Share

Bab 71

Penulis: Aina D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu pikir aku takut? Kamu sudah merebut semua milikku. Lihatlah putraku, darah dagingku, justru tertidur dengan pulas di pundakmu. Lihatlah bagaimana ia menolak ikut bersamaku saat kamu membawa bundanya berbulan madu dan meninggalkannya pada orang asing. Lihatlah bagaimana kamu merebut Hannan dan membawanya pergi dari lingkungan di mana ia tumbuh hingga dewasa dan melahirkan anak-anaknya. Lihatlah bagaimana kamu mengubah Hannan menjadi wanita yang suka keluyuran, padahal dulunya ia wanita sederhana yang lebih suka diam di dalam rumah bersama anak-anak kami.”

“Merebut milikmu? Kamu sadar apa yang kamu katakan tadi? Aku tak pernah merebut Hannan darimu. Justru kamulah yang membuangnya, kamu membuang berlian yang sangat berharga begitu saja dan aku menemukan kilaunya. Untuk urusan Zayn, aku tak pernah merebut posisimu dalam hatinya, baginya kamu adalah ayah kandungnya dan itu tak akan pernah bisa tergantikan. Aku hanya berusaha untuk menyayanginya. Kenapa? Karena aku mencintai ibunya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
thoer iiiiihhhh bikin melow.... seneng jika yg keluar Randy , Hannan dan Ray karena lucu lihat perdebatan mereka. dari pada si Dewi yg keluar bikin jembek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 72

    PoV Rayyan.Hari-hariku berjalan sangat indah setelah resmi menikah dengan Hannan. Hubunganku dan Papa pun semakin membaik, tidak lagi dingin seperti dulu. Hannan benar-benar membawa perubahan besar dalam hidupku. Ruanganku di lantai 7 Health Hospital juga sudah jarang kugunakan karena aku setiap hari pulang ke rumah utama. Hannan dan Zayn pun terlihat kerasan tinggal di sana. Rumah itu seakan hidup kembali oleh sentuhan tangan Hannan. Setelah bertahun-tahun sejak kepergian Ibuku rumah itu terasa mati dan hampa. Kini, tawa riang Zayn selalu terdengar di rumah besar itu. Meja makan pun tak pernah sepi dari berbagai menu makanan yang disuguhkan oleh Hannan dibantu oleh Bi Inah dan beberapa ART di rumah Papa.Rumah yang dulunya selalu membuat dadaku sesak ketika memasukinya, kini justru setiap hari kurindukan. Aku selalu tak sabar untuk pulang ke rumah di mana kecupan dan sambutan hangat Hannan selalu menyambutku. Papa pun terlihat semakin bersemangat menjalani hari-harinya. Meski masih

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 73

    Kudekap tubuh Hannan dari belakang, sambil mengendus-endus pipinya dengan ujung hidungku. Hannan menggeliat, ia terlihat sedang sibuk menyiapkan menu makan siang yang tadi dibawanya.“Sekarang udah boleh nyium kamu,” bisikku di dekat telinganya. Hannan memang sudah membuka jilbabnya dan menggulung rambutnya ke atas, membuat leher putih jenjangnya terpampang indah di depan mataku.“Mas! Lepasin! Aku sedang nyiapin makan siang kita.”“Tapi aku nggak lapar, Sayang. Aku justru lapar ingin memakanmu. Kamu seksi sekali,” gumamku sambil terus menenggelamkan wajahku di ceruk leher Hannan.“Mas! Ini makanannya ....”“Nanti aja, Bun. Kita urusin yang lain dulu, ya. Aku benar-benar nggak bisa nunggu,” pintaku tak membiarkan Hannan melanjutkan kalimatnya.Hannan pun pasrah. Inilah yang kusuka dari Hannan, ia selalu menomorsatukan aku, suaminya. Semua yang keluar dari bibirku seakan perintah bagi Hannan. Ia tak pernah membantah selama aku tak menyuruhnya melakukan yang aneh-aneh. Kemudian tempat t

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 74

    PoV Sherin.Bunyi dering ponselku mengalihkan perhatianku.[Gimana kabarmu, Sayang? Udah baikan? Maaf beberapa hari ini enggak sempat ke rumah menengokmu. Aku sedang mendampingi anak-anak muridku yang ikut lomba tingkat provinsi.]Pesan dari Tian. Hatiku mencelos, biasanya aku akan sangat bahagia jika lelaki itu mengirimiku pesan di sela-sela kesibukannya sebagai guru. Namun kali ini pesan darinya seolah mengingatkanku bahwa ada hubungan yang masih harus kuselesaikan dengannya.[Kabarku baik, Ti. Semoga sukses ya, lombanya.] Balasku.[Alhamdulillah kalau kamu udah baikan. Sudah masuk kerja?][Belum.][Itu artinya kamu belum benar-benar baik, Sher. Aku tau kamu orangnya selalu disiplin dalam bekerja.][Mungkin aku akan resign aja, Ti.]Tak lama kemudian ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk. Tian memanggil. Mungkin ia penasaran dengan isi pesanku yang terakhir tadi.[Kenapa resign, Sher? Apa ada masalah di tempat kerjamu?] tanyanya ketika sambungan telepon tersambung. Aku m

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 75

    Hari ini aku memberanikan diriku datang ke kantor. Bagaimana pun aku harus tetap profesional. Jika ingin mengundurkan diri, maka aku harus melakukannya dengan sopan, setidaknya aku harus melapor pada bagian HRD. Apalagi aku juga merasa aneh karena tak ada terguran ketidakdisiplinan dari bagian HRD. Padahal biasanya Bu Cici –Kepala HRD di perusahaan- selalu bersikap tegas jika ada karyawan yang tidak disiplin meninggalkan perkerjaan tanpa kabar. Terlebih lagi aku sudah hampir sebulan tak ada kabar.Tian juga semakin sibuk karena muridnya juara dalam lomba dan ia harus kembali mempersiapkan mereka untuk lomba ke tingkat berikutnya. Maka, sampai sekarang pun aku belum bicara padanya.Beberapa hari belakangan setelah mendengar nasihat Ibu, aku merasa sedikit punya kekuatan untuk kembali menata hidupku. Aku tak mungkin terus menerus terpuruk seperti ini. Aku juga tak ingin Ibu semakin bersedih melihatku terpuruk, terlebih Ibuku memang dalam kondisi sakit-sakitan. Saran Ibu agar aku bangun

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 76

    PoV Randy.Beberapa hari belakangan ini setelah Dewi keluar dari rumah sakit, aku kembali menekuni pekerjaanku di kantor. Selama Dewi dirawat di ruang VVIP Health Hospital, ia sama sekali tak memperbolehkan aku pergi dari sisinya. Maka semua pekerjaanku kulakukan di rumah sakit. Aldi, Asisten yang baru kurekrut untuk menggantikan Hans dalam sehari harus beberapa kali bolak-balik mengantarkan beberapa berkas pekerjaan. Begitu pun dengan Hera, karyawan yang ditunjuk HRD untuk menggantikan posisi Sherin untuk sementara waktu selama gadis itu belum memberi kabar apa pun.Terus terang saja, aku selalu tak merasa puas dengan hasil kerja keduanya sebagai tangan kananku. Padahal bekerja sama dengan Hans sebagai asistenku dan Sherin sebagai sekretarisku dulu sangat memuaskanku. Mereka berdua sangat profesinal dan teliti, serta sangat loyal padaku dan perusahaan sehingga pekerjaanku menjadi sangat mudah dan ringan. Tapi kini, aku telah kehilangan keduanya, sehingga setumpuk kontrak kerja membua

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 77

    Lelah setelah seharian menjalani beberapa pekerjaan membuatku merasa penat. Kulirik jam tanganku, masih ada beberapa jam sebelum waktunya pulang ke rumah. Aku berencana akan beristirahat sejenak di ruanganku. Sebenarnya aku bisa saja langsung pulang, namun entah mengapa aku merasa malas bertemu Dewi, belakangan ini wanita hamil itu terlalu banyak menuntut dan mengaturku.Dengan langkah gontai aku memasuki lift untuk menuju ke lantai 3 di mana ruanganku berada. Namun aku dikejutkan dengan pemandangan di depan mataku saat pintu lift terbuka di lantai 3. Di sana berdiri sosok yang belakangan ini sangat ingin kutemui.“Sherin,” gumamku seolah tak percaya jika gadis itu ada di sana.Ia terlihat pucat dan sedikit lebih kurus dari terakhir aku melihatnya. Kupindai penampilannya dari atas sampai ke bawah. Kupencet tombol lift agar pintunya tetap terbuka. Tak ada yang bergerak, aku memilih tetap di dalam lift, dan Sherin pun memilih tetap berdiri terpaku di depan pintu lift. Kuperhatikan tanga

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 78

    “Sssshh ... enggak apa-apa, Sher. Aku enggak akan menyakitimu lagi. Tenanglah, aku akan mengantarmu pulang.” Aku berbisik lembut pada Sherin.Dewi masih terus memberontak ingin melepaskan diri dari Pak Abdul, sekuriti yang menahannya. Aku semakin kebingungan ketika Sherin terlihat semakin pucat dan tubuhnya semakin gemetaran dalam pelukanku, sementara Dewi pun terlihat sudah kehabisan tenaga setelah tak mampu melepaskan dirinya.“Tega kamu, Mas. Aku istrimu, kenapa kamu justru memeluk wanita lain.” Kali ini Dewi terisak-isak.Tanpa kusadari area parkiran kini telah dipenuhi oleh para karyawanku yang sedang bersiap-siap hendak pulang ke rumah masing-masing, karena ini memang bertepatan dengan jam pulang kantor. Beberapa di antara mereka saling berbisik-bisik melihat insiden ini. Kulihat dari sudut mataku, Bu Cici melongo melihatku mendekap erat Sherin.“Kalian semua boleh pulang! Jangan menjadikan ini tontonan!” hardikku. Kemudian satu persatu dari mereka meninggalkan area parkiran. Be

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 79

    Kurengkuh bahunya, Dewi melawan. Namun aku sedikit memaksa hingga tanganku melingkar sempurna di pundaknya sebelum akhirnya aku menarik tubuhnya ke dalam dekapanku. Kemejaku yang baru saja kering dari air mata Sherin kini kembali basah oleh air mata Dewi, istriku.“Maafkan aku, Wi. Maafkan aku,” lirihku.“Sudah sejauh mana hubunganmu dengannya?” tanyanya tak kalah lirih. Aku merasa ada tangis yang sedang berusaha ditahannya.“Mas enggak ada hubungan apa-apa dengan Sherin. Hanya saja ....” Aku menghela napasku. Dewi menengadahkan wajahnya menungguku meneruskan kalimatku.“Hanya saja kenapa? Tak mungkin Mas melindunginya seprotektif tadi jika kalian tak ada hubungan apa-apa.”Aku terdiam.“Sejak kapan, Mas? Sejak kapan kamu mengkhianatiku? Sudah sejauh mana hubungan kalian?” Air mata Dewi kembali tumpah.“Sudah, jangan menangis. Aku enggak mau anakku kenapa-kenapa di dalam sini.” Kuusap perutnya. “Ada satu kejadian yang membuatku mau tak mau harus terhubung dengan Sherin. Aku berjanji a

Bab terbaru

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 149

    Sherin terkejut mendapati sebuah kotak kecil terselip pada buket bunga yang diberikan oleh Randy tadi. Ia baru memperhatikannya setelah randy berpamitan pulang dan ia masuk ke dalam rumahnya. Perlahan wanita itu membuka kotak kecil itu, mulutnya ternganga lebar melihat isi kotak. Sebuah cincin berlian bermata putih yang berkilau memanjakan mata. Benda kecil yang Sherin mungkin tak akan bisa menebak harganya, cincin keluaran brand perhiasan kelas internasional. Sungguh benda yang sangat mahal untuk wanita biasa sepertinya.“Cincin ini menandakan perasaan tulusku padamu, Sherin. Seprestisius benda ini, sedalam ini pula perasaanku padamu.”Begitu isi tulisan di kartu yang terselip di sana. Sherin menghela napas panjang, lalu teringat kotak pemberian Tian padanya. Buru-buru Sherin membuka tas nya dan mengeluarkan benda yang diambil Tian dari laci dashboard mobilnya tadi, yang tadi membuatnya merasa merinding dan memejamkan mata karena mengira Tian hendak menciumnya.Jantung Sherin berdeta

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 148

    “Pak Randy?!” pekik Sherin saat mendapati mantan suaminya duduk di kursi teras depan rumahnya dengan mata terpejam.Pria yang pernah menikahi Sherin itu terkejut membuka matanya.“Ah, aku tertidur,” gumamnya.“Pak Randy ngapain?” Sherin mulai merasa tak nyaman melihat buket bunga yang diletakkan pria itu di atas meja.“Selamat ulang tahun, Sherin!” Randy menyodorkan buket bunga padanya. Pria itu tersenyum dengan lebar.“Dari mana tadi?” tanyanya.Sherin tak menjawab.“Tadi aku ke kantormu tapi kata karyawanmu, kamu lagi keluar dengan seseorang.”Sherin mematung.“Tadi pergi dengan siapa?” Lagi-lagi Randy bertanya, tapi Sherin tak menjawabnya.“Terima kasih bunganya, Pak. Terima kasih juga ucapannya. Kalau nggak ada yang mau diomongkan lagi Bapak boleh pulang sekarang, aku lelah,” pintanya.Namun pria di depannya tertawa sumbang.“Aku boleh masuk, Sher?”“Nggak, Pak! Aku wanita single, apa kata orang nanti kalau melihat aku menerima tamu lelaki.”“Tapi aku sua ... aku mantan suamimu,

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 147

    Sherin diam mendengarkan.“Hingga akhirnya aku bertemu Dinda, dia kakak dari salah satu muridku. Dia sangat perhatian pada Syifa, dari Syifa umur setahun dia sudah dekat dengan gadis itu.”Sekali lagi ada nyeri yang menyusup di hati Sherin. Setelah tadi bercerita tentang istrinya, kini pria yang dicintainya itu bercerita tentang gadis lain.“Semua yang melihat kebersamaan kami mengira aku dan Dinda punya hubungan khusus. Mungkin juga termasuk kamu, Sherin.” Tian menatap.“Kenapa kamu tak memilih bersamanya, bukankah dia sudah dekat dengan Syifa?” tanya Sherin ragu-ragu.“Sejak kepergian Lia, prioritasku hidupku adalah Syifa. Dan melihat kedekatan Syifa dengan Dinda, terus terang saja aku pernah berpikir untuk menawarkan hubungan yang lebih serius padanya.”Hati Sherin kembali tergores mendengarnya.“Lalu kenapa tak kamu lakukan? Sepertinya Dinda juga menyukaimu.” Akhirnya Sherin menyebut nama gadis itu.Tian menggeleng.“Keyakinan kami berbeda, Sherin. Dinda penganut agama lain. Dia s

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 146

    Sepanjang perjalanan Sherin terus menyimpan banyak pertanyaan di dalam benaknya. Salah satunya adalah kendaraan roda empat yang tadi dipakai Tian untuk menjemputnya. Mungkin mobil Tian tak semahal mobil milik dr. Rayyan, suami atasannya, dah tak sekeren mobil milik Randy, mantan suami sirinya. Namun, memiliki kendaraan pribadi seperti ini bagi Sherin adalah prestasi mantan kekasihnya itu. Karena dulu, sewaktu dirinya dan Tian masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, hidup mereka sangat sederhana. Dulu, hanya kendaraan roda dua milik Tian yang setia menemani mereka berdua menjalani hari-hari memadu kasih.Impian mereka saat itu pun sangat sederhana, hanya ingin menikah dan hidup bersama saling memberi semangat dalam karir. Sherin tau, Tian hanyalah seorang guru biasa yang bahkan baru beberapa bulan sebelum hubungan mereka berakhir pria itu diangkat secara resmi sebagai guru tetap. Maka, jika Tian bisa memiliki kendaraan roda empat seperti saat ini, tentu lah pria yang sedang b

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 145

    Seminggu setelah bertemu Tian di lokasi outbond, tak ada komunikasi apa pun lagi di antara sepasang manusia yang pernah begitu dekat itu. Sherin yang awalnya menaruh harap, kini memilih membuang jauh-jauh harapan itu. Dia menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berharap sedang Tian hanya menegur dan menanyakan kabarnya. Bukan kah itu hal yang wajar dilakukan oleh seseorang setelah bertahun-tahun tak berjumpa? Bahkan Tian sama sekali tak menanyakan nomor ponselnya saat itu.Wanita yang sehari-harinya kini mengenakan jilbab itu beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri, menepis sisa-sisa tatapan Tian yang masih lekat di kepalanya. Tatapan mata yang menyembunyikan luka, mungkin luka karena ditinggal oleh istrinya. Betapa bodohnya pikirannya waktu itu yang dengan cepat menyimpulkan jika komunikasi keduanya akan terus berlanjut setelah pertemuan di area outbond. Pun betapa malunya ia pada Hannan ketika atasannya itu dengan mudah membaca pikirannya jika Sherin masih berh

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 144

    Kegiatan family day karyawan ZaZa berjalan lancar, meski Sherin sendiri tak begitu menikmatinya. Kehadiran sosok dari masa lalunya yang juga tengah berada di area outbond bersama rombongannya mengalihkan konsentrasi Sherin. Terlebih lagi, ada sesosok wanita yang selalu terlihat berada di dekat mantan kekasihnya itu. Wanita yang terlihat sangat dekat dengan bocah kecil bermata sendu seperti ayahnya.Kegelisahan Sherin tak luput dari perhatian Hannan. Hannan memang selalu menjadi wanita yang penuh perhatian. Meski disibukkan dengan mengurus ketiga buah hatinya, namun wanita tegar itu juga tak begitu saja mengabaikan karyawannya. Hannan tau apa yang menyebabkan Sherin gelisah, karena dia pun tadi sempat berpapasan dengan Tian yang diketahuinya adalah mantan kekasih Sherin. Maka wanita elegan itu mendatangi Sherin, karyawan sekaligus sahabatnya, sambil menggendong Zara.“Sher, kalau masih ada yang ingin dibicarakan atau ditanyakan sebaiknya temui dia. Tak baik menyimpan semuanya sendirian

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 143

    “Tadi anak ini kehilangan balonnya, Mbak. Terbang ke atas pohon tadi.” Sherin menjelaskan tanpa diminta.“Oh, iya. Terima kasih, ya, Mbak.”Si wanita cantik berkulit putih dengan rambut sebahu itu tersenyum pada Sherin, lalu kemudian meraih bocah kecil tadi dan menggendongnya.“Yuk, balik. Ayah nyariin Syifa loh. Eh ... itu ayah nyusul.” Wanita itu terus berucap sambil menggendong sang bocah.Sherin ikut menoleh saat mendengar suara seseorang dari arah belakangnya.“Syifa ... kok mainnya sampai jauh gini, Nak?”Sherin terkejut, bukan hanya kerena merasa tak asing dengan suara itu tapi tatapan mata pria yang baru saja datang itu mengunci pergerakannya. Sherin terpaku, tak dapat bergerak, apalagi berkata-kata. Pria yang baru datang itu pun sama terkejutnya dengan Sherin. Keduanya saling menatap beberapa saat seolah waktu sedang berhenti berputar bagi keduanya.“Sherin!”Kini Sherin tau kenapa tadi seolah mengenal tatapan mata di bocah yang menangis kehilangan balonnya.“Hai, Tian. Dia .

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 142

    Lima Tahun Kemudian.Hari ini seluruh karyawan ZaZa dia ajak oleh Hannan untuk rekreasi. ZaZa kini tak lagi hanya sekedar toko bakery, Hannan membeli beberapa unit ruko di deretan ZaZa bakery dan melebarkan usahanya dengan membuka swalayan dan butik yang semuanya diberi nama ZaZa. Hannan sendiri tak pernah turun tangan langsung tapi hanya memantau usaha yang dipercayakannya pada Sherin.Sherin pun kini menjelma menjadi wanita karir yang membawahi ratusan karyawan ZaZa. Wanita mandiri itu pun sudah mampu membeli rumah sendiri dan tak lagi tinggal di rumah yang diberikan Randy padanya. Sherin mengembalikan semuanya karena tak ingin terhubung lagi dengan mantan atasannya itu.Bagi Hannan, Sherin adalah tangan kanannya dalam bekerja memperluas usahanya sementara Hannan adalah otak utamanya. Perpaduan dua wanita pekerja keras membuahkan hasil yang gemilang di bawah nama ZaZa. Sherin bukan digaji tetap oleh Hannan, tapi digaji berdasarkan omzet yang dicapai oleh bisnis ZaZa. Maka, Sherin me

  • IZINKAN AKU MENDUA   Bab 141

    “Sher, please. Cuma kamu yang bisa menolongku. Tolong menikah lah dengan suamiku.” Dewi sengaja menyela sebelum Sherin menjawab.Sherin menghela napas. Dia masih ingat betapa berangnya wanita di hadapannya ini dulu ketika mengetahui Sherin mengandung anak suaminya. Betapa teganya wanita yang tak berdaya di hadapannya ini waktu itu memaksanya untuk menggugurkan kandungannya. Betapa berkuasanya seorang Dewi saat melemparkan segepok rupiah di hadapannya dan ibunya waktu itu. Betapa keangkuhan yang dulu nampak jelas pada wanita itu kini berubah menjadi kelemahan.“Sher, meski kamu tak mencintai Mas Randy, tapi setidaknya kalian pernah menikah dan kamu pernah mengandung bayinya. Aku ... aku tak bisa membayangkan jika dia harus bersama wanita lain lagi selain kamu, Sher.”Ternyata wanita di hadapan Sherin itu masih Dewi yang dulu. Dewi yang egois, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dia meminta Sherin kembali pada suaminya hanya agar suaminya tak melirik wanita lain lagi. Sungguh pemik

DMCA.com Protection Status