Tiba-tiba terdengar suara seruling di tengah pertempuran antara para pendekar Shengren dengan para prajurit Diyu. Lou Yin mengedarkan pandangannya untuk mencari dari mana sumber suara yang menginterupsi pertempuran itu berasal. Lalu, didapatilah seseorang dengan pakaian serba hitam dan topeng hitamnya tengah duduk di salah satu atap bangunan sembari meniup seruling. “Hey, kau pengecut, turunlah!” teriak Lou Yin.Bai Jia yang mendengar teriakan tersebut lantas menghentikan permainan serulingnya. “Kau bicara padaku?” balas Bai Jia dengan suara yang mampu didengar oleh Lou Yin. “Siapa kau beraninya mengganggu di sini?” teriak Lou Yin lagi.“Mengganggu?”—Bai Jia berdiri—“siapa? ... aku?”—menunjuk dirinya sendiri. Bai Jia pun tertawa. “Seorang pengganggu memang tidak pernah sadar bahwa dirinya mengganggu,” sindirnya.“Banyak omong! cepat turun jika memang nyalimu besar! agar cepat kau ku habisi.”Salah satu sudut bibir Bai Jia terangkat. “Mari kita lihat siapa yang menghabisi siapa!”Bai
~Sehari sebelum pertarungan Bai Jia dengan Lou Yin~Begitu menginjakkan kaki di Shengren, Bai Jia menggunakan kesempatan itu untuk mengunjungi bekas perguruan Lotus Putih. Hatinya bak teriris ketika melihat yang tersisa dari bangunan perguruannya hanyalah pondasinya saja.Berada di sana membuat Bai Jia kembali mengingat kehidupan masa lalunya. Meskipun sebagian besar hidupnya selalu dirundung, akan tetapi tidak sedikit pula kenangan manis tercipta di tempat itu. Kenangan terlama Bai Jia yang bisa dia ingat adalah bermain bersama dengan Tao Jin di halaman Lotus Putih. Senyum kakek gurunya itu masih bisa Bai Jia ingat dengan jelas. Tangan Bai Jia mengepal dengan sendirinya. “Lihatlah bagaimana aku akan membalas orang-orang Diyu itu, Kakek!”~Setelah kekacauan di Shengren mereda siang tadi, kini situasi di penginapan para pendekar yang ada di dalam istana terlihat cukup sepi. Para pendekar saat ini tengah beristirahat untuk memulihkan tenaga.Sementara itu, Bai Jia yang masih belum
~Sembilan belas tahun lalu~Kerajaan Diyu berada dalam keadaan suka cita karena kelahiran putra dari raja mereka yang kelak akan menjadi pewaris tahta Diyu. Namun, kebahagiaan itu rupanya tidak dirasa oleh salah satu anggota kerajaan.Hou Cun, adik dari sang raja saat ini justru duduk termenung di ruangannya memikirkan pemberontakan. Sembari memainkan dua batu kerikil di tangannya, dia memikirkan cara untuk bisa menyingkirkan keluarga kecil kakaknya, Lei Cun.Nafsu Hou Cun untuk memiliki tahta raja Diyu muncul sejak dirinya masih remaja. Pemikirannya yang berseberangan dengan sang kakak dan para raja sebelumnya membuatnya semakin ingin merebut tahta dan membuat Diyu menjadi negeri yang ia inginkan.Hou Cun ingin mengulang kembali masa kejayaan Diyu di bawah kepemimpinannya. Namun, untuk mencapai itu dia harus menyingkirkan batu sandungan terbesarnya, yakni sang kakak yang menjadi raja Diyu saat ini dan sang putra mahkota yang baru saja lahir.“Pangeran, sudah waktunya menyapa raja dan
BUGH! ... BUGH!Hou Cun murka, ketiga Jenderalnya yang tersisa kini menjadi sasaran amukannya. Dia marah karena ternyata selama ini para kaki tangannya itu menyembunyikan hal besar darinya.“Ampuni kami, Raja!” “Jika bukan karena aku masih membutuhkan kalian, sudah kupastikan kepala kalian terpisah dari badan!”Dou Yin dan dua jenderal lainnya bersujud di hadapan Hou Cun. “Terima kasih, Raja! terima kasih!”Hou Cun berusaha meredam amarahnya. Kemudian, dia berkata, “Kuberi kalian satu kesempatan untuk menebus kesalahan. Bawa laki-laki yang mengaku sebagai Xing Gui Tian itu ke hadapanku ... hidup atau mati!”“B-baik, baik, Raja!”“Sekarang pergi kalian dari hadapanku!” usir Hou Cun.Selepas kepergian ketiga jenderalnya, Hou Cun mengepalkan kedua tangannya. Meskipun belum pasti apakah Xing Gui Tian yang dimaksud oleh Lou Yin adalah Gui Tian keponakannya, hal itu nyatanya sudah sangat mampu membuat Hou Cun gusar.Dari pernyataan para jenderal kepercayaannya tadi, mereka yakin bahwa suda
Bai Jia merasakan aura seseorang itu semakin dekat. Benar saja, tidak lama setelah itu terdengar suara daun terinjak yang jaraknya hanya beberapa meter darinya. Bai Jia bangkit sambil memegangi topengnya. Dia berbalik ke arah datangnya orang tersebut yang mana langsung menerima sebuah tinju. Untung saja Bai Jia dengan gesit menghindar, sehingga tinju itupun melesat melewati sisi wajahnya. Pada akhirnya pertarungan tidak terelakkan. Bai Jia dengan satu tangan melawan sosok tersebut, yang tidak lain adalah Rouku.“Apa ini? kenapa Kak Rouku tiba-tiba menyerangku?” batin Bai Jia.Pertarungan itu berlangsung tanpa ada senjata yang ikut bermain. Selama pertarungan Rouku bisa merasakan aliran energi yang begitu kuat di sekitar tubuh lawannya. “Orang yang hebat!” puji Rouku dalam batin. Setelah mencoba melawan pria asing bertopeng itu, kini Rouku mulai ragu dia Bai Jia. Walau hanya dengan satu tangan, tapi orang di hadapannya mampu mengimbangi jurus-jurus Lotus Putih-nya.Rouku kembali be
Bai Jia memasuki hutan bambu tidak jauh dari Perguruan Lotus Putih. Dia lantas berhenti tepat di depan batu nisan yang berjajar. “Guru, aku kembali,” ucap Bai Jia setelah membakar dupa dan memberi penghormatan.Di hutan itulah Bai Jia memakamkan Tao Jin dan para guru Lotus Putih. Setelah dulu diusir oleh Yue Er, sebelum menuju Wuxia, Bai Jia sempat kembali ke perguruan Lotus Putih untuk memakamkan jasad Tao Jin dan lainnya.Bai Jia tidak tahu apakah Yue Er sudah tahu tentang makam tersebut atau belum. Semenjak kembali ke wilayah barat dua hari lalu, dia masih belum melihat ada yang ke hutan bambu itu.Kalaupun Yue Er belum tahu, Bai Jia yakin setelah ini cepat atau lambat ia dan saudara yang lain pasti akan menemukannya.“Maafkan aku karena belum bisa membalas perbuatan orang-orang Diyu kepada kalian!” ucap Bai Jia di depan nisan Tao Jin. “Namun, kalian tidak perlu khawatir! kupastikan bahwa tidak lama lagi orang-orang Diyu itu akan mendapat ganjaran atas kejahatan yang mereka lakuka
“Suara seruling itu ....”Dou Yin dan pasukannya yang baru akan menuju Shengren kini berhenti di wilayah tak bertuan. Di saat mereka mendengar suara seruling yang sebelumnya pernah mereka dengar. “Hey, bocah tengik, keluar kau!” teriak Dou Yin.Bai Jia yang mendengarnya lantas menghentikan permainan serulingnya. Dia menyeringai dan sesuai permintaan langsung menunjukkan keberadaan dirinya.Bai Jia melompat turun dari cabang pohon yang berada tepat di samping Dou Yin. Suara pakaian Bai Jia yang terhempas angin membuat Dou Yin sadar bahwa Bai Jia ada tepat di atasnya.Dou Yin segera mendongak untuk memastikannya. Benar saja, dia melihat Bai Jia tersenyum padanya. Dou Yin segera bergeser untuk menghindar. “Berengsek!” umpatnya.“Jadi, kau mau membawa pasukanmu pergi ke mana?” tanya Bai Jia begitu menapakkan kakinya di tanah, “oh, jangan katakan kalian mau kembali ke Shengren untuk mencariku!” ucapnya sedikit tengil, “kenapa? apa tebakanku benar? raja kalian menginginkanku?”“Tidak perl
Setibanya di Istana Diyu, Bai Jia segera dibawa dan dikurung di penjara bawah tanah. Sementara itu, Dou Yin menghadap Hou Cun dengan membawa pedang milik Bai Jia.Dou Yin menyerahkan pedang itu kepada Hou Cun. “Jadi, ini pedang yang mampu melenyapkan para keturunan iblis?” tanya Hou Cun.“Benar, Raja,” jawab Dou Yin.Hou Cun lantas menarik sedikit pedang itu dari wadahnya. Pedang tersebut memancarkan cahaya yang cukup menyilaukan dibarengi dengan energi aneh yang mampu membuat Hou Cun cemas.Ccepa-cepat Hou Cun memasukkan pedang itu kembali ke wadahnya. Setelah melihat dan merasakan sendiri, kini dia yakin bahwa pedang yang saat ini ditangannya adalah benar Pedang Surga. “Kurang ajar!” umpat Hou Cun lirih, “jadi, pemuda itu seorang kesatria suci? ... di mana pemuda pemilik pedang ini sekarang?” tanyanya kemudian pada Dou Yin.“Dia berada di penjara bawah tanah, Raja.” Hou Cun bangkit dari singgasananya. Dia hendak menemui si pemuda yang dimaksud.Di sisi lain, setelah dimasukkan ke