berkata lagi. "Tenang aja, nanti aku minta pelayan yang lain kalau aku butuh sesuatu." Arum pun merasa lega, dan segera pamit. "Kalau begitu saya pamit dulu ya Nyah," ujarnya agak canggung. Lela pun mengangguk dan melihat kepergian Arum dengan khawatir. "Apa yang terjadi padanya?" Perasaan Lela jadi tidak enak, kemudian membuka dan melihat CCTV yang ada di Mansion-Jakarta. Ia
Lela terpesona dengan bangunan-bangunan yang ada di sana. Memang tak jauh beda dari mansion yang ada di Jakarta, tapi yang ini lebih nyata karena benar-benar konsep seperti di negara asal. Konsep Mansion yang di Jakarta memang mengambil konsep dari Amerika, makanya Lela tak terlalu kagt karena hampir sama. Kalau dipikir-pikir suaminya terlalu kaya, ia punya properti dimana pun. Sebenarnya ia juga punya properti pemberian Bara, tapi ia mengira bahwa itu masih punya suaminya juga. Jadi ia memantau sekedarnya saja. Bara ingin memberinya restoran dan beberapa usaha lainnya, agar Lela tidak terlalu bosan dalam menjalani kehidupan sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. IIa selalu mengharapkan untuk hidup dengan nyaman di sisinya. Ia tidak ingin Lela tertekan atau merasa terpaksa menjadi seorang istri dan ibu, dengan melepas kehidupannya sebelum menikah. Bara pun mengantar Lela untuk istirahat dan gantian menggendong Baby Alesha yang sudah tidur untuk dipindahkan ke keranjang ba
Jujur saja Lela agak skeptis dengan Bi Tati yang berubah itu. Akan tetapi, sebelum pergi ia menawarkan Bi Tati dulu agar tidak ada gesekan ke depannya. "Bi Tati yakin nggak mau ikut?" tanya Lela. Sebelumnya Lela juga sudah menawarkan pada Bi Tati, tetapi Bi Tati tidak mau dan menjawabnya dengan ketus. Lagi-lagi, Lela tidak mempermasalahkan nada bicara yang makin hari makin lebih berani. Kalau diurutkan sebagai Majikan dan Bawahan, Bi Tati tidak memenuhi standar dasar bawahan. Lela juga terlalu lembek padanya. Itu dilatarbelakangi oleh fakta masa lalu mereka. Lela menghormatinya sebagai orang yang dipercaya oleh suaminya, dan orang yang lebih tua darinya. Bahkan Bi Tatilah yang membuat Lela bertahan di rumah itu, dari saat ia belum menjadi istri Bara. Kali ini Bi Tati hanya menggeleng. Lela mengerti, "Oke deh. Baik-baik ya kalian semua!" ujarnya pada Bi Tati dan yang lainnya. "Iya, semoga kalian selamat sampai tujuan," ujar Bi Tati sebagai formalitas. Lela tersenyum
"Haha! Kau pasti bercanda!" balas Bara kemudian menyesap kopinya. Melihat reaksi itu Juri terkekeh, "Hehe... aku serius." Bara sampai susah menelan kopinya, tetapi ia harus tetap santai. "Tapi kamu pacar sahabatku," ujar Bara mengingatkan. "I know, tapi cinta tak memandang siapa orangnya kan?" Bara menyeringai, "Lalu kenapa kau tidak naksir saja pada Kevin, kalau kau bilang cinta tak memandang siapa orangnya?" Kevin adalah teman Bara juga ia berpostur gemuk dan hobi makan berat. Kalau sekarang mungkin seperti mukbang, ia makan apapun dengan jumlah yang sangat banyak. Orang-orang seperti Juri menurut Bara menyebalkan. Jujurlah kalau cinta juga tentang persepsi. Kalau Juri bilang ia jatuh cinta padanya tanpa memandang siapa orangnya, harusnya ia bisa menyukai yang lain. Itu kata-kata yang dangkal. Jika benar Juri tak memandang siapa orangnya, maka Kevin tidak masalah baginya. Namun, Juri terus membully Kevin di masa lalu. Itu yang membuat Bara makin sebal padanya. "K
"Minder kenapa? Lagian kan ada Papa sama Mama yang bisa ngatur semuanya." "Ya udah sih orang udah lewat." "Bisa aja kan kalo Bara mau, kenapa kalian gak ninggalin pasangan masing-masing?" "Mom! Please, Bara udah bahagia sama pasangannya," kecam Blenda. "Maksudnya si perempuan kampungan itu?" Blenda menghela napas, ia tak suka dengan sikap ibunya yang suka merendahkan orang itu. Maklum, ia anak orang kaya dari lahir dan menikah dengan ayahnya yang merupakan salah satu penguasa di negeri ini. "Gak usah marahlah, Mami kan cuma mau kamu menyelesaikan semuanya dengan jelas. Ceraikan saja Greg yang tidak tahu diri itu." Blenda menghela napas, "Akan aku pikirkan." ••• Bara baru selesai dengan pekerjaannya siang itu, kemudian memilih untuk istirahat. Ia sudah melewatkan satu jam waktu istirahat.Rasanya sangat lelah sekali karena harus membereskan semua kekacauan itu dan memulai dari awal. Ia benar-benar kelhilangan banyak pekerja, kepercayaan klien dan semua yang terkait de
"Seperti yang kamu denger kemarin, sedang diproses." Lela pun terkejut, "Apa gak ada keringanan?" Bara menoleh pada istrinya sambil mengancingkan jasnya. "Kita bicarain setelah aku balik dari Amerika ya." Setelah itu Bara menyeret kopernya, menciun dan memeluk istrinya sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian, Lela menidurkan Baby Alesha sebelum akhirnya menyusul suaminya ke lantai dasar untuk mengantarnya pergi. "Kamu buru-buru banget ya," ujar Lela menahan tangan Bara yang akan masuk ke mobil. Bara pun berbalik dan menoleh melihat istrinya yang terlihat sedang tidak ingin ditinggal. Wajahnya cemberut dengan tatapan sedih, sepertinya ia masih kepikiran apa yang menimpanya. "Sayangku, aku harus cepet sampai di sana karena ini darurat banget. Aku usahain untuk selesain secepatnya ya." Lela mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya pada lengan sama suami. Melihat itu, Bara pun menarik Lela ke dalam pelukannya lagi dan mencium kepalanya. "Udah ya, Sayang. Aku
Lela menghela nafas melihat bagaimana media membicarakan tentangnya dan Bara. Terutama membahas soal dirinya yang pernah melakukan induksi laktasi. Banyak yang mengkritik mereka karena melakukan tindakam ilegal dan melanggar norma. Akan tetapi lewat perjanjian itu pula banyak pakar hukum yang bilang kalau itu tidak melanggar hukum. Ia sekarang pun sedang menyusui putrinya, dan teringat saat dulu menyusui Demian yang sekarang sudah mulai belajar dengan guru yang diundang ke Mansion. Terkait Damien, sebenarnya Bara sempat berpikir untuk tidak membiarkan Demian sekolah di sekolah biasa. Bara ingin Demian homeschooling saja. Lela jelas tidak setuju, karena jika itu terjadi, bisa saja Demien tidak bahagia. Artinya Lela akan setuju untuk membiarkan Demien homeschooling jika Demien yang menginginkannya, tidak ada paksaan dari mereka berdua sebagai orang tua. Lalu syaratnya, harus homeschooling yang tetap keluar rumah. Lela tidak ingin Demien tumbuh menjadi Tuan Muda yang tidak berbaur
Semua orang pun langsung terkejut dan mulai riuh dengan banyak obrolan di dalam sana. Sorotan cahaya kamera semakin menggila membuat Lela sampai harus memejamkan mata karena tidak kuat dengan silaunya yang dihasilkan dari kamera-kamera itu. Lalu Bara segera memberinya kacamata hitam untuk melindunginya. Ia benar-benar suami yang act of service. Lela dan Bara melakukan konferensi tidak membawa anak-anak, karena posisi itu tidak aman sehingga anak-anak harus dititipkan di rumah. Setelah itu, Bara pun bersuara lagi memecah keributan yang ada di sana. "Oke kita balik lagi! Sebenarnya agak aneh kalau kalian terkejut dengan fakta ini, karena sudah diungkapkan, dan sudah ada bukti. Rasanya apa yang kalian ragukan dari bukti itu karena tidak berasal dari saya langsung kan? Maka saya konfirmasi bahwa itu benar." Bara terus memberikan menarik ulur penjelasannya agar para wartawan berpikir kritis dan tidak asal menulis berita dan bertanya lagi. Namun, tentu saja itulah pekerjaan mer