Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Pelarian di Balik Benteng

Share

Pelarian di Balik Benteng

Author: Ocki yunita
last update Last Updated: 2025-02-02 16:48:47

Tommy merasa frustasi setelah diusir oleh mertuanya saat hendak menjemput istrinya, Maria, untuk pulang. Dengan hati yang penuh amarah dan kekecewaan, ia berjalan tanpa arah hingga berhenti di sebuah warung kecil di pinggir jalan.

Di dalam warung, ia langsung menuju etalase minuman dan menunjuk beberapa botol miras.

Percakapan Tommy dengan Pemilik Warung

Tommy menatap pemilik warung dengan tatapan kosong. "Pak, kasih saya tiga botol yang paling keras."

Pemilik warung yang sudah terbiasa melihat pelanggan datang dalam berbagai keadaan memperhatikan wajah Tommy yang kusut. "Waduh, kelihatannya lagi banyak pikiran, Mas?"

Tommy menghela napas, lalu tersenyum sinis. "Ah, sudahlah, Pak. Yang penting saya butuh ini sekarang."

Pemilik warung mengambil botol-botol dari rak sambil memberi peringatan halus. "Jangan kebanyakan, Mas. Kalau ada masalah, mending diceritakan daripada dilampiaskan begini."
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pelarian di Tengah Malam

    Percakapan Naya, Raka, dan Tommy saat Menjemput Tommy Naya dan Raka tiba di depan rumah Tommy menggunakan taksi online. Naya melihat ke luar jendela, memastikan tak ada orang yang mencurigakan sebelum turun. Begitu sampai di depan pintu, ia mengetuk pelan. "Mas, buka pintunya. Kita harus segera jalan," bisik Naya dengan nada mendesak. Tommy membuka pintu dengan wajah serius. "Akhirnya kalian datang. Aku udah nggak sabar buat bawa Maria pulang." Raka melirik arlojinya. "Masih ada waktu. Tapi kita harus hati-hati. Rumah mertuamu itu dijaga ketat." Naya mengangguk. "Makanya kita naik taksi online biar nggak mencolok. Ayo, kita langsung berangkat." Tommy menarik napas panjang, lalu mengangguk. "Oke. Aku siap." Mereka bertiga pun masuk ke dalam taksi dan berangkat menuju rumah Maria. Percakapan di Depan Rumah Maria Taksi berhenti di sudut jalan yang agak

    Last Updated : 2025-02-02
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Malam yang Terluka

    Di ruang tamu yang masih dipenuhi ketegangan sisa peristiwa tadi malam, Naya menatap Maria dengan ekspresi lega. Naya "Mbak Maria kau baik-baik saja sekarang Aku masih tidak percaya kita bisa melewati ini semua dengan selamat. " Maria mengangguk sambil tersenyum tipis "Aku juga masih sulit mempercayainya Jika bukan karena kalian aku mungkin masih terjebak di sana. " Tommy menepuk bahu Maria dengan lembut "Kau aman sekarang Itu yang terpenting" Lalu, dia beralih menatap Naya dan suaminya "Terima kasih sudah membantunya Aku berhutang besar pada kalian. " Suami Naya tersenyum samar. "Tidak perlu berterima kasih kak Tommy Yang penting sekarang Mbak Maria sudah di tempat yang lebih aman. " Maria menggenggam tangan Naya erat. "Aku tidak tahu bagaimana membalas budi kalian. " Naya tersenyum dan menepuk punggung tangan Maria. "Yang terpenting kau mulai hidup baru Ja

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Keputusan Pagi: Antara Kecemasan dan Kenyataan

    Pagi itu, Tommy terbangun sekitar pukul 10.00 setelah tidur larut hingga 04.30 pagi. Ia membuka matanya dan menoleh ke arah istrinya, Maria, yang terbaring di sampingnya. Wajah Maria terlihat pucat, dan saat Tommy menyentuh tangannya, ia langsung panik. "Maria," panggil Tommy dengan suara cemas sambil menggoyang-goyangkan tubuh istrinya, berusaha membangunkannya. Maria sedikit terjaga dan mengerang pelan, menahan rasa sakit yang masih terasa di kakinya. "Aduh... kakinya sakit banget, Mas..." jawabnya lemah, mencoba duduk tetapi wajahnya semakin memucat. Tommy langsung duduk dengan tergesa-gesa, cemas. "Kamu kenapa, sayang? Kok bisa pucat begini?" Dia menyentuh kening Maria dengan tangan yang sedikit gemetar. Maria mengeluh pelan. "Pecahan botol kemarin malam... kaki aku masih sakit banget, Mas. Belum sembuh." Tommy mengernyit, hatinya khawatir. "Kenapa gak bilang dari tadi? Kamu

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Istri yang Tak Diinginkan

    Setelah kembali dari Bidan Desi, Tommy segera memeriksa kaki Maria yang terluka akibat terkena pecahan kaca. Ia memastikan lukanya tidak terlalu dalam sebelum akhirnya membantunya duduk di tempat tidur. “Aku akan mandi dulu,” ujar Tommy sambil melepas jaketnya. Maria menatap suaminya dengan tatapan manja. “Aku ingin ikut mandi bersamamu,” ucapnya pelan. Tommy menghela napas sambil mengusap lembut pipi istrinya. “Maria, kamu masih sakit. Jangan mandi dulu, nanti malah makin parah.” “Tapi aku merasa lengket dan tidak nyaman…” rengek Maria. Tommy tersenyum kecil. “Aku akan membersihkan badanmu dengan lap hangat. Biar tetap segar tanpa perlu mandi. Oke?” Maria mengangguk pasrah. “Baiklah… tapi jangan lama-lama mandinya, ya.” Tommy terkekeh sambil mengusap rambut istrinya. “Iya, bawel. Tunggu sebentar, ya.” Setelah

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pintu yang Lupa Dikunci

    Tommy sudah bangun lebih dulu pagi itu. Setelah membersihkan diri, ia pergi ke dapur dan memasak bubur untuk Maria. Meskipun istrinya masih marah padanya, ia tetap ingin memastikan Maria makan sesuatu agar tidak lemas. Setelah buburnya matang, Tommy menuangkannya ke dalam mangkuk, lalu membawa nampan ke kamar. Saat membuka pintu, ia melihat Maria masih berbaring, membelakangi pintu. Namun, ia tahu Maria sebenarnya sudah bangun dan hanya pura-pura tidur karena masih kesal padanya. Dengan hati-hati, Tommy duduk di tepi ranjang, lalu meletakkan nampan di nakas. Ia menatap punggung istrinya sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Maria, aku tahu kamu sudah bangun," ucapnya pelan. Maria tetap diam, tidak bergeming. Tommy menghela napas, lalu berkata dengan suara lebih lembut, "Aku tahu aku salah semalam. Aku nggak seharusnya ngomong begitu. Maaf..."

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Batasan dalam Pernikahan

    Maria keluar dari kamar dengan langkah mengangkang, membuat Naya, adik iparnya, menatapnya dengan alis berkerut. Sekilas, Naya mengira Maria kelelahan setelah malam bersama kakaknya, Tommy. Namun, sebenarnya Maria berjalan seperti itu karena kakinya masih terasa nyeri akibat terkena pecahan beling kemarin. Percakapan di Ruang Tamu: Naya yang sedang duduk di sofa bersama Tommy langsung menyadari cara berjalan Maria yang aneh. Dengan nada menggoda, ia menyenggol lengan kakaknya dan berbisik pelan. Naya: ("Eh, Kak, lihat tuh! Kak Maria sampai jalan begitu. Kalian tadi malam pasti terlalu...") Ia menahan tawa, mengedipkan mata ke arah Tommy. Tommy yang baru saja menyeruput kopi langsung tersedak mendengar ucapan adiknya. Tommy: ("Apa-apaan sih, Nay?! Jangan ngomong sembarangan!") Maria yang mendengar bisikan Naya langsung menghela n

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pilihanku, Hidupku

    Maria dan Tommy menjalani kehidupan pernikahan yang penuh cinta, meskipun ada ketakutan yang Tommy simpan rapat-rapat. Ia khawatir, jika suatu hari orang tua Maria yang berasal dari keluarga kaya datang untuk merebut istrinya kembali, ia tidak akan mampu mempertahankannya. Sebagai pria miskin, ia merasa tidak pantas, meski Maria selalu meyakinkannya bahwa cinta mereka lebih berharga dari segalanya. Siang itu, saat Maria sibuk memasak di dapur, ia lupa mengunci pintu depan rumah. Tanpa diduga, ibunya masuk begitu saja tanpa mengetuk, membuat Maria terlonjak kaget. Ketakutan menyelimutinya—apakah ibunya datang untuk membawanya kembali dengan paksa? Begitu matanya menyapu ruangan, sang ibu langsung menunjukkan ekspresi jijik. Ia memandang sekeliling dengan tatapan merendahkan, dari dapur kecil yang penuh dengan peralatan sederhana, kamar tidur sempit, hingga kamar mandi yang jauh dari kata mewah. "Astaga, Maria! Rumah apa i

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   "Cinta yang Tumbuh, Kejutan yang Datang

    Seperti biasa, setiap pagi Maria memasak sarapan untuk suaminya, Tommy. Ia dengan telaten menyiapkan berbagai hidangan favorit mereka. Setelah selesai, Maria menata makanan di meja makan dengan rapi, memastikan semuanya terlihat menggugah selera. Sambil tersenyum, ia menghampiri suaminya yang sedang duduk di ruang tamu. Maria menghampiri Tommy yang sedang duduk di ruang tamu dan tersenyum. "Ayo, Sayang, sarapannya sudah siap. Sebelum berangkat kerja, makan dulu," ucap Maria lembut. Tommy menutup koran yang sedang dibacanya dan tersenyum. "Wangi sekali. Hari ini kamu masak apa?" "Ada nasi goreng spesial dengan telur mata sapi dan teh hangat kesukaanmu," jawab Maria sambil berjalan ke meja makan. Tommy mengikuti Maria ke meja makan dan duduk. "Pasti enak seperti biasa. Kamu memang istri terbaik." Maria ter

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Ujian Dadakan & Kekacauan Kecil

    Lagi-lagi, Naya datang pagi-pagi ke rumah Tommy, mengganggu suasana romantis yang baru saja tercipta. "Selamat pagi, Kakakku tercinta! Selamat pagi, Mbak Maria!" sapa Naya ceria, langsung menyerobot masuk tanpa mengetuk pintu seperti biasa. Tommy yang sedang menggendong Maria untuk membawanya ke kamar hanya bisa mendesah kesal. Ia berbisik di telinga istrinya, "Sayang, batal romantisnya. Ada perusuh datang." Benar saja, Naya dan suaminya, Raka, menghampiri dapur sambil membawa dua anak kecil. Naya menggendong Gio yang masih berusia enam bulan, sementara Raka menggendong Chelly, anak tirinya yang sudah berusia satu tahun. Tommy mengangkat alis curiga. "Mau apa pagi-pagi bawa pasukan begini?" Naya terkikik, "Eh, eh, ini, Kak..." Tanpa banyak bicara, ia langsung menyerahkan Gio ke pelukan Maria, sementara Raka dengan santainya menyerahkan Chelly ke Tommy. Maria

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Suami Idaman, Daster dan Cinta Ngidam

    Tetangga-tetangga yang melihat Tommy tak bisa menahan bisik-bisik mereka. Penampilannya yang mengenakan daster istrinya saat menemani Maria di warung menjadi bahan perbincangan di sekitar. Maria, di sisi lain, tersenyum puas melihat suaminya menurutinya tanpa banyak protes. "Waduh, suami zaman sekarang sudah mulai ikut tren baru, ya?" bisik seorang ibu sambil cekikikan. "Mungkin besok Tommy sekalian saja pakai bedak dan lipstik," sahut yang lain sambil menahan tawa. "Istrinya pasti luar biasa, sampai suaminya begitu patuh," ujar seorang bapak dengan nada setengah kagum, setengah geli. Maria hanya tersenyum tipis, sementara Tommy berusaha menahan diri agar tak terpancing emosi. Saat berada di warung, Maria menyerahkan daft

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Tantangan Seorang Suami dan Ngidam Istrinya

    Naya memiliki ide untuk menitipkan anak-anaknya kepada kakaknya, Tommy, dan istrinya, Maria. Ia ingin mereka belajar mengurus anak dengan baik, mengingat Maria kini sedang hamil. Dengan begitu, saat bayi mereka lahir, mereka sudah lebih siap dan tidak terlalu kesulitan dalam mengasuhnya. Naya duduk di sofa sambil menggendong Gio yang mulai mengantuk, sementara Raka sibuk merapikan mainan Chelly yang berserakan di lantai. Naya menatap suaminya dengan ragu-ragu sebelum akhirnya membuka suara. "Mas, aku ada ide... gimana kalau kita titipin Chelly dan Gio ke Tommy dan Maria untuk sementara waktu?" Raka mengangkat alis, lalu duduk di sebelah Naya. "Titip anak-anak? Kenapa tiba-tiba kepikiran begitu?" Naya menghela napas, mencoba menjelaskan dengan hati-hati. "Aku cuma mikir... Maria kan sekarang lagi hamil. Supaya nanti pas bayinya lahir, mereka nggak terlalu r

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   "Cinta yang Tumbuh, Kejutan yang Datang

    Seperti biasa, setiap pagi Maria memasak sarapan untuk suaminya, Tommy. Ia dengan telaten menyiapkan berbagai hidangan favorit mereka. Setelah selesai, Maria menata makanan di meja makan dengan rapi, memastikan semuanya terlihat menggugah selera. Sambil tersenyum, ia menghampiri suaminya yang sedang duduk di ruang tamu. Maria menghampiri Tommy yang sedang duduk di ruang tamu dan tersenyum. "Ayo, Sayang, sarapannya sudah siap. Sebelum berangkat kerja, makan dulu," ucap Maria lembut. Tommy menutup koran yang sedang dibacanya dan tersenyum. "Wangi sekali. Hari ini kamu masak apa?" "Ada nasi goreng spesial dengan telur mata sapi dan teh hangat kesukaanmu," jawab Maria sambil berjalan ke meja makan. Tommy mengikuti Maria ke meja makan dan duduk. "Pasti enak seperti biasa. Kamu memang istri terbaik." Maria ter

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pilihanku, Hidupku

    Maria dan Tommy menjalani kehidupan pernikahan yang penuh cinta, meskipun ada ketakutan yang Tommy simpan rapat-rapat. Ia khawatir, jika suatu hari orang tua Maria yang berasal dari keluarga kaya datang untuk merebut istrinya kembali, ia tidak akan mampu mempertahankannya. Sebagai pria miskin, ia merasa tidak pantas, meski Maria selalu meyakinkannya bahwa cinta mereka lebih berharga dari segalanya. Siang itu, saat Maria sibuk memasak di dapur, ia lupa mengunci pintu depan rumah. Tanpa diduga, ibunya masuk begitu saja tanpa mengetuk, membuat Maria terlonjak kaget. Ketakutan menyelimutinya—apakah ibunya datang untuk membawanya kembali dengan paksa? Begitu matanya menyapu ruangan, sang ibu langsung menunjukkan ekspresi jijik. Ia memandang sekeliling dengan tatapan merendahkan, dari dapur kecil yang penuh dengan peralatan sederhana, kamar tidur sempit, hingga kamar mandi yang jauh dari kata mewah. "Astaga, Maria! Rumah apa i

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Batasan dalam Pernikahan

    Maria keluar dari kamar dengan langkah mengangkang, membuat Naya, adik iparnya, menatapnya dengan alis berkerut. Sekilas, Naya mengira Maria kelelahan setelah malam bersama kakaknya, Tommy. Namun, sebenarnya Maria berjalan seperti itu karena kakinya masih terasa nyeri akibat terkena pecahan beling kemarin. Percakapan di Ruang Tamu: Naya yang sedang duduk di sofa bersama Tommy langsung menyadari cara berjalan Maria yang aneh. Dengan nada menggoda, ia menyenggol lengan kakaknya dan berbisik pelan. Naya: ("Eh, Kak, lihat tuh! Kak Maria sampai jalan begitu. Kalian tadi malam pasti terlalu...") Ia menahan tawa, mengedipkan mata ke arah Tommy. Tommy yang baru saja menyeruput kopi langsung tersedak mendengar ucapan adiknya. Tommy: ("Apa-apaan sih, Nay?! Jangan ngomong sembarangan!") Maria yang mendengar bisikan Naya langsung menghela n

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pintu yang Lupa Dikunci

    Tommy sudah bangun lebih dulu pagi itu. Setelah membersihkan diri, ia pergi ke dapur dan memasak bubur untuk Maria. Meskipun istrinya masih marah padanya, ia tetap ingin memastikan Maria makan sesuatu agar tidak lemas. Setelah buburnya matang, Tommy menuangkannya ke dalam mangkuk, lalu membawa nampan ke kamar. Saat membuka pintu, ia melihat Maria masih berbaring, membelakangi pintu. Namun, ia tahu Maria sebenarnya sudah bangun dan hanya pura-pura tidur karena masih kesal padanya. Dengan hati-hati, Tommy duduk di tepi ranjang, lalu meletakkan nampan di nakas. Ia menatap punggung istrinya sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Maria, aku tahu kamu sudah bangun," ucapnya pelan. Maria tetap diam, tidak bergeming. Tommy menghela napas, lalu berkata dengan suara lebih lembut, "Aku tahu aku salah semalam. Aku nggak seharusnya ngomong begitu. Maaf..."

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Istri yang Tak Diinginkan

    Setelah kembali dari Bidan Desi, Tommy segera memeriksa kaki Maria yang terluka akibat terkena pecahan kaca. Ia memastikan lukanya tidak terlalu dalam sebelum akhirnya membantunya duduk di tempat tidur. “Aku akan mandi dulu,” ujar Tommy sambil melepas jaketnya. Maria menatap suaminya dengan tatapan manja. “Aku ingin ikut mandi bersamamu,” ucapnya pelan. Tommy menghela napas sambil mengusap lembut pipi istrinya. “Maria, kamu masih sakit. Jangan mandi dulu, nanti malah makin parah.” “Tapi aku merasa lengket dan tidak nyaman…” rengek Maria. Tommy tersenyum kecil. “Aku akan membersihkan badanmu dengan lap hangat. Biar tetap segar tanpa perlu mandi. Oke?” Maria mengangguk pasrah. “Baiklah… tapi jangan lama-lama mandinya, ya.” Tommy terkekeh sambil mengusap rambut istrinya. “Iya, bawel. Tunggu sebentar, ya.” Setelah

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Keputusan Pagi: Antara Kecemasan dan Kenyataan

    Pagi itu, Tommy terbangun sekitar pukul 10.00 setelah tidur larut hingga 04.30 pagi. Ia membuka matanya dan menoleh ke arah istrinya, Maria, yang terbaring di sampingnya. Wajah Maria terlihat pucat, dan saat Tommy menyentuh tangannya, ia langsung panik. "Maria," panggil Tommy dengan suara cemas sambil menggoyang-goyangkan tubuh istrinya, berusaha membangunkannya. Maria sedikit terjaga dan mengerang pelan, menahan rasa sakit yang masih terasa di kakinya. "Aduh... kakinya sakit banget, Mas..." jawabnya lemah, mencoba duduk tetapi wajahnya semakin memucat. Tommy langsung duduk dengan tergesa-gesa, cemas. "Kamu kenapa, sayang? Kok bisa pucat begini?" Dia menyentuh kening Maria dengan tangan yang sedikit gemetar. Maria mengeluh pelan. "Pecahan botol kemarin malam... kaki aku masih sakit banget, Mas. Belum sembuh." Tommy mengernyit, hatinya khawatir. "Kenapa gak bilang dari tadi? Kamu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status