"Ya, Maa," sahut Kay malas sembari melepas simpul dasinya."Kamu kok kayak hantu. Kita sekantor tapi jarang ketemu. Di hubungi pun susah," omel Kamala sedikit kesal pada putranya."Kan lagi banyak kegiatan di luar," elak Kayshan mulai bangkit berdiri."Setelah ini ambil cuti, Kay. Kalian juga belum liburan," ujar sang mama lagi.Sebelum menjawab Kamala, Kayshan melirik ke arah Farhana yang juga sedang melihatnya. "Heemm!" Lelaki itu tak menanggapi permintaan ibunya, dia melangkah keluar kamar dan membiarkan istrinya berbincang dengan Kamala.Sang CEO memberikan nada dering berbeda untuk nomer kontak keluarga sehingga tanpa melihat identitas, dia bisa mengenali dari bunyinya.Tapi dugaan Kayshan salah, dia kira panggilan itu berasal dari keluarga lain. Mungkin setelah ini, dia akan memberi nada berbeda untuk salah satu kubu.Kayshan samar-samar mendengar saat Kamala menanyakan ponsel Farhana, sebab pesannya untuk sang menantu sampai kini belum terbaca."Aku lagi off main medsos, Ma," j
"Si ... apa?" lirih Kayshan, bertanya memastikan. "Abang nanya?" kekeh Farhana menertawai ekspresi Kayshan sejak tadi. "Siapa lagi ... Abang, lah.""Uhuk! Uhuk!"Farhana bangun, menepuk tengkuk Kayshan beberapa kali. "Izin observasi ODGJ tamvan," ujarnya ketika batuk Kayshan mereda.Gadis itu tertawa sampai gigi gingsulnya terlihat. Akan tetapi, Kayshan tak menyadari itu. Farhana lalu duduk dan mulai menyantap sarapannya, ditemani oleh pandangan dingin Kayshan.Setelahnya, suasana kembali lengang sampai Kayshan selesai sarapan. Lelaki itu langsung bangun dan pergi.Namun, baru beberapa langkah menjauh, Kayshan berhenti dan menatap ke arah Farhana yang asik sendiri. Dia merasakan ada kejanggalan tapi bingung tak menemukan sumbernya."Nyari apa?" kata Farhana, celingukan ke kanan-kiri ketika melihat Kayshan terpaku.Kayshan mengendikkan bahu, lalu berbalik arah dan pergi dari sana. Dalam perjalanan ke basement, Kayshan memikirkan ucapan Farhana. Apakah benar kini dirinya mengidap NPD
Kayshan tidak dapat memejam kembali. Dia tergelitik memikirkan sikapnya yang kaku terhadap Farhana.Di awal, dia yang menolak mentah-mentah tapi tindakannya justru bertolak belakang. Seolah dirinya hanya memanfaatkan keadaan gadis itu. Tanpa sadar, Kayshan menyunggingkan senyum, pantas bila Farhana melabelinya dengan sebutan NPD. Tabiat sang CEO merujuk pada kondisi tersebut. Dia lalu melirik sosok yang tertidur pulas di sisi ranjang. "Gigihnya kamu, nurun dari siapa?" gumam Kayshan sebelum memejam kembali.Keesokan pagi, Gery melarang Farhana ketika ingin masuk ke kamar Kayshan. Sang asisten mengatakan agar nyonya muda mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh pimpinannya.Farhana mengernyit. Rupanya selain angkuh dan pandai memanfaatkan lawan, Kayshan juga plin plan. Kemarin lelaki itu sempat bersikap manis, meminta hak juga tak menolaknya. Tidak ingin moodnya rusak, Farhana memilih mengerjakan to do list. Dimulai dengan melihat video menu viral untuk dia recook, hingga melanjutk
"Lama amat!" keluh Kayshan menyongsong pemilik rumah.Lelaki muda yang memakai sirwal hitam dan kaos oblong senada itu bergegas menghampiri tamunya. Dia membungkuk lalu meminta salim."Dah lama, Bang?" tanya Kemal pada sang kakak. "Harusnya aku aja yang ke sana," imbuhnya lagi, tak enak hati sebab Kayshan tentu sedang sibuk, tetapi malah membuang waktu di sini."Sesekali main ke sini, lah. Kamu lagi bikin apalagi, Dek?" selidik Kayshan setelah menepuk lengan adiknya ini. "Dari papa emang nggak cukup?"Kemal hanya tersenyum, enggan menanggapi hal itu. Baginya, hidup mandiri lebih terasa nikmat. Lagipula, di sini dia tak kekurangan bahan pangan. Semua bisa ditanam di sekeliling pekarangan rumah bila sekadar untuk bertahan hidup. "Masuk, Bang." Kemal mengajak kakaknya kembali memasuki hunian. Kali ini, dia menarik Kayshan sampai ke teras belakang. Kayshan terpesona. Dia baru tahu area ini, teras dengan kesan hangat yang dibuat panggung selaras bangunan depan dan utama. Ternyata halaman
Kemal menghentikan langkah. Dia menoleh ke arah sahabatnya di ujung anak tangga."Siapa?" lirih Kemal mengulangi pertanyaannya. "Kembaranku ... Nono," jawab lelaki muda berkemeja navi, menatap datar Kemal.Glek!Kemal tak menanggapi, dia melanjutkan meniti tangga lalu membuka pintu depan dan menyilakan tamunya masuk.Dia mengajak sang sahabat langsung menuju teras belakang, salah satu area favorit di rumah ini. Bukan hanya untuknya tapi bagi semua orang yang mengenal akrab si pemilik hunian.Kopi mereka siap tersaji di atas meja jati ketika azan Maghrib terdengar. Keduanya pun duduk sejenak, menyesap minuman panas tersebut."Salat dulu, biar santuy ngobrolnya," kata Kemal setelah beberapa saat, menunjuk ke arah mushala kecil di rumahnya."Mandi boleh, Bang?" kata Farhan, cengengesan seperti biasanya.Kemal tertawa, bukan cuma Farhan yang bila sowan-main ke rumahnya langsung meminta izin sekalian mandi. Beberapa kawan lain pun serupa. Mereka bilang, air di rumah Kemal sejuknya berbed
Bila tidak melihat laptop yang dia duga masih menyala, mungkin sebutan parasit tadi masih terngiang-ngiang di telinga Farhana.Wanita cantik itu melangkah maju. Mata sipit Farhana menangkap foto di pigura tak jauh dari sisi laptop. Senyumnya muncul saat ujung jemari mengusap permukaan bingkai itu."Apa kabar, Sayang?" Tangannya lalu memutar benda kotak di atas meja. Ketika mengarahkan kursor ke ikon shut down, netranya menangkap sebuah file yang masih menggantung di taskbar."Apa ini?" Farhana mengklik dokumen itu dan membaca isinya sekilas. Dia tidak menyadari jika Kayshan kembali masuk dan berdiri di belakangnya. "Malaysia-""Lancang sekali!" bisik Kayshan dengan suara berat.Deg! "Allah!" Farhana tersentak kaget dan langsung berbalik badan. Tatapannya bertabrakan dengan delikan sinis sang suami."Sudah kubilang, jangan sentuh!" ujarnya seraya menepis bahu Farhana hingga istrinya tersingkir ke samping.Sejurus itu, Farhana menarik lengan Kayshan hingga menghadapnya. "Mau ngapain ke
Farhana gegas membereskan peralatan nge-vlog yang masih terjajar di atas meja. Dia menyembunyikannya di kitchen set bawah. Setelah semua rapi, Hana berlari kecil menuju ruang depan.Wanita cantik itu merapikan diri sebelum membuka pintu. Dia menghembus napas sembari menekan tuas, perlahan membuka panelnya."Ibuuuuuuuuu!" serunya girang, sambil berjingkrak kecil dan tepuk tangan.Dewiq tersenyum lebar, dia rindu tingkah konyol putrinya ini. "Aahh, sayangku!" ujarnya ikut heboh, sembari merentang tangan.Farhan hanya menggeleng kepala, kedua tangannya sibuk menenteng barang bawaan sang mama untuk kembarannya.Lelaki itu menggerutu kala kedua wanita asik berpelukan erat sementara dirinya terlupakan. "Nyak! ... Nooo! begimane ini, ane pegel!" omel Farhan menggoyangkan dua kresek di tangannya.Farhana terkekeh, lalu menyilakan keduanya masuk. Dia membawa mereka ke ruang keluarga yang langsung terhubung dengan pantry. Si kembar meletakkan semua barang bawaan mereka di atas meja dapur. Far
Satu pekan sudah Kayshan di Malaysia. Dia baru saja usai memantau pekerjaan yang dimandatkan pada kedua asistennya.Mulanya, dia kira semua akan berjalan lambat. Namun, banyak kemudahan menghampiri dari berbagai sisi. Entah karena doa siapa, Kayshan tak henti mengucap syukur dalam hati.Bila berdekatan, keduanya saling mendiamkan diri. Lain hal ketika jauh. Kayshan membangun komunikasi intens dengan Farhana, terlebih saat tahu dari Murni bahwa istrinya lebih produktif selama dia pergi."Sedang apa?" tanya Kasyhan saat sambungannya terhubung.Dengan suara lembutnya, Farhana menjawab, "Belajar bikin rendang sambil review wajan granite, tapi rasanya belum pas." Kayshan tak menjawab, memilih meletakkan ponselnya di atas nakas. Dia mendengarkan suara Farhana yang berceloteh ini itu sambil berbaring, hingga tanpa sengaja dirinya mulai tertidur.Setelah beberapa saat, Hana menyadari sejak tadi dirinya bermonolog. Dia pun memanggil Kayshan. "Abang?" sebutnya dari seberang. Hening.Sepi dala