Dia mengangguk. Mereka punya misi dan keinginan masing-masing. Tapi, apa dirinya sanggup mengemban amanah yang dititipkan padanya nanti."Minum, A," kata Khuzaemah. Dia menyodorkan ujung sedotan ke dekat bibir Kemal. "Makan yang banyak, kemarin bibi nyaris kehilangan Aa," ucapnya sendu.Kemal memaksakan tersenyum. Lengannya masih berdenyut nyeri, pandangan pun belum sepenuhnya jelas. Dia rupanya kehilangan banyak hemoglobin hingga rasa tak nyaman menyergap raga.Ketika siuman kemarin, Kemal memutuskan pindah rumah sakit agar lebih privat. Untuk sementara, hanya Khuzaemah yang diizinkan dekat dengannya saat ini."Maaf, aku memaksakan diri, Bi," balasnya dengan suara serak."Bibi paham. Bobok lagi aja, biar lekas pulih." Khuzaemah mengusap bahu kemenakannya. "Setelah ini, kalau Aa mau pergi jauh, sok mangga ... bibi nggak bakalan larang-larang lagi," katanya menatap sayu pada Kemal. Lelaki ini pun sudah banyak berkorban untuk keluarganya.Kemal tersenyum getir, dia mengangguk lemah. Sem
Farhana dan Ahmad menoleh bersamaan. Terlihat gadis kecil yang berlari ke arahnya ditemani suster juga sang mertua."Nanaaa, Njiid !" serunya lagi ketika jaraknya sudah lebih dekat.Senyum kedua alim melebar melihat Gauri datang menyambangi. Gadis kecil itu langsung meminta pelukan pada Ahmad saat sudah di depannya."Njiidd. Oyi kangen," ucapnya sambil merentang lengan pada Ahmad meminta pelukan. Lelaki sepuh ini pernah ikut mengasuhnya saat dia enggan pulang karena kehilangan Elea dulu."Allahumma baarik. Oyi dah gede sekarang, ya," balasnya seraya berjongkok menyetarakan tinggi dengan Gauri.Bocah kelas satu SD ini lalu melingkarkan lengan ke leher Ahmad. Dia kekurangan kasih sayang ayah, tapi tidak semua pria yang dekat dengan Kayshan membuatnya nyaman.Pada Farhan, Gauri bersikap biasa. Pun, pada Firhan, adik bungsu Farhana yang tinggal di rumah Hermana. Gauri hanya menganggap kedua pria itu sebagai teman.Cuma Ahmad dan Kemal yang bisa membuat Gauri leluasa menyampaikan unek-unek
Dewiq datang ditemani dokter Ryan 30 menit kemudian. Mereka meminta semua yang ada di kamar untuk keluar segera agar memberi ruang leluasa bagi nakes dan pasien."Sangat sakit, Kay?" tanya Dewiq ketika menempelkan stetoskop di dada menantunya. Kayshan mengangguk, kelopak matanya masih mengatup rapat. "Kayaknya obat itu nggak berguna, Bu," ujarnya sambil meringis menahan sakit.Direktur Hermana itu menelusuri bagian tubuh bagian atas Kayshan, dimulai dari bekas sayatan hingga ke pinggang. Dia juga meminta Kay bernapas panjang dan mengembuskan perlahan.Dewiq melirik pada dokter Ryan. Raut wajah dokter muda itu pun terlihat cemas. Dewiq terdiam membatin, semoga apa yang ada dalam pikiran masing-masing tidak benar adanya.Ibu Farhana ini lantas meminta dokter Ryan untuk menyuntikkan obat pereda nyeri dalam bentuk cair, seperti yang dikonsumsi Kayshan selama ini. "Ke rumah sakit, ya. Ibu harus memastikan sesuatu," ucap Dewiq pelan. Dia bersiap bangun dari sisi ranjang dan membereskan pe
Dewiq tak lagi memedulikan ponsel dalam genggaman. Dia menyerahkan tas pribadinya pada Ulfa, asisten yang setia menemani sejak dia beranjak dewasa.Wanita cantik itu berjalan tergesa menuju ruang MRI dimana Kayshan berada. Beberapa anggota dari tim dokter menyusul ke sana, sebagian yang lain menunggu di ruang rapat.Tiga jam kemudian, brangkar Kayshan didorong ke kamar perawatan. Farhana ternyata telah menunggu di sana dengan Gauri. Farhan meminta kembarannya bersabar sebab Kay masih di bawah pengaruh obat bius."Bentar juga siuman. Tadi di tidurkan sementara biar nggak syok," beber Farhan berdiri di dekat nakas ketika Farhana terlihat cemas."Oke, aku ngerti," cicitnya saat duduk di ujung ranjang Kayshan.Jelang maghrib, Ahmad datang dengan Firhan, putra bungsunya. Remaja SMP yang baru keluar asrama itu langsung menyalimi kedua kakaknya lalu duduk di sebelah Gauri.Sementara Ahmad meminta penjelasan dari Farhan terkait kondisi Kayshan."Hi, girl. Kamu sedang melakukan apa?" tanya Fi
Gauri berlari keluar ruangan sebelum mengangkat telepon dari sang paman. Dia juga menarik Ahmad agar ikut dengannya.Setelah merasa aman, bocah cilik itu menggeser tombol hijau ke samping. Suara cemprengnya pun mulai terdengar."Abi!" Terdengar suara kekehan Kemal di seberang. "Hayo, boong ya?" tuduhnya merasa Gauri hanya memanfaatkan rasa kuatirnya."Yeee kok Abi nggak percaya gitu." Gauri mengelak. "Abi, kapan ke sini? Ada pagelaran hari ayah ... bu Zaylin bilang, kalau aku bisa tampil dengan mami atau Oma. Teman-temanku tidak akan tahu sebab kami harus memakai kostum," jelasnya panjang lebar. Gauri tidak menyebutkan kapan pentas seni itu akan diadakan. "Ya sudah, datang dengan mami saja atau Nana," ujar Kemal memberi pilihan."Nggak bisa. Mami terlalu gemulai, nanti ketauan dan aku diejek teman-teman nggak punya ayah ... kata daddy, Nana nggak boleh capek sebab ada adek cimit," elak Gauri bersikukuh harus Kemal yang datang bersamanya. Dia sampai menggigiti ujung kuku karena berde
"Nama lengkapnya dulu adalah Argasatya Khad ... tanpa sadar, papa memilih arti nama sekaligus menjadikannya sebagai pelindung utama keluarga kami." Seketika ruangan itu menjadi lengang. Kayshan tahu adiknya kecewa identitasnya dibongkar.Kayshan memandang tulus pada wajah yang menunduk itu. Kodrat alam, Kemal selalu begitu mudah diterima meski lingkungan barunya masih asing. Ternyata firasat Ghazwan benar. Kemal selalu melindungi keluarganya dalam diam. Saat dia mengamuk, Kemal menghindar. Ketika Gauri tantrum hebat yang berpotensi memicu anemia aplastiknya kambuh, dialah yang berhasil menenangkannya.Kala Kamala kesulitan mengendalikan petinggi perusahaan, dia datang menjadi jalan tengah dan membalikkan keadaan. Melindungi aset keluarga dengan menjadikan Kamala CEO GE lagi. Bahkan di saat terakhir dirinya akan operasi beberapa bulan lalu, Kemal berdiri paling depan untuknya.Hana dihujam rasa bersalah, ingatan lama nan samar itu utuh sudah. Pantas saja rasa selai berry's milik Arga
"Sekarang aku nggak mau ambil risiko dengan melibatkan orang lain lagi." "Kata Elea, sakit juga bisa diartikan sebuah ujian sabar sebab segala perkara orang mukmin yang datang dari Allah adalah baik." Kay bicara pelan sembari mengamati wajah-wajah lesu yang tertunduk.Farhana pun kian menunduk dalam, dia meremat ujung hijabnya karena terlampau sakit. Secercah harapan datang saat Dewiq menyatakan Kemal adalah pendonor Kayshan tapi seketika hatinya juga ingkar karena adanya kejanggalan pada tubuh Kayshan.Wanita hamil itu mati rasa. Sekarang dia hanya mengandalkan doa dan ikhtiar lain untuk sang suami.Kayshan pernah bercerita tentang pengobatan alternatif yang pernah Elea jalani di Majalengka. Dia akan mencoba membujuk suaminya pergi ke sana, siapa tahu cocok, pikirnya menghibur diri."Kalian kenapa, sih?" kekeh Kayshan tiba-tiba. Hanya pandangan Farhan yang berani bersitatap. Dokter muda itu tak habis pikir, kenapa Kayshan egois. Adiknya baru saja merasakan bahagia atas pernikahan
Sejak sebelum subuh Kay menolak makan, alasannya karena ingin ke RS dulu. Namun, ketika pulang dari RS, dia hanya minum air hangat satu gelas.Acara tujuh bulanan dilakukan bada salat Jum'at di Tazkiya agar waktu maulid lebih longgar. Satu jam sebelum azan, Kay menghampar sajadah di sisi ranjang, dia mengaji waqiah sampai tiga kali lalu meminta minum pada Hana."Sya, tolong minumku," ujarnya pelan tak menoleh pada Hana yang berada di belakangnya sedang memilah kerudung di depan lemari.Farhana pun menengok ke arah Kayshan sebelum meraih gelas di atas nakas. Apakah dirinya tak salah dengar? Itu bukan panggilan untuknya. Kay melihat ke samping kanannya sambil tersenyum, seakan sedang mendengarkan seseorang bicara. Farhana kian terheran. Bahkan ketika Hana sudah disampingnya pun, sorot mata lelaki itu masih berbinar, entah melihat apa. Farhana ikut duduk didekat Kayshan lalu menyentuh bahunya pelan."Abang!" Dia menaruh gelas di atas sajadah sebab tak mau Kay batal wudhu. "Sya siapa?"