Makasih udah nunggu ;D
Alex disuruh masuk oleh Bara, Dena sempat protes karena itu kamarnya tetapi Bara bertindak seolah itu tempatnya. "Tenang Dena, kita semua harus bicara. Aku yang memaksa Bara untuk ngasih tau lokasinya," jelas Alex. Dena kesal, ia meminum es dengan ekspresi yang ingin memakan orang. Sementara Bara, ia juga tidak sepenuhnya tidak bersalah. "Aku mancing dia, aku bilang aku nginep bareng kamu, terus Alex langsung ke sini karena cemburu," ungkap Bara. Hal itu membuat Dena kesal, ia sepertinya tak suka dengan kondisi itu. "Kalo ada paparazi gimana?" "Itu udah pasti, tapi bisa kuatasi," ujar Alex bertekad. Melihat interaksi dingin mereka, Bara penasaran. "Sebenarnya apa yang terjadi, padahal kalian sempat baik-baik saja?" tanya Bara. "Gak ada masalah kok," jawab Dena. "Ini salahku," balas Alex. "Kenapa?" tanya Bara. "Aku memutuskannya karena malu, kita sempet damai tapi... itu tidak mudah dimaafkan." Dena yang dibicarakan hanya melengos, seolah tidak peduli. Ya, Alex memang
Lela menerima tawaran dari Bara. Kemarin ia pindah ke Mansion yang katanya kecil, tetapi tetap besar milik Bara. Ia tidak tahu lagi bagaimana menggambarkan betapa kayanya pria itu. Sayangnya, Lela sudah mulai malu untuk terus mencintainya, karena hubungannya yang ilegal. Kini ia menjadi wanita yang ditawar karena kehamilannya, lalu ia harus menjalani hidupnya seperti wanita simpanan. Namun meski begitu, ia tetap menerima semua tawaran dari Bara karena Bara juga bermaksud untuk melindungi anaknya, bukan hanya dirinya. Ia tidak pernah membayangkan bisa sampai di titik ini, di mana ia merasa bahagia tetapi di sisi yang lain ia merasa sangat ketakutan. Ia merasa malu bahkan ketika Bara sempat menawarkan pernikahan, ia tidak ingin melakukannya. Namun kedepannya ia harus fokus pada perkembangan janinnya dulu. Jangan sampai apa yang ia pikirkan, mempengaruhi perkembangan anak yang ada di dalam perutnya itu. Seperti kata dokter, kalau ia banyak pikiran dengan kandungan selemah itu, bisa
Lela langsung disembunyikan oleh para bodyguard Bara, ia pergi ke flatnya yang lama untuk tinggal sampai Hendra di mansion milik anaknya. Ia kaget saat beberapa pelayan dan bodyguard ke kamarnya, memintanya pindah ke flat lagi untuk kemudian kamar itu dibersihkan seperti semula karena akan kedatangan Pak Hendra. Secara naluriah, Lela langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan bantuan para bodyguard dan satu orang pelayan. Pelayan itu namanya Rere atau kepanjangannya Rebecca. Ia sudah bekerja sama setahun di sana, artinya Ia juga pemula. Ia ditugaskan untuk menjaga Lela di flat yang kecil simple itu, untuk bersamanya 24 jam. Lela merasa cemas dan hal itu membuat Rere harus segera bertindak. Ia datang dengan segelas air minum dan duduk di tepi ranjang milik wanita hamil itu. "Anda harus minum ini dulu, Nyonya," ujarnya menyerahkan gelas itu pada Lela. Lela pun tersenyum tipis dan mengangguk, kemudian ia minum dan menghela napas lagi. "Maaf, apakah Nyonya memikirkan orang yan
Bara sangat bingung, ia harus merelakan pekerjaannya atau Lela. Ayahnya jelas bukan orang yang mudah untuk menerima kondisi yang mengarah pada keberhasilan rencananya. Ayahnya hanya ingin tujuannya tercapai, yakni agar ia menikah dengan Dena. "Gimana Lela sekarang?" tanyanya pada orang di seberang telpon. "Maafkan saya, Pak. Tapi Nona Lela tidak ada di flat milik Nona Dena. Bahkan terlihat pembantunya yang ia bawa dari Mansion mencarinya kemana-mana." "Hah?!" "Kemana dia?!" tanya Bara mulai panik. "Maafkan saya Pak, kami sedang mencarinya." "Lakukan dengan cepat, saya gak bisa ke sana untuk sekarang ini." "Baik, Pak." Bara membanting ponselnya sendiri. Ia frustasi dengan keadaan itu, di mana ia tidak bisa tindak secara langsung. Lalu orang yang ingin ia lindungi ternyata masih berjuang sendiri di luar sana. Bara harus cepat menyelesaikan pekerjaannya, agar ia bisa fokus pada Lela.•••Di lain sisi, Hendra mengejar di manapun Lela berada. Ia sempat mendapatkan rekaman CCTV
Hendra sama sekali tidak bisa diajak kompromi. "Dengar Hendra, aku gak akan rela kamu mengatur kehidupan cinta anakku." "Dia anakku, pewarisku!" balas Hendra tak mau kalah. "Berhenti bertindak seolah kamu menguasai segalanya, kamu bukan Ayah yang baik untuk anak-anak!" balas Arabela agak berteriak. Sementara Hendra menyeringai, ia tak akan mungkin menerima kompromi dari segi manapun dan dari siapapun termasuk Ibu dari anak-anaknya. "Apapun yang kamu katakan Arabella, semua itu sia-sia. Itu tidak berarti bagiku, dan aku tidak akan mengambil pendapatmu yang sangat perasa itu. Mau sampai kapan kamu hidup di dunia fantasi, lalu membiarkan anakmu hidup dengan perasaannya saja tanpa menggunakan otaknya?""Apa maksudmu aku tidak punya otak?!"Hendra menyeringai, "Come on! Aku tidak bicara seperti itu. Kamu yang mengakuinya sendiri. Aku tidak pernah mengakuinya, tapi selalu menuduh macam-macam.""Faktanya, yang berseberangan dengan kamu akan selalu menjadi salah. Kamu kira setiap tindak
Lela sampai di sebuah rumah yang jauh dari perkotaan. Rumah itu seperti sebuah desa dan rumah Peternak Sapi. Ketika ia masuk, ia dipertemukan oleh seorang pria dan wanita yang merupakan suami istri. Mereka adalah Peternak dan banyak gembalaannya yang ia lihat di pada rumput yang luas itu. Indah sekali. Sapi-sapi itu kemudian nanti diurus, agar mereka menghasilkan susu yang berkualitas. Mereka benar-benar bekerja dengan baik karena hasilnya juga sesuai dengan usaha mereka. Para petani dan peternak akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan usahanya. Mereka dengan senang hati menjadikannya sebagai profesi. Kemudian Lela diarahkan oleh seorang perempuan yang merupakan istri di rumah itu. Ia mengarahkan Lela agar tinggal di rumah keduanya. Namun itu tidak bertahan lama, karena tiba-tiba saat sore tiba wanita itu membangunkannya yang sedang istirahat dan berkata padanya untuk pergi dari sana. Lela pun langsung bangun dari tidurnya, kemudian pergi keluar ke dalam mobil yang suda
"Kamu kenapa gak memperjuangkan, Bara?" tanya Hendra saat makan malam bersama Dena di restoran.Dena minum terlebih dahulu sebelum menjawab, "Saya cuma merasa gak berguna, mencintai orang yang tidak mencintai kita adalah sebuah kejahatan.""Tiada kejahatan dalam cinta tapi tindakannya," ujar Hendra."Aku pernah jahat dan memisahkan mereka," ujarnya. "Sekarang Om juga melakukan hal yang sama, memisahkan Kak Bara dan Lela. Demi harta?"Hendra melengos, "Bukan...""Lalu kenapa Om memaksaku untuk menikah dengan Kak Bara?""Awalnya saya kira kamu juga suka dengan Bara," ujarnya."Ya memang, tapi Om punya tujuan buat kerjasama sama Papa saya kan?""Yah... demi perusahaan.""Oke. Semuanya jelas, jadi kalau Kak Bara bisa memenuhi target Om, pernikahan bisnis ini gak perlu terjadi kan?"Hendra hanya diam, menatap mata calon menantunya dengan tatapan yang seolah menyelami di kedalaman sana._+_+_Bara tiba di rumah sakit, Lela sudah dimasukkan ke ruang inap VIP. Ia lega melihatnya masih memperli
"Apa sih yang kamu pikirkan?" tanya Arabela. Lela mengerutkan dahi dan berkata, "Maaf, aku..." Tiba-tiba Bara membuka pintu kamar mandi dan menutupnya dengan keras. Brak! Ia langsung bergerak mendekati Lela, membuat Lela dan Arabela kaget dan takut. "Apa yang kamu lakukan, Bara?!" bentak Arabela. Namun detik berikutnya Bara menggenggam tangan Lela dan menangis di tepi ranjang. Ia meletakkan tangan Lela di dahinya, seolah sedang menunjukkan bahwa ia sangat menyayanginya. "Lela please! Jangan lakukan itu, biarkan dokter mengambil janin itu. Kalau kamu memang sangat ingin memiliki anak, kita bisa menikah lalu membuat anak lagi." Lela menatapnya dengan tatapan tidak setuju. "Nggak! Ini bukan soal bisa buat lagi atau enggak, tapi aku ingin berusaha semaksimal mungkin untuk menjaganya." "Tapi nyawamu bisa terancam...." "Bahkan tanpa adanya bayi ini, aku memang sudah terancam kan?" "Siapa yang mengancam?" tanya Bara serius. "... kematian. Kematian yang membawa aku p