Share

Bab.2

Author: Sity Mariah
last update Last Updated: 2022-07-11 09:09:08

Pagi ini aku bangun jam 6. Menyambar handuk dan menuju kamar mandi. Namun, sepertinya Farida tidak ada. Kemana dia pagi-pagi begini

Aku mencarinya di dapur, tidak ada. Kucari di halaman belakang, juga tidak ada. Hanya ada jemuran yang berjejer rapi. Biasanya jam 5 pagi dia sudah membangunkan ku dengan berbagai cara.

Sekarang tidak lagi. Jemuran selalu sudah berjejer sepagi ini, dan Farida entah kemana. Aah, lebih baik aku mandi, jam setengah 8 aku harus segera berangkat.

Keluar dari kamar mandi, kulihat Farida sedang mengeluarkan barang-barang dari kantong kresek.

"Dek, kamu dari mana?"

"Dari pasar."

"Kok, gak minta antar Mas?"

"Aku bisa bawa motor sendiri, lebih cepet!"

Aku hanya mengangguk. Farida lalu mengeluarkan satu penggorengan baru.

"Kamu beli penggorengan baru, Dek?"

"Iyalah, penggorengan kemaren gosong! Mana bisa dipake lagi!"

Ya, kemarin saat kutinggal mandi, aku lupa mematikan kompor. Sampai penggorengan gosong, untung tidak terjadi kebakaran.

"Ya salah kamu, lagian mana pernah Mas nungguin jualan kamu!"

"Mas memang gak bisa diandalkan!" ketusnya. Ia lalu melengos. Aah dasar wanita, selalu merasa paling benar. Lantas aku ke kamar, bersiap untuk pergi bekerja. Setelah berpakaian rapi, aku kembali ke dapur.

Namun, di meja makan tidak ada apa-apa. Segelas susu jahe yang biasa Farida suguhkan tiap pagi pun tak ada. Aku menghela nafas, Farida kenapa sekarang seperti ini?

"Dek, bekal dan sarapan Mas kok gak ada?" Aku bertanya pada istriku yang sedang membereskan warungnya.

"Mas ada kasih uang?" tanyanya. Tangannya masih cekatan membersihkan kompor dan meja.

Aku tak menjawab, hanya mengusap tengkuk yang tidak gatal. Aku memang belum memberinya uang, sudah 10 hari aku belum memberikan nafkah padanya. Tapi 'kan ia juga tidak ada meminta, malah ia bisa membeli dispenser, motor, dan keperluan lain yang sudah habis.

"Mas beli saja di kantin pabrik! Uang 'kan dipegang Mas semua!" imbuhnya lagi.

Aku berbalik masuk rumah dengan gontai, kusambar tas kerjaku. Kemudian pergi ke dapur untuk sekadar minum. Saat tengah minum, ku lirik kresek belanjaan Farida banyak sekali. Lantas aku membukanya, hanya bahan-bahan untuk berjualan. Tapi, tunggu, mataku membulat sempurna, aku menemukan satu bungkus lontong ayam. Tega sekali Farida hanya membeli lontong ayam, itu 'kan makanan kesukaannya. Ia tidak membelikan nasi uduk kesukaan ku. Huh … mending kubawa saja lontong ayam ini. Cepat aku berpamitan pada istriku dan berangkat dengan motorku.

***

"Woy, tumben, seorang Risfan makan di kantin?" ucap Santo.

Saat sedang menikmati sarapan, datang kedua temanku. Santo dan Malik. 

Santo sudah menikah sama sepertiku, sedangkan Malik, dia jomblo sejati. Ya, dia masih asik sendiri. Padahal, jika dibandingkan dengan Santo, rupa Malik lebih tampan. Namun, jika dibandingkan denganku? Tentu aku yang lebih tampan dari mereka berdua.

"Farida lagi gak sempet masak!" jawabku cepat. Lantas ku teguk teh hangat yang terpaksa kupesan, karena istriku tidak menyiapkan apapun.

"Tumben? Bukannya Farida paling gesit soal masak?" Santo bertanya lagi tak percaya.

"Lagi gak sempet aja," jawabku lagi.

"Gak sempet, atau … lu gak kasih istri lu duit?" tuduh Santo.

Santo memang temanku yang paling kepo, berbeda dengan Malik yang sangat cuek dan dingin. Aku pun tak menjawab tuduhan Santo, karena yang dia tuduhkan adalah benar.

"Diam berarti bener, To!" celetuk Malik.

"Iyalah, sama kek istri gue. Kalo belum dikasih duit, gue cuma dimasakin tempe. Tapi, tetep gue makan. Karena gue sadar, duit yang nyisa cuma cukup buat beli tempe. Beda kalo gue udah kasih duit, apa aja dia masakin," imbuh Santo disertai tawa.

"Emang lu kasih istri lu berapa?" tanyaku pada Santo.

"Semua gaji, gue kasih!" jawabnya membuat ku menelan saliva. Semuanya dia bilang? Gajinya sebagai operator produksi sekitar 5 juta, dan dia bilang semuanya dia kasih pada istrinya. Malik hanya mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

"Istri lu pinter ngatur duit?" tanyaku lagi.

"Gue gak tahu, yang penting kebutuhan rumah, istri dan anak gue terpenuhi. Tapi, dia pernah bilang, kalau duit yang gue kasih gak semuanya habis. Dia masih bisa tabung meski hanya satu juta per bulan. Tapi gue gak masalah, asalkan istri dan anak bahagia gue mah," jelasnya.

"Terus istri dan anak lu bahagia gak?" Kali ini Malik yang bertanya.

"Pastilah! Istri gue makin hari makin semox, anak gue makin gemoy, ha ha ha" Santo tertawa lepas. Malik hanya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepala.

Tiba-tiba obrolan ku dengan dua temanku harus berakhir karena bel masuk sudah berbunyi.

***

Sore ini Malik ikut pulang ke rumahku. Nanti malam adalah malam minggu, aku dan Malik akan begadang bertanding PlayStation. Santo tidak pernah ikut, ia bilang malam minggu dan hari minggu adalah waktu khusus untuk istri dan anaknya. Entahlah, kurasa dia hanya suami takut istri.

Sesampainya di depan rumah, kudapati Farida seperti sedang membuat pesanan. Namun tidak ada yang membeli.

"Assalamu'alaikum, Dek."

"Waalaikumsalam."

"Kamu buat pesanan siapa, Dek?"

"Temen-temen Mila," jawabnya singkat. Gegas Farida menuju rumah Mila, tetangga depan rumahku.

Lantas aku dan Malik masuk ke dalam rumah, Malik langsung duduk di ruang televisi. Sementara aku langsung mandi.

Selesai mandi, perutku mulai berontak. Aku membuka tudung saji, kosong. Aah, Farida masih belum kuberikan uang. Lalu aku mencari Farida ke teras, mungkin dia sedang ada pembeli. Ternyata Farida tidak ada.

Cepat aku menuju rumah Mila. Kupanggil istriku dan saat dia keluar kupegang tangannya, kubawa dia ke dalam kamar rumahku.

"Apa sih," tanyanya ketus.

"Dek, ini uang. Tolong beli nasi padang di jalan depan, sua bungkus, Mas laper, Dek!" ucapku seraya memberikan uang berwarna biru.

"Warungku?"

"Aman, Dek!"

***

Sekitar 10 menit, Farida sudah kembali. Aku memberikan satu bungkus nasi padang kepada Malik. Farida keluar dari dapur dan menyodorkan piring.

"Rida, makan." Malik menawarkan pada Farida.

"Sudah." Farida menjawab tanpa basa-basi. Seketika, Malik menoleh padaku. Farida kemudian berlalu keluar rumah, meninggalkanku dengan Malik.

"Rida kenapa Fan?" tanya Malik.

"Lagi … dapet." Aku menjawab asal, agar Malik tak curiga dengan sifat Farida barusan.

"Makan Lik!"

Malik hanya mengangguk.

Malik adalah teman satu kampung Farida. Malik juga yang sudah membawa Farida bekerja di garmen. Biasanya Farida sangat cerewet jika Malik kubawa ke rumah, tapi kali ini entah kenapa Farida sangat ketus pada Malik

Biasanya, Farida akan menjadi supporter ku saat melawan Malik bermain Ps. Ia juga akan membuatkan makanan camilan untukku dan Malik. Malam ini, sejak magrib tadi, Farida sudah menutup warungnya, ia mengurung diri di dalam kamar.

Hingga jam 12 malam aku dan Malik asik bermain Ps, Malik yang sudah tidak kuat, tertidur begitu saja. Sementara aku, melihat pintu kamar yang tertutup sejak tadi. Aku lantas melangkah menuju kamar, ternyata Farida mengunci pintunya.

Aku pun kembali ke ruang televisi. Dulu, jika jam 9 aku belum ke kamar, Farida akan merengek, merayu agar aku segera ke kamar, menemaninya mengobrol sebelum tidur, atau apapun.

Tapi kini … Farida tidak lagi seperti Farida ku yang dulu, Farida bukan lagi Farida ku yang manja.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
knp mmg gajinya gak d kasi istri...
goodnovel comment avatar
id.diana ishak
Thor updatenya... Sdah 5 bln blum update.... Klu xda pghujgnya mgapa harus publish novel ini??????????
goodnovel comment avatar
Nabila Salsabilla Najwa
oalaahhh begini yaaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.3

    Aku bangun jam 7 pagi. Sekarang hari minggu, aku libur bekerja. Kulirik, Malik sudah tidak ada, mungkin dia sudah pulang. Lekas aku bangkit dan menuju kamar, berharap Farida sudah membuka kuncinya.Klek! Pintu kamar memang sudah tidak dikunci. Namun, Farida juga tidak ada di kamar. Cepat aku keluar lagi, menyambar handuk dan bergegas mandi. Minggu pagi seperti ini, biasanya Farida akan membujukku untuk pergi ke Taman Sakura. Sebuah taman kecil. Namun, sepanjang jalan menuju taman itu ada pasar tumpah yang di adakan seminggu sekali.Farida selalu mengajakku untuk joging bersama atau sekadar mengantarnya. Namun, aku sering mengabaikannya, hingga Farida tak jadi pergi. Karena jika pergi, Farida suka sekali jajan, seperti anak kecil. Rupa-rupa jajanan ia beli, dan itu aku tidak suka. Ia yang suka jajan ia juga yang mengeluhkan uang dariku tidak cukup.Selesai mandi Farida belum juga pulang, ini sudah jam 8. Kemana Farida sebenarnya? Cepat aku ke dalam kamar, memilih baju kemudian memakain

    Last Updated : 2022-07-11
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.4

    Aku berbaring sendirian di atas kasur. Farida masih belum kembali padahal ini sudah lepas magrib. Bisa-bisanya Farida betah berteman dengan Mila, bahkan sampai merasa sudah seperti saudara. Belum tahu saja Farida, bagaimana Mila saat mengamuk. Ngeri!Drrt! Drrt!Ponselku bergetar. Tertera dilayar nama Mbak Eka, kakak pertamaku menelpon, segera saja kujawab."Assalamu'alaikum, Ris. Gimana kabarmu?" tanya Mbak Eka di ujung telpon."Waalaikumsalam, Mbak. Baik-baik saja Mbak. Ada apa?" balasku tanpa basa-basi."Oh, syukurlah. Gak papa, Ris, Mbak cuma kangen saja. Kamu kalo gak ditelpon duluan, manalah mau nelpon Mbak. Kamu 'kan orang sibuk," ujar Mbak Eka sembari tertawa."Kabar istrimu gimana, Ris?" tanyanya lagi."Farida baik, Mbak. Kami semua baik," jawabku."Ya, baguslah, Ris. Sudah isi belum Rida?""Isi apa?""Isi perutnya, Ris!""Ya sudah mungkin, Mbak. Mana aku tahu, Mbak.""Bener kamu, Ris? Rida sudah hamil?""Hamil? Tadi katanya isi perut? Gimana sih, Mbak! Isi perut itu, ya maka

    Last Updated : 2022-07-11
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.5

    Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya aku dan Farida sampai juga di Pasar Malam. Ramai sekali pengunjungnya. Anak-anak, remaja hingga orangtua, semuanya mengunjungi Pasar Malam ini. Banyak juga orang yang berjualan.Cepat Farida turun dari motor, aku pun mengikutinya. Farida lalu menggenggam tanganku untuk berjalan di sampingnya. Ia lalu menatapku dan tersenyum. Senyuman yang sangat manis, senyuman yang dulu membuatku jatuh hati padanya. Senyuman yang ku rindukan, dan aku baru melihatnya lagi malam ini."Mas, mau naik wahana apa?" tanyanya sumringah."Nggaklah, Dek. Mas mau duduk di situ saja." Ku tunjuk bangku panjang yang berada dekat pedagang minuman kekinian."Oh … ayok," ajaknya menarik tanganku.Aku dan Farida lantas duduk. Raut wajah istriku itu terlihat sangat bahagia. Farida memperhatikan sekelilingnya, bibirnya tak henti tersenyum."Mas, tunggu sebentar!" perintahnya. Ia lalu pergi menuju pedagang permen kapas. Aku hanya menggeleng melihat kelakuannya. Ia lalu kembali dengan

    Last Updated : 2022-07-11
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.6

    Hari ini aku bangun terlambat. Saat terbangun tadi, kulihat sudah jam setengah 8. Sudah tidak mungkin lagi aku berangkat ke pabrik. Mungkin semalam makanku terlalu banyak, sampai aku tidur terlalu nyenyak. Mungkin juga Farida sudah membangunkan ku, tapi karena tidurku kadang seperti kerbau, maka susah sekali dibangunkan.Aku lantas menyetel televisi sambil menikmati segelas susu jahe. Farida sudah sibuk di warungnya. Membersihkan meja dan kompor, serta menyiapkan bahan untuk berjualan nanti.Melihatku bangun kesiangan seperti ini, biasanya Farida akan menyuruhku membantunya. Mengupas bawang, memblender bumbu, merebus tulang ayam, menyapu, mengepel, atau apa saja yang menurutku bukan pekerjaan lelaki.Tapi tidak pagi ini, melihat ku bersantai di depan televisi begini, ia tidak manja lagi kepada ku. Ia justru sibuk sendirian.Aku mengucek siaran televisi, tidak ada yang seru untuk ditonton."PAKET!" Terdengar teriakan pengirim paket. Sepertinya paket yang kupesan tiba hari ini."Mas, pa

    Last Updated : 2022-07-15
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.7

    Sore ini aku pulang dengan membawa oleh-oleh dari Malik yang baru pulang dari kampungnya. Saat sedang mengendarai motorku dan akan berbelok menuju gang masuk rumahku, di sebrang sana aku melihat istriku sedang mengobrol di bengkel dengan Jana.Aku menepikan motorku dan memperhatikan mereka dari sebrang jalan. Kenapa Jana akrab sekali dengan Farida? Begitu juga istriku itu. Entah apa yang mereka obrolkan sampai Farida tak henti tertawa. Tawa Farida yang akhir-akhir ini sudah tidak pernah lagi kulihat.Farida lalu melihat jam di tangannya, setelah itu ia seperti berpamitan pada Jana, kemudian ia mengendarai motor bekasnya. Jana tak henti menatap kearah perginya Farida dan sekilas kulihat ia tersenyum. Sampai punggung Farida tak terlihat lagi barulah Jana masuk ke dalam bengkelnya. Aku lalu melanjutkan perjalanan ku pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, pintu rumah di kunci. Warung Farida pun di tutup. Terpaksa aku menunggu di luar karena pasti Farida bawa kuncinya yang hanya satu. Aku

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.8

    Malam ini, terpaksa aku keluar dengan motorku. Aku akan membeli nasi goreng kesukaanku saja yang tempatnya agak jauh dari rumahku. Farida benar-benar mengesalkan! Suami minta dimasakin tak digubris sama sekali. Makanan yang dibelinya pun, ia habiskan sendiri.Kalau begini, pengeluaran malah bertambah. Lalu untuk apa kemarin kuberikan uang bulanan. Apa dia tak takut berdosa pada suami? Benar-benar sudah berubah Farida sekarangPedagang nasi goreng spesial kesukaanku ternyata belum ramai pembeli, karena sekarang baru jam 7 malam. Aku memesan satu nasi goreng untuk makan ditempat. Rasanya malas untuk pulang. Biarlah nanti aku pulang larut malam. Biar Farida sadar, kalau dia sudah benar-benar keterlaluan.Lihat saja, pasti dia akan menelpon dan mengirim pesan berkali-kali agar aku cepat pulang. Biarkan Farida sadar, kalau aku sedang marah padanya."Risfan!" Seseorang memanggil namaku, dari suaranya aku sangat hafal itu suara siapa.Aku lalu menoleh, benar dugaanku. Itu suara Malik. Ia lal

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.9

    Kulihat jam dinding di kamar kontrakan Malik, menunjukan pukul setengah 11 malam. Kurogoh ponsel dalam saku celana yang sengaja aku silent. Aku ingin tahu, berapa kali Farida menghubungi untuk menyuruhku segera pulang.Aku menekan tombol kunci pada ponselku. Lalu mengaktifkan data selulernya. Hah? Aku membelalak. Apa ponselku rusak? Aku lalu mengibaskan ponselku di udara, mungkin jaringan di kontrakan Malik jelek. Aku mencoba keluar dari kamar kontrakan Malik. Kulihat jaringan juga stabil.Arrghhh … kenapa tidak ada satu pun chat dari Farida? Panggilan tak terjawab juga tidak ada. Aku mengusap wajahku dengan kasar … huh. Tidak mungkin! Tidak mungkin Farida mendiamkanku seperti ini. Mana berani Farida tinggal di rumah sendirian?Aku hafal betul istriku, ia tidak berani tinggal di rumah sendirian jika malam hari. Farida itu perempuan manja dan penakut. Jika aku belum pulang, dia pasti sudah mengirimku pesan berkali-kali. Tapi kenapa sekarang tidak?"Ris, mau kemana?" Malik memanggil dar

    Last Updated : 2022-07-16
  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab.10

    Jam 10 aku baru selesai mandi. Aku duduk lemas di kursi meja makan. Di atas meja makan sudah tersaji makanan yang kemarin ingin sekali aku makan. Sop buntut. Ya, satu panci sedang sop buntut sudah Farida masak. Namun, aku tak berselera. Aku merogoh ponsel di saku celana jeans, lalu cepat mengaktifkan mode pesawat. Jangan sampai atasanku melihatku aktif di sosial media, sedangkan aku tak memberi kabar apapun hari ini tak masuk kerja.Tiba-tiba perutku meminta haknya untuk diisi. Aku lalu mengambl sedikit nasi dari magic com ke atas piring dan menuang sop buntutnya, itupun hanya sedikit.Aku lalu makan dengan tidak berselera. Masakan Farida yang selalu enak di lidahku, jadi tak terasa karena pikiranku gusar begini. Biasanya, aku paling lahap makan dengan sop buntut.Selesai makan, aku masih di meja makan. Tidak buru-buru beranjak. Aku bingung harus apa. Tiba-tiba Farida masuk ke dapur sambil membawa tabung gas melon. Ia lalu memasangkan regulator pada tabungnya.Cetrek! Kompor kembali

    Last Updated : 2022-07-16

Latest chapter

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 46

    (Ending)POV Risfan************"Bu Riana belum sadarkan diri, Pak. Denyut jantungnya semakin melemah. Doakan yang terbaik untuk istrinya, Pak!" Seorang perawat wanita mengabariku tentang kondisi Riana. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri.Sebulan yang lalu, Riana melahirkan lewat operasi. Kini, bayiku tengah tergolek lemah dalam inkubator. Aku tengah melihatnya dari luar lewat kaca besar ini. Aku mengusap ujung mataku yang berair.Aku menatap lekat bayi mungil itu. Bayi lelaki yang lahir prematur dalam usia 7 bulan. Setelah berusaha sekuat yang aku dan Riana mampu, Riana akhirnya dinyatakan hamil di usia pernikahan ke-3 tahun. Kondisinya saat hamil sangat lemah. Ia diharuskan bedrest dan tidak boleh terlalu lelah. Semua pekerjaan rumah, aku yang turun tangan.Setelah operasi selesai, Riana tak sadarkan diri. Ia mengalami perdarahan hebat. Hatiku mencelos melihat kondisinya dan juga kondisi bayiku. Apa yang bisa kulakukan agar aku bisa segera mendekap mereka? Setiap saat aku tak hent

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 45

    POV RisfanAku mematut diri di depan cermin. Pantulan wajahku terlihat begitu menawan dengan tuxedo hitam yang kupakai saat ini.Aku sudah mengikhlaskan Farida dengan Malik. Keikhlasan itu, Tuhan ganti dengan mengirim seorang gadis jelita yang kini akan menjadi pendamping hidupku.Tuhan memang begitu baik pada setiap hamba-Nya. Tuhan memberiku pelajaran yang amat berharga. Kehilangan Farida, kehilangan uangku, motor, dan pekerjaan. Tuhan benar-benar menegurku yang sudah dzolim pada Farida dulu.Sekarang aku akan melepas masa sendiri ini. Kali ini, aku tidak asal-asalan lagi seperti dulu aku terburu-buru menikahi Safira. Pernikahanku kali ini, direstui kedua kakakku dan mereka sudah hadir dari seminggu yang lalu untuk membantu mengurus persiapan pesta pernikahanku.Aku akan menggelar pesta pernikahan di aula hotel di kota ini. Gadis yang aku nikahi, bukan gadis sembaranganan. Dia anak dari pemilik perusahaan jasa ekspedisi tempatku bekerja.Satu tahun aku bekerja di sana. Kinerjaku ya

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 44

    POV Risfan*****Aku sudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan jasa ekspedisi, namun ditempatkan di cabang yang baru. Tempatnya hanya berupa ruko 3 tingkat. Lantai bawah sebagia tempat pelayanan. Lantai dua berfungsi sebagai kantor dan paling atas hanya roof top.Entah kebetulan atau apa, cabang baru yang menjadi tempatku bekerja ternyata bersebrangan langsung dengan ruko Farida. Saat pertama kali bekerja aku langsung menyadarinya. Namun, ruko Farida tutup satu minggu lamanya dan aku baru ingat. Kalau kemarinnya Farida menikah dengan Malik.Tentu saja caffe-nya tutup selama satu minggu. Pastinya mereka sedang berbulan madu. Memasuki minggu kedua aku bekerja, barulah caffe Farida dibuka.Setelah rukonya ditempati kembali, aku yang bekerja di lantai dua, sesekali tak sengaja, mendapati Malik dengan mesranya memeluk Farida di teras lantai dua.Bukan hanya hati yang panas tapi mata pun turut panas. Rasanya lahar air mata ingin menyembur keluar andai tak dikendalikan. Mereka tidak mengetah

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 43

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.43POV MalikAku bersama istriku sudah kembali ke kota. Aku dan Farida kini tinggal di ruko dua lantai yang pembayarannya diangsur selama 3 tahun.Aku pun sudah mulai bekerja kembali di pabrik setelah masa cuti selesai. Farida sudah mulai membuka caffe-nya kembali dan berjualan seperti biasa.Aku bekerja di bagian gudang. Gajiku hanya sebesar 3,8 juta per bulannya. Kalaupun dapat bonus, maka menjadi 4,2 juta saja. Cukup jauh dibanding gaji Risfan dulu yang seorang staff apalagi Santo yang sebagai Kepala Produksi. Namun, berapapun itu, aku selalu mensyukurinya.Seperti biasa, aku bangun pukul 3 dini hari. Setelah ibadah sunnah kadang aku tidur lagi kadang pula kuat hingga subuh tiba. Seperti sekarang, selesai salat tahajjud 2 raka'at, aku lantas merendam pakaian dalam ember. Tentunya pakaianku juga Farida. Sesudah 10 menit direndam, aku mulai mencucinya secara manual.Katanya sih, Farida saat masih dengan Risfan mengambil kredit satu mesin cuci. Namun, ba

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 42

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.42POV MalikAku membuka mata pelan. Kudapati sosok istriku masih terlelap di sampingku dengan selimut menutupi tubuhnya. Bukan, bukan hanya tubuhnya, tapi tubuhku juga.Kuraba ponsel di atas nakas, pukul 3 dini hari dan kuletakan kembali. Setelah kesadaranku penuh, ku pungut baju yang terserak di bawah tempat tidur lalu memakainya.Cepat aku ke kamar mandi dan mensucikan diri. Aku sudah tidak perjaka lagi. Namun, sungguh aku bahagia. Keperjakaan ini, aku lepas bersama bidadariku.Selesai membersihkan diri dan berpakaian yang bersih. Aku lalu menggelar sajadah dan menunaikan shalat sunnah tahajjud.Setelah salam, aku menengadahkan kedua tangan."Ya Allah … kutitipkan segenap rasa yang tumbuh dan selalu bermekaran untuk istriku ini kepada-Mu.""Teguhkan rasa cinta ini di atas agama-Mu … anugerah kan dalam keluarga kami, keturunan yang saleh dan salehah.""Di ridhoi-lah rumah tangga yang mulai kami bina ini. Jadikanlah aku, imam yang mampu menuntun makmumn

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 41

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.41POV Malik*******Selesai shalat shubuh, aku kembali ke rumah Emak mertua. Pabrik memberikan cuti satu minggu dan aku berencana kembali ke kota hari Sabtu nanti.Jadi, aku akan menikmati masa pengantin dengan istri cantikku di kampung. Karena cuaca di kampung sangat dingin. Pas untuk pasangan pengantin baru sepertiku.Seperti sekarang, aku tengah duduk menghadap tungku api. Hangat bukan?Malam pertama semalam, ku lewati dengan tidur saling memeluk sampai subuh tadi. Belum beranjak ke adegan lebih dewasa. Keperjakaan ku masih tersegel.Rumah Emak mertuaku ini sama seperti rumah Emak. Bagian depan rumah ini sudah berdinding tembok dengan lantai keramik.Namun untuk bagian dapur, dinding dan alasnya masih dari belahan bambu atau biasa disebut 'palupuh'. Memasak juga masih menggunakan tungku kayu bakar. Kompor gas hanya yang satu tungku, dan kadang-kadang digunakan. Kamar mandi juga masih berada di luar.Farida tiba-tiba masuk ke dapur, ia lalu menuangka

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 40 (POV MALIK)

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.40POV Malik*********"Saya terima nikah dan kawinnya Farida Nursyifa Binti Nasir dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 10 gram dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""SAH!""Alhamdulillah ….""Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair …."Aku mengusapkan kedua telapak tangan pada wajah. Resmi sudah aku mengikat Farida dalam ikatan suci dan halal, pernikahan.Selesai berdoa, Farida mencium punggung tanganku. Lantas aku pun mengecup keningnya. Ku kecup dalam sembari membacakan doa.Ini pertama kalinya, aku benar-benar bersentuhan. Membuat jantung rasanya ingin melompat saja, karena berdebar kuat.Ya, hari ini aku dan Farida resmi menikah. Kami menikah di kampung, di rumah Farida. Hanya menggelar syukuran. Tidak ada pesta.Namun, acara tetap terasa begitu khidmat. Teman-teman kerjaku di bagian gudang menyempatkan untuk datang. Juga dengan teman-teman Farida.Selesai ijab qobul dan sungkeman, para tamu lantas dipersilahkan

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 39

    POV Risfan🌹🌹🌹Pagi ini aku sedang mengepel di pantry area. Sudah 4 bulan aku menjalani pekerjaan ini. Rasanya sudah seperti setahun. Mungkin Tuhan sedang menguji kesabaranku lewat pekerjaan ini.Beberapa orang karyawan yang tengah dalam masa pelatihan, sedang berkumpul dan menikmati sarapan pagi mereka di teras pantry. Karena bagian dalamnya masih aku pel.Melihat mereka dengan seragam pelatihan, membuatku terpaksa mengingat Rindu. Setelah saat itu aku memblok akunnya, aku tidak lagi berinteraksi dengannya.Saat aku mencarinya untuk membuat perhitungan karena dia penyebab keributan rumah tanggaku dulu. Namun, ia sudah tidak lagi nampak di pabrik ini.Kutanyakan pada beberapa karyawan lain, ternyata Rindu keluar tanpa kabar dan tanpa surat pengunduran diri. Mereka tidak tahu alasan Rindu keluar dari pabrik.Lantas aku mencarinya ke rumah yang katanya ditempati oleh Rindu. Nihil, rumah itu juga kosong. Para tetangga bilang, Rindu ditarik paksa oleh seorang lelaki yang mengaku sebaga

  • ISTRIKU YANG MULAI MANDIRI   Bab 38

    Istriku Yang Mulai MandiriBab.38******Hatiku terbakar hebat. Di depan sana, Malik berlutut di hadapan Farida dengan kotak kecil di tangannya. Setelah sebelumnya, ia bernyanyi dengan petikan gitarnya.Farida belum bereaksi. Ia masih diam di tempatnya. Aku berharap, dia tidak menerima Malik. Karena aku di sini kembali untuknya.Para tamu undangan bersorak, agar Farida menerima Malik. Hanya aku dan Santo yang masih terkejut dengan semua ini.Terlihat Mila berbisik pada Farida. Namun, untuk beberapa saat, Farida masih terdiam.Aku hendak beranjak. Namun, belum sempat tubuhku tegak, Santo menahan pergerakanku."Lu mau ke mana?" tanyanya pelan."Ke sana, To.""Mau apa? Duduk! Lu jangan coba-coba bikin kacau!" sergahnya.Aku kembali menghempaskan bobotku di kursi. Aku mendengkus. "Ini gak bisa dibiarin, To.""Kenapa gak bisa?""Farida itu mantan istri gue, To. Si Malik itu, temen kita. Temen gue. Walaupun sekarang, sih, emang udah kayak orang asing. Tapi, kita dulu temenan, To. Temen ba i

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status