"Sayang, kamu dimana?" teriak Doni saat lelaki itu baru sampai ke dalam.Mendengar teriakan suaminya, Mya pun keluar. "Ada apa Mas, teriak-teriak?" tanyanya."Sayang, kita dapat bonus bulan madu dari salah satu kolegaku. Mereka bilang sebagai hadiah pernikahan," seru Doni sambil menunjukkan sebuah amplop.Mya membuka amplop itu. Matanya membola saat melihat tujuan honeymoon mereka. Maldives, itu adalah tempat yang paling ingin Mya kunjungi. Dulu saat menikah dengan Richard, lelaki itu tak mengajaknya ke sana dengan alasan tak punya biaya."Mas, ini beneran?" tanyanya tak percaya.Doni mengangguk. "Iya sayang, kita akan pergi ke Maldives. Bukankah kamu ingin kesana?" tanyanya.Mya menatap suaminya tak percaya. "Darimana Mas tahu?" wanita itu malah balik bertanya."Hai gais, tahu nggak? Ini tuh, negara yang paling ingin Mya kunjungi. Mya berharap, suatu saat Mya akan kesana bersama suami Mya nanti," Doni menirukan ucapan Mya saat wanita itu live."Kamu stalking aku ya?" kesal Mya."Hehe
Doni pun mengabaikan panggilannya. Dia sudah kepalang tanggung, hingga tidak mungkin lagi untuk menahanntya. Begitu selesai, lelaki itu langsung mengangkat panggilan dari sang mama. "Ya Ma," jawabnya dengan nafas terengah-engah."Doni, Ini Devano menangis terus. Mama tidak tahu bagaimana cara menenangkannya. Sudah Mama beri susu tapi masih nangis. Mama bingung harus gimana dong?" tanya Mama Siska.Doni menatap wajah istrinya. Lelaki itu pun bingung tak tahu bagaimana cara menenangkan bayi. Mya tersenyum. Wanita itu pun menelepon asistennya yang pernah menjadi babysitter. Namun karena suatu hal, wanita itu tidak ikut menjaga Devano.Untungnya, kontrakan asisten Mya yang bernama Rani itu dekat dengan rumah mama Siska. Hingga dalam waktu beberapa menit saja, Wanita itu sudah sampai di kediaman mama Siska.Setelah digendong oleh Rani, perlahan tangis Devano mulai mereda. Setelah bayi mungil itu diam, barulah Rani memberikan susu pada Devano.Mama Siska pun jadi heran, Kenapa wanita itu pa
Selama di pesawat, Mya tidak berhenti menangis. "Hiks, hiks. Bagaimana keadaan Devano ya Mas? Aku merasa bersalah telah meninggalkannya, harusnya kita mengajak Devano berbulan madu," racau Mya dalam tangisnya.Dalam hati, tak hanya Mya yang khawatir, Doni pun juga sama khawatirmya. Andai saja, dia todak nekat pergi berbulan madu, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. Hanya saja, dia tidak mungkin menunjukkan hal itu pada Mya. Yang ada, wanita itu malah bertambah sedih."Kamu tenang dulu ya sayang! Dokter pasti telah melakukan yang terbaik untuk Devano. Kita berdoa sama Allah, semoga Devano baik-baik saja," Doni berusaha menenangkan hati istrinya."Iya Mas, tapi tetap saja, aku nggak bisa tenang sebelum aku melihat dia langsung," isak Mya di pelukan sang suami."Sabar, kita tidak bisa apa-apa selain berdoa," bujuk Doni.Tangis Mya sedikit mereda. Sepertinya, wanita itu sedikit tenang saat ini. Benar kata suaminya, Mya hanya bisa berdoa untuk putranya.Mereka sudah sampai di Jakarta, M
"Sayang, siapa yang mengirim makanan?" tanya Doni saat lelaki itu melihat begitu banyaknya makanan yang ada di nakas.Mya mengerjapkan matanya. "Aku tidak tahu sayang, Mami mungkin," jawab Mya asal.Doni pun mulai mengambil makanan itu kemudian menyuapi sang istri. Mereka pun menghabiskan makanan yang mereka pikir dari sang mama itu."Enak sayang?" tanya Doni.Wanita itu mengangguk. "Darimana Mami tahu semua makanan kesukaanku?" tanyanya."I don't know. Maybe Mami juga stalking kamu kayak aku," jawab Doni asal."Apaan sih?' kata Mya asal.Wajah Mya merona. Wanita itu pun menyembunyikan di dada sang suami. Tak lama, Devano pun merengek. Sepertinya, bayi kecil itu haus. Mya pun menggendongnya kemudian memberinya ASI.Tak lama, dokter pun masuk. Lelaki paruh baya itu mengatakan kondisi Devano yang sudah mulai membaik. Dan besok, Devano sudah bisa pulang. Mya dan Doni sangat bersyukur karena hal itu. Bagi Mya dan Doni, tidak masalah bulan madunya gagal, yang penting, Devano baik-baik saja
PrangHandphone Mya melayang ke tembok dan hancur berkeping-keping. Mendengar suara barang pecah, Mya langsung keluar. Dia pikir, suaminya menjatuhkan puring atau gelas. Namun, Mya membelalakkan matanya saat tahu, handphone-nya lah yang menjadi korban."Mas, kenapa handphone aku dibuang?" tanya Mya sedikit ketakutan.Apalagi, saat melihat wajah Doni yang berubah garang dan dingin seperti menahan amarah. Lelaki itu menatap nyalang sang istri. "Katakan, sejak kapan kalian saling berkirim pesan?" tanya Doni sambil memejamkan matanya."Kalian? Siapa?" tanya Mya bingung."Richard! Bukankah kalian sering berkirim pesan?" tuduh Doni.Mya menggelengkan kepalanya. Karena, sejak menikah, Richard memang jarang menghubunginya. Dia hanya berkirim pesan menanyakan keadaan Devano saja."Aku nggak pernah WA-an sama dia, Mas," sanggah Mya."Kalau nggak pernah, kenapa dia bisa berkata seperti itu?" tekan Doni."Berkata seperti apa Mas? Aku nggak ngerti," sanggah Mya.Doni pun mengulang kalimat persis d
"Aku pastikan, itu tidak akan terjadi sayang. Maaf, jika tadi aku terlalu cemburu. Aku sangat mencintaimu. Dulu, aku selalu membayankan bagaiman jika aku bertemu dengamu saat aku melihat kamu live di salah satu aplikasi itu," aku Doni.Mya mengusap lembut rambut suaminya. "Aku tahu Mas, maka dari itu aku menerima kamu menjadi suamiku. Karena aku tahu, cintamu untukku begitu besar," ucapnya.Doni mencium kening istrinya. Kedua mata mereka pun beradu. Hingga lama kelamaan pun semakin mendekat dan terjadilah proses bercocok tanam diantara mereka.Sejak kejadian itu, semarah apapun Doni, lelaki itu tidak pernah membuang atau membanting barang-barang Mya. Dia sudah bisa meredam amarahnya. Kehidupan rumah tangga Doni dan Mya penuh dengan kebahagiaan. Mereka saling mengerti satu sama lain. Doni juga sering membantu Mya saat wanita itu sedang live. Begitu juga sebaliknya. Wanita cantik itu juga sering membantu Doni menyelesaikan tugas kantornya.Lima bulan kemudian."Mya, apa kamu masih belu
“Istri Tuan ini subur, tidak ada masalah dalam rahimnya. Bahkan, sekarang hingga beberapa hari ke depan adalah masa suburnya,” terang dokter itu.“Tapi, kenapa tadi dokter kok sepertinya ragu gitu?” kata Doni yang bingung dengan ekspresi wanita itu.“Tidak, saya hanya memastikan sesuatu saja tadi,” jawabnya asal.“Baiklah, kalau begitu, sekarang, kita periksa suaminya ya. Kalau memang kalian berdua tidak ada masalah, pasti nanti juga hamil,” kata dokter itu.Kini, giliran Doni yang diperiksa. Pertama, Doni harus mengeluarkan amunisinya, untuk analisis sp3rm4. Meski agak sulit, untungnya Doni bisa melakukannya.Dan serentetan tes lainnya yang masih harus dijalani oleh Doni. Mya dengan sabar mengusap punggung sang suami karena lelaki itu sedari tadi mengeluh karena banyaknya tes yang dijalaninya.“Sabar Mas, kalau memang nanti tidak ada masalah, kita akan program hamil di Australia. Mya ingin punya anak kembar,” ucap wanita itu dengan mata berbinar.“Kamu serius, ingin punya anak kembar
Mya mengepalkan tangannya. Amarah di dalam dadanya pun membuncah. Ingin rasanya dia menghancurkan wajah wanita yang ada di foto itu. "Yang namanya lelaki, dimana-mana sama! Manisnya hanya di awal saja." geramnya."Pak, ke hotel XY. Ngebut Pak!" titah Mya.Lelaki paruh baya itu pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke hotel XY. Namun sayang, saat Mya sudah sampai, sang suami sudah tidak berada di restoran."Mbak, kamar Pak Doni nomor berapa?" tanya Mya pada recepsionis hotel."Mohon maaf Bu. Demi kenyamanan tamu, kami dilarang memberitahu nomor kamar pelanggan.," ucap wanita itu sambil mengatupkan tangannya di dada.Tak kehabisan akal, Mya pun menghubungi sang suami. Beruntung, Doni mau mengangkatnya. "Kamu dimana?" tanya Mya to the point.Doni mengernyitkan dahinya saat Mya memanggilnya kamu. "Apa dia marah gara-gara aku tidak pulang semalam? Aku harus menjelaskannya nanti," batin Doni."Aku lagi di kantor sayang. Ada apa? Kangen, hhmm?" jawab Doni dengan nada menggoda.