Jarak Antara Yuan Zi dan Pedang Surga semakin terkikis. Yuan Zi sudah pasrah jika harus mati sekarang.
Yuan Zi menahan napas dan menutup matanya. Di dalam gelap itu dia menanti ujung besi merobek kulitnya. Namun, sudah sejak beberapa detik lalu pedang itu meluncur ke arahnya, Yuan Zi masih tidak merasakan apapun.“Apakah mati tidak terasa menyakitkan seperti ini? kenapa aku tidak merasakan apa-apa?” batin Yuan Zi.Penasaran, akhirnya Yuan Zi memberanikan diri untuk membuka mata. Betapa terkejutnya dia, ketika membuka mata didapatinya Pedang Surga hanya berputar-putar di depan dadanya.Bai Jia, dia menahan laju pedangnya dari jauh. Dia menahan diri untuk tidak membunuh Yuan Zi.Yuan Zi kembali mengatur napasnya. Namun, kali kini kakinya terasa lemas hingga membuatnya berlutut.Bai Jia menarik pedangnya kembali ke tangannya. Lalu, dia masukkan pedang tersebut ke dalam wadahnya.“Sepertinya aku sudah kalah,“Kakak Yuan Zi!” panggil Bai Jia, “Guru Min Cun dan Guru Wei Qi, mereka ke mana?” tanyanya.“Mereka pergi ke suatu tempat dan tidak akan kembali untuk sementara waktu,” jawab Yuan Zi.“Ke mana?” tanya Bai Jia lagi, “Kak, guru terluka, apa beliau akan baik-baik saja?”“Tenang saja! ada Dewa Weiqi bersama guru.” Yuan Zi berjalan mendahului Bai Jia. Pergerakannya itupun diikuti oleh si yang lebih muda.“Hari ini beristirahatlah, Bai Jia, besok ikut denganku berkeliling Wuxia!”“Baik, Kak.”---Kehadiran Bai Jia dan Yuan Zi di salah satu daerah di Wuxia pagi ini menyita perhatian banyak orang. Jika biasanya orang akan terfokus pada kharisma Yuan Zi, maka kali ini fokus mereka tertumpu pada sosok yang mengiringinya. Berbeda dari Yuan Zi yang terlihat sangat berwibawa dengan kelembutan serta senyum ramahnya, Bai Jia justru terlihat lebih dingin, misterius, dan menakutkan. “Kak, kenapa semua orang menatapku seperti itu?” tanya Bai Jia dengan cukup bingung.Yuan Zi sekilas menoleh ke
Di salah satu kamar sebuah penginapan, Bai Jia tengah mengikat pakaiannya. Sesuai dengan rencananya siang tadi, malam ini dia akan memberi pelajaran kepada orang-orang Diyu.Di atas meja kamar Bai Jia saat ini terdapat dua topeng yang berbeda. Satu adalah topeng besi pemberian Yuan Zi, sedangkan yang satu adalah topeng berbahan kulit berwarna hitam sewarna dengan pakaiannya.Bai Jia mengambil topeng hitam itu dan memakainya. Lalu, dia keluar melalui jendela penginapan. Tidak lupa, Bai Jia juga membawa Pedang Surga bersamanya.Kaki Bai Jia berpindah dari satu atap ke atap bangunan yang lain hingga akhirnya ia tiba di dermaga. Persis seperti yang dikatakan Yuan Zi, orang-orang Diyu yang siang tadi ditemuinya di rumah makan, saat ini sedang membawa barang-barang naik ke kapal mereka.Dari penuturan Yuan Zi sebelumnya, sejak Diyu menjalin kerja sama dengan Wuxia, orang-orang Diyu sering seenaknya keluar masuk Wuxia untuk mengambil bahan pangan demi memenuhi kebutuhan pasukan Diyu selama p
Bai Jia serius dengan yang dikatakan sebelumnya. Sehingga, begitu matahari terbit dia sudah berada di atas perahu meninggalkan Wuxia.Dia mengikuti perkataan Yuan Zi. Hanya mengikuti aliran sungai ke hilir dan Bai Jia akan menemukan pegunungan Qi. Di balik pegunung itulah Lembah Qi berada.Bai Jia menatap seruling di tangannya. Beberapa waktu tadi Yuan Zi memberikan seruling itu kepadanya.“Aku tidak bisa menemanimu, jadi bawalah seruling ini untuk dijadikan teman!” ucap Yuan Zi saat tadi melepas Bai jia di dermaga.Bai Jia mengangkat serulingnya dan mencoba untuk memainkannya. Tidak lama, suara seruling pun mulai mengalun indah memecah keheningan pagi yang masih begitu dingin. Memerlukan waktu dua hari bagi Bai Jia untuk bisa sampai di Pegunungan Qi. “Ini pasti pertemuan aliran sungai yang dimaksud Kak Yuan Zi, dan di depan sana ... itu pasti Pegunungan Qi.”Bai Jia membawa perahunya mendekat ke sisi ekor pegunungan tersebut dan kemudian menepikannya. Setelahnya, dia mendaki ke atas
Bai Jia membalik lembaran demi lembaran kitab iblis dan menemukan lukisan simbol yang sama persis seperti yang ada di dahi Lin Yi. “Ini ....”“Tanda yang sama dengan yang ada di dahiku,” sahut Lin Yi, “junxie-ku, simbol dari gudang senjata neraka.” Simbol trisula yang juga mirip dengan bentuk api dengan tiga ujung runcing mengarah ke atas dan satu ujung runcing mengarah ke bawah itu dipandangi oleh Bai Jia. Dia sungguh tidak asing dengan simbol tersebut, seperti telah lebih dulu melihatnya sebelum bertemu dengan Lin Yi.“Simbol ini hanya bisa didapat oleh seseorang dengan ilmu bela diri tingkat tinggi, dan untuk mendapatkannya harus mengorbankan tenaga dalam yang besar. Bahkan, bisa-bisa sampai mengorbankan nyawa sendiri,” jelas Lin Yi.“Jadi, karena itu Kakak membutuhkan Kakak ipar untuk membantu mendapatkan cambuk petir?”Lin Yi dan Xiao Jiang saling menatap. “Iya, dan itu adalah kebodohanku yang sangat kusesali.”Xiao Jiang menggeleng sembari mengusap lengan suaminya. Dia ingin s
Bai Jia dan Lin Yi menyatukan energi mereka dan memulai meditasi. Kedua jiwa itu meninggalkan jasad masing-masing dan mulai berlatih jurus dari kitab iblis di dalam alam spiritual. Batin yang terhubung menjadikan mereka dapat berkomunikasi. “Perhatikan dengan baik, Bai Jia!” perintah Lin Yi.Tanpa banyak bicara, Lin Yi segera menggerakkan tubuhnya. Dia menunjukkan gerakan jurus yang ada di dalam kitab iblis. Hal itu diamati dengan seksama oleh Bai Jia. Dia tidak mau melewatkan detil sekecil apapun.Lin Yi hanya sekali memberi contoh dan setelahnya meminta Bai Jia untuk langsung mencobanya sendiri. Bai Jia terus mengulangi gerakannya sampai ia benar-benar menguasai jurus dari kitab iblis tersebut. Jurus yang saat ini Bai Jia pelajari merupakan dasar baginya untuk bisa menjadi pemegang kunci junxie-ku. Namun, seperti yang dikatakan oleh Lin Yi sebelumnya, Junxie-ku tidak semudah itu bisa didapatkan. Untuk bisa memiliki dan membuka gudang senjata neraka, seseorang harus berkonsentras
“Guru?”Belum sempat Bai Jia memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dia sudah ditarik pergi ke sisi lain yang berbeda oleh energi spiritual. Saat ini Bai Jia berada di sebuah desa yang cukup suram. Di sana dia melihat perempuan serta pengawal yang tadi di istana Diyu. “Tunggu!” ucap perempuan itu pada pengawalnya.“Iya, Ratu, ada apa?”“Ikut aku!”Ratu mengajak pengawalnya ke tempat yang sedikit sepi. Tanpa mengatakan apapun, perempuan yang disebut ratu itupun membuka kain yang menutupi anaknya.Sang Ratu terlihat oleh Bai Jia tengah berkonsentrasi menggunakan tenaga dalamnya. Dia arahkan telunjuknya ke dahi lalu ke dada anak yang ada dalam gendongannya. Dia gerakkan jari tersebut seolah tengah menuliskan sesuatu. Lalu, ia pukulkan telapak tangannya ke dada si anak.DEG!Anak kecil itu pingsan. Bersamaan dengan hal tersebut, keluar darah dari ujung mulut sang ratu.“Ratu! a
Lin Yi dan Xiao Jiang tidak memalingkan pandangan mereka dari sosok Bai Jia yang saat ini semakin dalam memasuki alam spiritual. Tampak wajah Xiao Jiang yang sedikit cemas melihat perubahan raut wajah Bai Jia.“Jangan khawatir!” pinta Lin Yi pada istrinya, “aku yakin dia bisa mengatasi semuanya sendiri. Bai Jia bukan orang biasa yang kebetulan memiliki energi iblis. Dia bukan orang biasa, Xiao Jiang.”Xiao Jiang lantas menunjuk Pedang Surga yang tergeletak di depan Bai Jia. Dia penasaran dengan pedang tersebut, yang seolah memiliki energi magis yang mampu menarik dan mengikatnya.“Kamu penasaran dengan pedang milik Bai Jia?” tanya Lin Yi memastikan. Xiao Jiang mengangguk. “Kamu pasti bisa merasakan tarikan energi dari pedang itu saat bertarung dengan.”“Tepat,” batin Xiao Jiang. “Xiao Jiang, pedang itu adalah pedang yang oleh dunia persilatan disebut sebagai Pedang Surga.”Xiao Jiang menoleh terkejut. Dia ingin mema
Setelah beberapa waktu, akhirnya Bai Jia tiba di pondok milik Min Cun di hutan kapas. Terlihat asap mengepul dari halaman pondokan tersebut, di mana terdapat seorang kakek tua yang menyalakan tungku untuk memasak.“Aku kenal aroma ini, ini seperti aroma obat yang dulu pernah kuminum saat terluka,” ucap Bai Jia dalam batin. Bai Jia tahu bahwa saat ini Min Cun sedang terluka. Namun, dia masih tidak tahu separah apa luka sang guru. Selama ini tidak ada satu pun yang mau jujur dan memberitahunya. Rasa khawatir dan ingin tahu Bai Jia tidak bisa dibendung lagi. Hari ini dia harus mendapat penjelasan atas kondisi Min Cun serta pertanyaan lain yang bersarang di kepalanya sejak beberapa hari ini.Bai Jia menghampiri si kakek tua yang tengah memasak di halaman rumah kayu milik Min Cun. Kakek tua yang tidak lain adalah Dewa Weiqi itupun menatap ke arah datangnya Bai Jia. Dia sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan Bai Jia. “Kau sud