“Guru?”
Belum sempat Bai Jia memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dia sudah ditarik pergi ke sisi lain yang berbeda oleh energi spiritual. Saat ini Bai Jia berada di sebuah desa yang cukup suram. Di sana dia melihat perempuan serta pengawal yang tadi di istana Diyu.“Tunggu!” ucap perempuan itu pada pengawalnya.“Iya, Ratu, ada apa?”“Ikut aku!”Ratu mengajak pengawalnya ke tempat yang sedikit sepi. Tanpa mengatakan apapun, perempuan yang disebut ratu itupun membuka kain yang menutupi anaknya.Sang Ratu terlihat oleh Bai Jia tengah berkonsentrasi menggunakan tenaga dalamnya. Dia arahkan telunjuknya ke dahi lalu ke dada anak yang ada dalam gendongannya.Dia gerakkan jari tersebut seolah tengah menuliskan sesuatu. Lalu, ia pukulkan telapak tangannya ke dada si anak.DEG!Anak kecil itu pingsan. Bersamaan dengan hal tersebut, keluar darah dari ujung mulut sang ratu.“Ratu! aLin Yi dan Xiao Jiang tidak memalingkan pandangan mereka dari sosok Bai Jia yang saat ini semakin dalam memasuki alam spiritual. Tampak wajah Xiao Jiang yang sedikit cemas melihat perubahan raut wajah Bai Jia.“Jangan khawatir!” pinta Lin Yi pada istrinya, “aku yakin dia bisa mengatasi semuanya sendiri. Bai Jia bukan orang biasa yang kebetulan memiliki energi iblis. Dia bukan orang biasa, Xiao Jiang.”Xiao Jiang lantas menunjuk Pedang Surga yang tergeletak di depan Bai Jia. Dia penasaran dengan pedang tersebut, yang seolah memiliki energi magis yang mampu menarik dan mengikatnya.“Kamu penasaran dengan pedang milik Bai Jia?” tanya Lin Yi memastikan. Xiao Jiang mengangguk. “Kamu pasti bisa merasakan tarikan energi dari pedang itu saat bertarung dengan.”“Tepat,” batin Xiao Jiang. “Xiao Jiang, pedang itu adalah pedang yang oleh dunia persilatan disebut sebagai Pedang Surga.”Xiao Jiang menoleh terkejut. Dia ingin mema
Setelah beberapa waktu, akhirnya Bai Jia tiba di pondok milik Min Cun di hutan kapas. Terlihat asap mengepul dari halaman pondokan tersebut, di mana terdapat seorang kakek tua yang menyalakan tungku untuk memasak.“Aku kenal aroma ini, ini seperti aroma obat yang dulu pernah kuminum saat terluka,” ucap Bai Jia dalam batin. Bai Jia tahu bahwa saat ini Min Cun sedang terluka. Namun, dia masih tidak tahu separah apa luka sang guru. Selama ini tidak ada satu pun yang mau jujur dan memberitahunya. Rasa khawatir dan ingin tahu Bai Jia tidak bisa dibendung lagi. Hari ini dia harus mendapat penjelasan atas kondisi Min Cun serta pertanyaan lain yang bersarang di kepalanya sejak beberapa hari ini.Bai Jia menghampiri si kakek tua yang tengah memasak di halaman rumah kayu milik Min Cun. Kakek tua yang tidak lain adalah Dewa Weiqi itupun menatap ke arah datangnya Bai Jia. Dia sama sekali tidak terkejut dengan kedatangan Bai Jia. “Kau sud
Sebelum mendapat julukan sebagai Dewa Pedang Maha Tahu, Min Cun merupakan murid tekun dan pintar yang dimiliki Pagoda Sembilan Naga. Namun, meskipun demikian dia juga tidak ubahnya pemuda seumurannya yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan berapi-api yang seringkali justru dicap sebagai anak nakal oleh orang-orang tua di sekitarnya.Suatu ketika, langit berkehendak untuk mempertemukan Min Cun dengan seseorang yang memiliki sifat tidak jauh berbeda darinya, nakal dan suka kabur dari rumah. Min Cun remaja, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang pemuda seumurannya yang menyamar menjadi rakyat biasa demi bisa melihat dunia di luar batas negerinya.Keduanya bertemu saat sama-sama akan menangkap pencuri di pasar salah satu kota di Wuxia. Mereka yang tidak saling mengenal itu dengan cepat saling akrab dan saling menunjukkan kebolehan masing-masing dalam bela diri.“Namaku Lei Cun, senang bisa bertemu dengan orang seumuran denganku tapi sudah memiliki kemampuan hebat sepertimu!” ucap pemud
Keheningan hutan kapas terpecah oleh suara pedang Bai Jia yang membelah udara di sekitarnya. Ucapan Min Cun beberapa waktu lalu masih terngiang jelas di kepalanya. “Sepertinya, kau adalah putra Lei Cun ... kamulah pewaris sah tahta Diyu ....”Bai Jia tidak tahu harus bagaimana. Saat ini pikirannya sungguh kacau. Dia tidak bisa menerimanya, bagaimana bisa dia berasal dari klan yang sangat ia benci.“Menurutmu baik-baik saja membiarkan dia seperti ini?” tanya Wei Qi.Min Cun menjawab, “Cepat atau lambat hal ini tetap akan terjadi.”“Bagaimana jika kau salah? bagaimana jika Bai Jia bukan putra sahabatmu itu?”Min Cun diam. Sejujurnya dia tidak tahu bagaimana nantinya jika ia salah. Hanya saja, instingnya kuat kali ini. Sisi terdalam Min Cun sungguh meyakini bahwa Bai Jia memanglah putra Lei Cun yang dibawa pergi permaisuri Diyu sebelum penyerbuan Hou Cun terjadi.Bai Jia, dia tidak percaya jika dirinya adalah bagian dari Diyu terlebih keturunan dari para raja, akan tetapi tubuhnya sendi
Tiba-tiba terdengar suara seruling di tengah pertempuran antara para pendekar Shengren dengan para prajurit Diyu. Lou Yin mengedarkan pandangannya untuk mencari dari mana sumber suara yang menginterupsi pertempuran itu berasal. Lalu, didapatilah seseorang dengan pakaian serba hitam dan topeng hitamnya tengah duduk di salah satu atap bangunan sembari meniup seruling. “Hey, kau pengecut, turunlah!” teriak Lou Yin.Bai Jia yang mendengar teriakan tersebut lantas menghentikan permainan serulingnya. “Kau bicara padaku?” balas Bai Jia dengan suara yang mampu didengar oleh Lou Yin. “Siapa kau beraninya mengganggu di sini?” teriak Lou Yin lagi.“Mengganggu?”—Bai Jia berdiri—“siapa? ... aku?”—menunjuk dirinya sendiri. Bai Jia pun tertawa. “Seorang pengganggu memang tidak pernah sadar bahwa dirinya mengganggu,” sindirnya.“Banyak omong! cepat turun jika memang nyalimu besar! agar cepat kau ku habisi.”Salah satu sudut bibir Bai Jia terangkat. “Mari kita lihat siapa yang menghabisi siapa!”Bai
~Sehari sebelum pertarungan Bai Jia dengan Lou Yin~Begitu menginjakkan kaki di Shengren, Bai Jia menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi bekas perguruan Lotus Putih. Hatinya bak teriris ketika melihat yang tersisa dari bangunan perguruannya hanyalah pondasinya saja.Berada di sana membuat Bai Jia kembali mengingat kehidupan masa lalunya. Meskipun sebagian besar hidupnya selalu dirundung, akan tetapi tidak sedikit pula kenangan manis tercipta di tempat itu. Kenangan terlama Bai Jia yang bisa dia ingat adalah bermain bersama dengan Tao Jin di halaman Lotus Putih. Senyum kakek gurunya itu masih bisa Bai Jia ingat dengan jelas. Tangan Bai Jia mengepal dengan sendirinya. “Lihatlah bagaimana aku akan membalas orang-orang Diyu itu, Kakek!”~Setelah kekacauan di Shengren mereda siang tadi, kini situasi di penginapan para pendekar yang ada di dalam istana terlihat cukup sepi. Para pendekar saat ini tengah beristirahat untuk memulihkan tenaga.Sementara itu, Bai Jia yang masih belum
~Sembilan belas tahun lalu~Kerajaan Diyu berada dalam keadaan suka cita karena kelahiran putra dari raja mereka yang kelak akan menjadi pewaris tahta Diyu. Namun, kebahagiaan itu rupanya tidak dirasa oleh salah satu anggota kerajaan.Hou Cun, adik dari sang raja saat ini justru duduk termenung di ruangannya memikirkan pemberontakan. Sembari memainkan dua batu kerikil di tangannya, dia memikirkan cara untuk bisa menyingkirkan keluarga kecil kakaknya, Lei Cun.Nafsu Hou Cun untuk memiliki tahta raja Diyu muncul sejak dirinya masih remaja. Pemikirannya yang berseberangan dengan sang kakak dan para raja sebelumnya membuatnya semakin ingin merebut tahta dan membuat Diyu menjadi negeri yang ia inginkan.Hou Cun ingin mengulang kembali masa kejayaan Diyu di bawah kepemimpinannya. Namun, untuk mencapai itu dia harus menyingkirkan batu sandungan terbesarnya, yakni sang kakak yang menjadi raja Diyu saat ini dan sang putra mahkota yang baru saja lahir.“Pangeran, sudah waktunya menyapa raja dan
BUGH! ... BUGH!Hou Cun murka, ketiga Jenderalnya yang tersisa kini menjadi sasaran amukannya. Dia marah karena ternyata selama ini para kaki tangannya itu menyembunyikan hal besar darinya.“Ampuni kami, Raja!” “Jika bukan karena aku masih membutuhkan kalian, sudah kupastikan kepala kalian terpisah dari badan!”Dou Yin dan dua jenderal lainnya bersujud di hadapan Hou Cun. “Terima kasih, Raja! terima kasih!”Hou Cun berusaha meredam amarahnya. Kemudian, dia berkata, “Kuberi kalian satu kesempatan untuk menebus kesalahan. Bawa laki-laki yang mengaku sebagai Xing Gui Tian itu ke hadapanku ... hidup atau mati!”“B-baik, baik, Raja!”“Sekarang pergi kalian dari hadapanku!” usir Hou Cun.Selepas kepergian ketiga jenderalnya, Hou Cun mengepalkan kedua tangannya. Meskipun belum pasti apakah Xing Gui Tian yang dimaksud oleh Lou Yin adalah Gui Tian keponakannya, hal itu nyatanya sudah sangat mampu membuat Hou Cun gusar.Dari pernyataan para jenderal kepercayaannya tadi, mereka yakin bahwa suda