Bai Jia memasuki hutan bambu tidak jauh dari Perguruan Lotus Putih. Dia lantas berhenti tepat di depan batu nisan yang berjajar. “Guru, aku kembali,” ucap Bai Jia setelah membakar dupa dan memberi penghormatan.Di hutan itulah Bai Jia memakamkan Tao Jin dan para guru Lotus Putih. Setelah dulu diusir oleh Yue Er, sebelum menuju Wuxia, Bai Jia sempat kembali ke perguruan Lotus Putih untuk memakamkan jasad Tao Jin dan lainnya.Bai Jia tidak tahu apakah Yue Er sudah tahu tentang makam tersebut atau belum. Semenjak kembali ke wilayah barat dua hari lalu, dia masih belum melihat ada yang ke hutan bambu itu.Kalaupun Yue Er belum tahu, Bai Jia yakin setelah ini cepat atau lambat ia dan saudara yang lain pasti akan menemukannya.“Maafkan aku karena belum bisa membalas perbuatan orang-orang Diyu kepada kalian!” ucap Bai Jia di depan nisan Tao Jin. “Namun, kalian tidak perlu khawatir! kupastikan bahwa tidak lama lagi orang-orang Diyu itu akan mendapat ganjaran atas kejahatan yang mereka lakuka
“Suara seruling itu ....”Dou Yin dan pasukannya yang baru akan menuju Shengren kini berhenti di wilayah tak bertuan. Di saat mereka mendengar suara seruling yang sebelumnya pernah mereka dengar. “Hey, bocah tengik, keluar kau!” teriak Dou Yin.Bai Jia yang mendengarnya lantas menghentikan permainan serulingnya. Dia menyeringai dan sesuai permintaan langsung menunjukkan keberadaan dirinya.Bai Jia melompat turun dari cabang pohon yang berada tepat di samping Dou Yin. Suara pakaian Bai Jia yang terhempas angin membuat Dou Yin sadar bahwa Bai Jia ada tepat di atasnya.Dou Yin segera mendongak untuk memastikannya. Benar saja, dia melihat Bai Jia tersenyum padanya. Dou Yin segera bergeser untuk menghindar. “Berengsek!” umpatnya.“Jadi, kau mau membawa pasukanmu pergi ke mana?” tanya Bai Jia begitu menapakkan kakinya di tanah, “oh, jangan katakan kalian mau kembali ke Shengren untuk mencariku!” ucapnya sedikit tengil, “kenapa? apa tebakanku benar? raja kalian menginginkanku?”“Tidak perl
Setibanya di Istana Diyu, Bai Jia segera dibawa dan dikurung di penjara bawah tanah. Sementara itu, Dou Yin menghadap Hou Cun dengan membawa pedang milik Bai Jia.Dou Yin menyerahkan pedang itu kepada Hou Cun. “Jadi, ini pedang yang mampu melenyapkan para keturunan iblis?” tanya Hou Cun.“Benar, Raja,” jawab Dou Yin.Hou Cun lantas menarik sedikit pedang itu dari wadahnya. Pedang tersebut memancarkan cahaya yang cukup menyilaukan dibarengi dengan energi aneh yang mampu membuat Hou Cun cemas.Ccepa-cepat Hou Cun memasukkan pedang itu kembali ke wadahnya. Setelah melihat dan merasakan sendiri, kini dia yakin bahwa pedang yang saat ini ditangannya adalah benar Pedang Surga. “Kurang ajar!” umpat Hou Cun lirih, “jadi, pemuda itu seorang kesatria suci? ... di mana pemuda pemilik pedang ini sekarang?” tanyanya kemudian pada Dou Yin.“Dia berada di penjara bawah tanah, Raja.” Hou Cun bangkit dari singgasananya. Dia hendak menemui si pemuda yang dimaksud.Di sisi lain, setelah dimasukkan ke
“Ku-rang a-jar!”—Hou Cun mengepalkan tangannya sangat erat—“siapa kau sebenarnya?”“Apa jenderalmu itu tidak menyampaikan pesanku padamu? apa dia tidak menyebut nama orang yang telah membunuhnya?” tanya Bai Jia dengan masih bersikap tengil.“Maksudmu, kau ini Xing Gui Tian?”—mimik wajah serius Hou Cun seketika berubah mencemooh sambil tertawa terbahak—“hah, bodoh! Gui Tian sudah ada di neraka bersama ibunya.”“Tidak kusangka, ternyata raja Diyu saat ini begitu bodoh!”—Bai Jia balik mencemooh.“Berengsek! beraninya kau mencelaku seperti itu!”“Kenapa tidak? jika kenyataannya saja memang seperti itu.”“Sebaiknya kau tutup mulutmu itu! atau, aku sendiri yang akan memaksamu menutup mulut.”Hou Cun mengambil langkah lebih dulu untuk menyerang. Kali ini sudah tidak ada lagi senjata di tangan mereka. Bai Jia dan Hou Cun, mereka bertarung dengan tangan kosong. “Ha!”“Hiya!”HUP! SR
Hou Cun mengamuk dan hampir menghancurkan seisi ruangannya. Dia kesal setelah terpaksa harus mengalah dari Bai Jia.“Ha ...!”PYAR!Tidak ada yang berani menenangkan. Di dalam kondisi seperti ini orang yang berusaha meredam amarah sang raja bisa-bisa justru jadi target amukan.“Jadi, dia sungguh anak Lei Cun?”—tangan Hou Cun mengepal erat—“mustahil sekali! jika memang benar, lantas bagaimana bisa dia memiliki Pedang Surga? ... sungguh tidak bisa dibiarkan.”Hou Cun mencoba meredam amarah dan mulai memikirkan cara untuk mengatasi Bai Jia. Dia tidak bisa membiarkan pemuda itu mengancam posisinya. Bai Jia, dia harus lenyap. Namun, sebelum itu Hou Cun harus lebih dulu mendapatkan kitab iblis yang dimiliki Bai Jia.Demi mencapai hal tersebut, malam ini Hou Cun menggunakan waktu meditasinya di paviliun Yin untuk menenangkan diri dan menyusun rencana. Seperti yang dikatakan beberapa prajurit sebelumny
Setelah menerima pesan dari Bai Jia, Min Cun pun kembali ke ibu kota. Dia bersama dengan Wei Qi menuju istana untuk menemui kaisar. Salah seorang murid di Pagoda Sembilan Naga mengabarkan hal itu pada Yuan Zi. “Kakak, Guru mengirim pesan dan memintamu pergi ke istana.”Yuan Zi menerima surat yang diberikan oleh adik seperguruannya itu lalu membacanya. Pesan lain yang tertera di sana ialah bahwa dia akan tahu semuanya setelah berada di istana.Usai membacanya, Yuan Zi tahu bahwa pasti ada hal penting yang tengah terjadi. Dia kemudian menitipkan pagoda kepada saudaranya yang lain dan bergegas menuju Istana Wuxia.Selama ini, meskipun dia selalu membantu dan menjadi tangan kanan sang guru, Yuan Zi tidak pernah sedikit pun diberi tahu tentang rahasia dan rencana yang sedang dilakukan gurunya. Namun, meskipun begitu Yuan Zi tahu satu hal yang pasti, bahwa sang guru sedang melakukan hal besar dan hal besar itu berhubungan dengan Bai Jia.
Seperti yang diminta oleh Dou Yin, saat ini Bai Jia berlari ke arah utara Diyu. Dia mengendap-endap berusaha agar tidak menarik perhatian orang di sana.Pada saat Bai Jia melewati jalan besar kota, dia melihat ada tentara Diyu yang tengah berpatroli. Dia berencana untuk berbalik demi menghindari mereka. Namun, tiba-tiba seseorang menariknya untuk bersembunyi di sela rumah yang ada di sana. Bai Jia terkejut pinggang dan tengkuknya direngkuh oleh seseorang yang menariknya tadi, yang mana ia yakini sebagai seorang perempuan. Tubuh yang tidak lebih tinggi dari Bai Jia tersebut memposisikan Bai Jia untuk memunggungi jalanan dengan dia yang berlindung di balik badan tegap itu.Selama beberapa saat mereka bertahan dalam posisi tersebut. Tidak adanya jarak di antara keduanya membuat Bai Jia merasa sedikit canggung.“Mereka sudah pergi,” ucap perempuan itu kemudian.Mengetahui hal itu, Bai Jia bergegas mundur untuk menjauh. Sekrang pandangannya s
Setelah pertemuan dengan keluarga Wen dan mendengar cerita dari mereka tentang kondisi Diyu yang sebenarnya, Bai Jia kini melihat langsung bukti nyatanya. Ternyata, di balik Diyu yang mampu menjajah dan mengobrak-abrik negeri lain, ada rakyatnya yang menanggung kesengsaraan. Rakyat Diyu dipaksa bekerja untuk istana demi menunjang peperangan. Para pemuda dipaksa menjadi tentara perang, para orang tua dipaksa untuk mengurus keperluan perang, sedangkan para wanita muda yang tidak mampu menjadi tentara dijadikan penghibur mereka yang berperang.Di tengah perjalan Bai Jia dan Wen Fei Yi di wilayah timur Diyu, ada satu orang yang dihampiri oleh mereka. Seorang kakek tua dengan tubuh ringkih yang masih berusaha mengangkat beban berat.“Tuan, bagaimana keadaan Anda?” tanya Fei Yi pada pria tua itu.Si kakek langsung menurunkan pikulannya dan memberi hormat pada satu-satunya putri keluarga Wen tersebut. Dia lantas memberi jawaban untuk pertanyaan Fei Yi.“Saya baik, Nona Wen, terima kasih ata