“Ku-rang a-jar!”—Hou Cun mengepalkan tangannya sangat erat—“siapa kau sebenarnya?”
“Apa jenderalmu itu tidak menyampaikan pesanku padamu? apa dia tidak menyebut nama orang yang telah membunuhnya?” tanya Bai Jia dengan masih bersikap tengil.“Maksudmu, kau ini Xing Gui Tian?”—mimik wajah serius Hou Cun seketika berubah mencemooh sambil tertawa terbahak—“hah, bodoh! Gui Tian sudah ada di neraka bersama ibunya.”“Tidak kusangka, ternyata raja Diyu saat ini begitu bodoh!”—Bai Jia balik mencemooh.“Berengsek! beraninya kau mencelaku seperti itu!”“Kenapa tidak? jika kenyataannya saja memang seperti itu.”“Sebaiknya kau tutup mulutmu itu! atau, aku sendiri yang akan memaksamu menutup mulut.”Hou Cun mengambil langkah lebih dulu untuk menyerang. Kali ini sudah tidak ada lagi senjata di tangan mereka. Bai Jia dan Hou Cun, mereka bertarung dengan tangan kosong.“Ha!”“Hiya!”HUP! SRHou Cun mengamuk dan hampir menghancurkan seisi ruangannya. Dia kesal setelah terpaksa harus mengalah dari Bai Jia.“Ha ...!”PYAR!Tidak ada yang berani menenangkan. Di dalam kondisi seperti ini orang yang berusaha meredam amarah sang raja bisa-bisa justru jadi target amukan.“Jadi, dia sungguh anak Lei Cun?”—tangan Hou Cun mengepal erat—“mustahil sekali! jika memang benar, lantas bagaimana bisa dia memiliki Pedang Surga? ... sungguh tidak bisa dibiarkan.”Hou Cun mencoba meredam amarah dan mulai memikirkan cara untuk mengatasi Bai Jia. Dia tidak bisa membiarkan pemuda itu mengancam posisinya. Bai Jia, dia harus lenyap. Namun, sebelum itu Hou Cun harus lebih dulu mendapatkan kitab iblis yang dimiliki Bai Jia.Demi mencapai hal tersebut, malam ini Hou Cun menggunakan waktu meditasinya di paviliun Yin untuk menenangkan diri dan menyusun rencana. Seperti yang dikatakan beberapa prajurit sebelumny
Setelah menerima pesan dari Bai Jia, Min Cun pun kembali ke ibu kota. Dia bersama dengan Wei Qi menuju istana untuk menemui kaisar. Salah seorang murid di Pagoda Sembilan Naga mengabarkan hal itu pada Yuan Zi. “Kakak, Guru mengirim pesan dan memintamu pergi ke istana.”Yuan Zi menerima surat yang diberikan oleh adik seperguruannya itu lalu membacanya. Pesan lain yang tertera di sana ialah bahwa dia akan tahu semuanya setelah berada di istana.Usai membacanya, Yuan Zi tahu bahwa pasti ada hal penting yang tengah terjadi. Dia kemudian menitipkan pagoda kepada saudaranya yang lain dan bergegas menuju Istana Wuxia.Selama ini, meskipun dia selalu membantu dan menjadi tangan kanan sang guru, Yuan Zi tidak pernah sedikit pun diberi tahu tentang rahasia dan rencana yang sedang dilakukan gurunya. Namun, meskipun begitu Yuan Zi tahu satu hal yang pasti, bahwa sang guru sedang melakukan hal besar dan hal besar itu berhubungan dengan Bai Jia.
Seperti yang diminta oleh Dou Yin, saat ini Bai Jia berlari ke arah utara Diyu. Dia mengendap-endap berusaha agar tidak menarik perhatian orang di sana.Pada saat Bai Jia melewati jalan besar kota, dia melihat ada tentara Diyu yang tengah berpatroli. Dia berencana untuk berbalik demi menghindari mereka. Namun, tiba-tiba seseorang menariknya untuk bersembunyi di sela rumah yang ada di sana. Bai Jia terkejut pinggang dan tengkuknya direngkuh oleh seseorang yang menariknya tadi, yang mana ia yakini sebagai seorang perempuan. Tubuh yang tidak lebih tinggi dari Bai Jia tersebut memposisikan Bai Jia untuk memunggungi jalanan dengan dia yang berlindung di balik badan tegap itu.Selama beberapa saat mereka bertahan dalam posisi tersebut. Tidak adanya jarak di antara keduanya membuat Bai Jia merasa sedikit canggung.“Mereka sudah pergi,” ucap perempuan itu kemudian.Mengetahui hal itu, Bai Jia bergegas mundur untuk menjauh. Sekrang pandangannya s
Setelah pertemuan dengan keluarga Wen dan mendengar cerita dari mereka tentang kondisi Diyu yang sebenarnya, Bai Jia kini melihat langsung bukti nyatanya. Ternyata, di balik Diyu yang mampu menjajah dan mengobrak-abrik negeri lain, ada rakyatnya yang menanggung kesengsaraan. Rakyat Diyu dipaksa bekerja untuk istana demi menunjang peperangan. Para pemuda dipaksa menjadi tentara perang, para orang tua dipaksa untuk mengurus keperluan perang, sedangkan para wanita muda yang tidak mampu menjadi tentara dijadikan penghibur mereka yang berperang.Di tengah perjalan Bai Jia dan Wen Fei Yi di wilayah timur Diyu, ada satu orang yang dihampiri oleh mereka. Seorang kakek tua dengan tubuh ringkih yang masih berusaha mengangkat beban berat.“Tuan, bagaimana keadaan Anda?” tanya Fei Yi pada pria tua itu.Si kakek langsung menurunkan pikulannya dan memberi hormat pada satu-satunya putri keluarga Wen tersebut. Dia lantas memberi jawaban untuk pertanyaan Fei Yi.“Saya baik, Nona Wen, terima kasih ata
Yue Er saat ini sedang berdiri termenung di depan penginapannya di Wuxia. Pembahasan pada pertemuan siang tadi terus mengganggu pikirannya. “Adik Yue!”Panggilan itu membuat Yue Er sedikit tersentak. “Oh, Kakak Rouku.”“Apa yang membuatmu risau sampai melamun seperti ini?”“Ah, tidak, aku ... aku hanya sedikit terganggu dengan beberapa hal.”“Apa ini mengenai Pendekar Gui Tian?” tebak Rouku, dan diamnya Yue Er sudah cukup sebagai jawabnya. “Kamu pasti kecewa mendengar Pendekar Gui Tian berasal dari Diyu.”“Aku sampai kapan pun tidak akan pernah mengampuni orang-orang Diyu,” ucap Yue Er dengan amarah yang tertahan.“Tapi, Adik Yue, dia pemilik dari Pedang Surga yang ditakdirkan untuk menghancurkan Diyu.”“Apa menurut Kakak, seseorang dari bangsa iblis bisa menjadi penegak kebenaran? pendekar Gui Tian, aku meragukannya, sekalipun dia terlihat seperti orang baik.”Rouku mengangguk-angguk sebagai tanda bahwa ia setuju dengan Yue Er. Dia lantas bertanya kepada adik seperguruan yang juga k
Sebelum Bai Jia pergi ke Diyu beberapa waktu lalu, Min Cun sempat bercerita tentang keempat orang yang diserahi kitab iblis oleh Lei Cun. Namun, tidak ada satu pun dari keempat orang tersebut yang saling mengenal. Lei Cun sungguh berusaha agar keempat kitab iblis tidak bisa disatukan, sampai identitas pembawanya pun dirahasiakan. Hal itu bukanlah tanpa dasar, kitab yang berisi tentang strategi perang, ilmu abadi, jurus penguasaan gudang senjata neraka, serta ilmu penguasaan langit dan neraka, keempatnya tidak boleh disimpan di satu tempat. Jika sampai keempat kitab ditemukan dan jatuh ke tangan orang yang salah, maka akan sangat membahayakan. Sementara itu, beberapa waktu lalu saat di kediaman bangsawan Wen, Bai Jia mendapati sebuah fakta baru mengenai orang yang membawa kitab iblis, yakni fakta mengenai alasan Hou Cun yang menyerang Lotus Putih. Ternyata, alasannya tidak lain adalah karena adanya kitab iblis di sana. Bai Jia tentu saja terkejut saat mendengar penjelasan Wen Xiu Ji
Bai Jia dengan bermodalkan petunjuk yang sangat sedikit pada akhirnya mulai bergerak mencari kitab iblis. Pengembaraannya kali ini tidak dia lakukan sendiri, melainkan ditemani oleh Yuan Zi. “Apa benar ini tempatnya?” tanya Bai Jia.Yuan Zi menjawab, “Dari ciri-cirinya, sepertinya iya.”Saat ini keduanya tengah berada di sebuah kaki gunung berapi dengan puncak yang diselimuti oleh es. Gunung itu oleh orang-orang disebut sebagai Gunung Yin dan Yang karena perpaduan lava panas dan es-nya yang sangat dingin.Bai Jia dan Yuan Zi mendaki gunung tersebut. Melewati hutan dengan vegetasi lebat, kawasan berbatu tanpa tumbuhan, sampai akhirnya mereka menjumpai zona es pertama.“Kita sudah sampai di wilayah es,” ucap Yuan Zi.“Kira-kira, di mana letak pemukiman hantu itu?”—Bai Jia penasaran“Entahlah, tidak pernah ada yang bisa membuktikan kebenaran mengenai perkampungan hantu tersebut.”WUSH!Tiba-tiba datang badai besar dan terdengar suara gemuruh yang sangat keras. Ada longsoran es yang meng
Bai Jia dan Yuan Zi ditarik menuju tengah-tengah pemukiman penduduk yang sering disebut sebagai hantu Gunung Yin dan Yang. Mereka dipaksa berlutut di hadapan sang kepala suku.“Siapa dan dari mana asal kalian?” tanya seorang laki-laki berbadan besar yang merupakan kepala suku masyarakat hantu.“Kami datang dari Wuxia, kami adalah pendekar Pagoda Sembilan Naga,” jawab Yuan Zi.“Ah, ternyata murid-murid Dewa Pedang Maha Tahu.”Yuan Zi dan Bai Jia saling melirik. “Anda ... mengenal guru kami?” tanya Yuan Zi kemudian.“Tidak, aku hanya sering mendengar namanya, pemuda yang sebelumnya datang ke sini juga mengatakan bahwa dia murid Dewa Pedang,” jelas si kepala suku. Bai Jia dan Yuan Zi tahu bahwa yang dimaksud orang itu adalah saudara Hui mereka yang tengkoraknya ada di makam gua.“Jadi, kenapa kalian datang ke sini? apa kalian juga ingin menantangku sama seperti saudara seperguruan kalian itu? hati-hati! sehebat apapun kalian, kalian tidak akan bisa mengalahkanku di wilayah kekuasaanku i