Bruk!
Pintu pun menutup, selaras dengan melorotnya tubuh Farhana menyentuh lantai. Kata-kata Kayshan teramat dingin untuk seorang yang berpenampilan hangat sepertinya.“Kenapa jadi begini,” gumam Farhana. Tanpa dia sadari, setetes air matanya jatuh menyentuh pipi.Farhana terduduk lumayan lama di ruang tamu. Dia kira hatinya siap menerima risiko menikahi pria berkubang masa lalu. Tapi, ternyata dia tak mampu mengendalikan rasa sakit yang merejam dadanya.Hela napas berat terhempas. Farhana bangun berdiri, memilih menghampar sajadah menyapa waktu duha di kamar. Petang nanti, dia akan coba mengajukan permohonan kuliah online pada Kayshan.“Ya Robb, apa keputusanku salah dan ini adalah teguran sebab aku tidak menuruti ibu?” Farhana lirih berdoa seraya memejam.Dia teringat pertengkaran dengan ibunya sesaat sebelum menikah. Sang bunda dengan tegas melarang sebab melihat Kayshan terpaksa melakukan pernikahan lantaran pesan Elea.Beliau kuatir Farhana akan diabaikan. Yang lebih parah lagi, putrinya dijadikan pelampiasan kekecewaan Kayshan terhadap banyak hal. Namun, Farhana berhasil meyakinkan mereka bahwa itu hanya praduga.Suara ibunya bergetar menahan haru ketika memberi restu. Beliau tahu Farhana sangat mencintai Kayshan, sehingga berusaha mengesampingkan kegelisahan.Mengingat itu semua, dada Farhana tiba-tiba terasa sempit, hingga memaksa butir bening kembali luruh kala mengenang perdebatan dengan beliau beberapa hari lalu.“Ampuni aku,” isaknya pilu.Sepanjang hari, Farhana berada di kamar mengikuti berbagai kajian online dari ponselnya atau menggulir aplikasi Oren, membeli barang-barang kerajinan tangan untuk menghunus waktu.Hingga jam 10 malam, Kayshan belum menampakkan batang hidungnya. Farhana dilanda cemas dan bingung harus mencari tahu ke mana karena hanya seorang diri di apartemen. Berkali-kali dia menghubungi ponsel Kay, tapi tak pernah terjawab.Suara dari televisi lambat laun membuatnya mengantuk. Entah sudah berapa jam dia terlelap di sofa ruang keluarga. Kegaduhan tiba-tiba memaksa matanya terbuka lebar dalam waktu singkat.Farhana duduk terpana melihat wanita seksi memapah Kayshan bersama pria sebaya suaminya.Dia merasa risih dan gegas bangun guna menyingkirkan tangan gadis itu dari tubuh sang pujaan hati, meskipun kesadarannya belum utuh.“Abang kenapa?” pekik Farhana, berjalan cepat mencegat mereka saat akan menaiki tangga. Dia memberanikan diri menyentuh wajah Kayshan yang lunglai. “Panas,” gumamnya bernada cemas.“Biasa, Nona.” Suara pria di samping Kayshan yang menjawab. “Saya akan bawa beliau ke kamar,” imbuhnya dengan pandangan merunduk.Farhana tak paham dengan arti kata ‘biasa’ yang pria tadi ucapkan. Sementara ini, dia hanya bisa mengangguk lalu memberi jalan bagi kedua pria untuk naik ke lantai dua.Perhatian Farhana beralih pada sosok seksi tadi. Dia menarik lengan wanita itu dari pinggang Kayshan hingga terlepas. “Anda tunggu di sini!” ketusnya dengan mimik wajah datar.Wanita itu mendelik, dan menepis kasar cekalan Farhana. “Siapa kamu?!” cibirnya, lantas berlari menyusul menaiki tangga.“Eh, balik sini!” Farhana kesal dan ikut naik ke atas karena ini darurat. Hatinya panas, Kay dijamah oleh yang bukan mahram. Dia saja belum pernah menyentuh sang suami, pikirnya.“Jangan masuk!” bentak Farhana. Sekuat tenaga dirinya menarik wanita itu ketika mencapai ambang pintu.“Lepas! Heh, lepasin!” serunya enggan pergi dari kamar Kayshan. Dia berhasil menampik cengkeraman Farhana, napasnya terengah ketika telunjuk itu menjulur ke depan. “Kay milikku! Siapa Kamu? Pembantu baru?”Farhana membola, dia mulai tak sabar. “A-abang adalah mah—“ ucapnya terjeda, teringat titah Kayshan semalam.“Far-haaaaa ... naaaaa!” Kayshan berseru dengan napas tersengal, mengingatkan untuk mematuhi semua pesan keramatnya.Hening. Kedua wanita masih berdiri di ambang pintu, saling pandang penuh permusuhan.“Hoek.” Suara Kayshan dari toilet, tengah memuntahkan apa yang dia telan di club sejak pulang kantor.Farhana sangat khawatir hingga menghambur masuk ke dalam kamar. Dia cepat-cepat menyambar obat gosok dalam kotak P3K yang terbuka di atas nakas, lalu menuju walk in closet dan langsung membalurkan ke punggung Kayshan.“Pergi!” sentak Kayshan, enggan menerima sentuhan Farhana. Dia mendorong istrinya itu sekuat tenaga, sampai nyaris terjungkal. “KELUAR!” teriaknya lantang dengan wajah merah padam.“Enggak mau, Abang sakit. Izinkan aku merawat Abang kali ini saja,” sahut Farhana, bersikukuh dan kembali melangkah maju.Prang!Kayshan menampik beberapa botol skincare dari rak wastafel hingga jatuh berkeping, membuat isinya berceceran di lantai.“CEPAT KELUAAAAR!!” bentaknya tanpa melihat sang gadis.Farhana menutup mata seraya menarik napas berat dan panjang. Ujiannya benar-benar baru dimulai.Dia pun menahan diri, mematung di samping Kayshan yang masih menopang tubuh di wastafel.“Kay? Kamu nggak apa-apa?” kata si wanita yang dibawa Kayshan, mencoba memanggil sebab mendengar perdebatan tadi.“KATRIN!” panggil Kayshan, mengabaikan Farhana.Wanita seksi itu pun berjalan masuk melenggak-lenggok, tersenyum penuh kemenangan.“Iya, Sayang,” jawabnya dengan suara mendayu.Namun, langkah sang wanita seksi dihalangi Farhana.“Jangan mendekat.” Dia merentangkan kedua lengan sambil memicing sengit. “Jika aku tidak bisa menyentuh Abang, maka Anda pun demikian.”Farhana dengan cepat menarik pergelangan tangan wanita itu keluar dari sana.Katrin memberontak. “Woy!”“Tolong bantu Abang, Pak!” teriaknya pada pria yang membantu suaminya tadi, sambil terus berusaha menjauhkan wanita ulat bulu itu.Si seksi yang mengenakan heel kesulitan untuk melawan tarikan Farhana. Dia sampai jatuh terduduk lalu terseret menyebabkan lututnya lecet. “Heeeeeh! Babu bar-bar!!!!” pekiknya sembari berusaha menarik hijab panjang Farhana.Kepala Farhana mendongak karena kerudungnya ditarik paksa. Dia pun menendang wanita yang berpakaian kurang bahan tersebut. “Lepasin!”Kedua wanita saling jambak dan pukul sampai menyebabkan mereka jatuh terguling dari tangga.Perkelahian pun masih berlanjut tepat ketika telah menyentuh lantai bawah. Mereka seakan tidak merasakan sakit.Agaknya Farhana menemukan samsak kekesalan atas sikap Kayshan. Dia terus menyerang Katrin hingga gadis itu meraung kesakitan ketika rambutnya ditarik Hana sampai rontok.Tak sampai di situ saja, antingnya ikut terlepas menyebabkan cuping telinga wanita seksi itu lecet, juga bahu dan lengan mulus Katrin tergores akibat cakaran Farhana.“STOPPP!”Kedua wanita pun menoleh ke sumber utama. Farhana buru-buru bangun dari atas tubuh wanita bawaan Kayshan yang dia tindih, lalu merapikan penampilannya.Wanita centil itu langsung mengadu, menangis di depan Kayshan yang berdiri di ujung tangga. “Aku luka-luka karena dia,” keluh Katrin sambil menunjukkan semua lebam di tubuh. “Pembantumu itu berani padaku. Kamu harus hukum dia!” seru sang gadis, mengacungkan jari pada Farhana.Farhana membela diri ketika Kay melihatnya. “A-aku cuma—“ Namun, kata-kata itu menggantung di udara karena tatapan menusuk Kayshan.Pandangan Kayshan berubah melembut kala beralih pada wanita di sampingnya.“Istirahatlah, dan terima kasih.” Dia langsung balik badan, berniat masuk ke kamar karena kepalanya sangat sakit.“Dia siapa?” desak wanita itu, menyerongkan dagunya pada Farhana. “Aku nggak mau liat babu ini lagi!”“Heh! Aku bukan babu!” solot Farhana, mendelik ke arah si wanita kurang ajar sambil menunjuk wajahnya.“K-KKAYYY!” Lagi, si wanita centil itu mengadu.Kayshan berhenti, menoleh ke arah bawah tangga di mana kedua wanita masih berdiri di sana. “Dia ....”..“Dia ....” Kayshan melihat manik mata Farhana, lalu membuang muka sambil berkata, “Sepupuku.”Farhana mencelos. Selain karena ucapan semalam, pengakuan sarkas Kayshan barusan menambah luka hatinya dan membuat Katrin besar kepala.“Oh, cuma sepupu.” Wanita itu memandang remeh sembari menyunggingkan senyum sinis pada Farhana. “Benalu, ya!” kekehnya sambil bersedekap menyandar pada tiang tangga.Farhana melotot, tangannya mengepal sambil menghentakkan kaki. “Mau lagi, huh?!” gertaknya ke arah wanita tak tahu malu itu sampai membuatnya menutupi kepala dengan kedua lengan.Melihat lawannya ketakutan, Farhana tertawa. Tidak lama, dia masuk ke kamarnya dan membanting pintu untuk meluapkan emosi. Brak!Punggung keturunan alim itu bersandar di balik panel. Beberapa bagian tubuhnya sakit akibat berkelahi tadi. Namun, hatinya lebih berdenyut nyeri. Dia melorot terduduk di lantai sambil memukuli dada yang mulai sesak, berharap bisa mengurangi kadar perihnya.“Nggak boleh cengeng, Hana. Masa sarj
“Siapa kalian?”Mata pria itu langsung tertuju pada pria yang bersama dengan Farhana saat ini.“Siapa kamu, hah?” balas salah satu pria yang mengejar Farhana. Farhana memejam, dia membenturkan kepala ke dinding. Iris matanya melebar ketika tahu sosok yang datang.‘Kemal. Duh, ngapain sih, dia ke sini,’ batin Farhana. Dia buru-buru menyeka air mata di pipi agar adik iparnya itu tidak melihatnya menangis.Kemal mengernyitkan dahi. Dia menoleh ke arah Farhana. “Han?” sebutnya sekali lagi, sambil memandang heran. “Siapa mereka?”Nyonya muda bingung. Dia mengendikkan bahu dan tetap berdiri di posisinya. “Kumohon jangan masuk,” cicit Farhana.Sang pria pun menjelaskan. “Aku baru landing, mau langsung pulang ke Bogor tuh ngantuk berat, jadi numpang istirahat bentar, ya,” beber Kemal tersenyum malu-malu.Tak ingin aib sang suami diketahui oleh keluarga, maka Farhana menyarankan agar lelaki di hadapan menginap di hotel terdekat.“Baiknya ke hotel saja,” balas Farhana datar. Dia hendak melanjut
Sementara Kemal pergi, Farhana pun bergegas masuk ke kamar dengan pikiran bertanya-tanya. “Dia menyindir siapa?” gumamnya mengingat ucapan Kayshan tadi.Kegusaran hati membuatnya langsung menarik hijab dan melempar asal ke lantai. Dia tak menyadari bahwa pintu biliknya belum menutup sempurna.Saat tengah mengatur napasnya yang cepat karena emosi sembari mencoba melucuti gamis panjangnya, Farhana kemudian dikagetkan dengan pantulan diri Kayshan yang dia lihat di cermin.Perempuan itu berbalik setelah cepat-cepat menarik kembali resletingnya."Jangan mendekat!" titah Farhana sembari berusaha meraih hijabnya lagi.Namun, Kayshan seolah terpaku dan merangsek masuk, menabrak tubuhnya hingga terdorong ke arah ranjang dan jatuh melentang di sana."A-abang. Ini aku," cicit Farhana dilanda gugup melihat tatapan Kayshan yang tidak biasanya.Farhana memang istrinya. Dia juga tidak akan menolak apabila sang suami meminta hak tersebut. Namun, dia takut Kayshan menganggap dirinya Elea ketika mereka
Kayshan menggenggam erat benda pipih itu saat keluar dari apartemen. Selintas dia melihat isi didalamnya lalu dimatikan lagi. Dia kemudian meminta pada asistennya untuk membelikan ponsel.Sepanjang hari dilalui sang pria seperti biasa. Tapi, hatinya merasakan sebuah ganjalan menyesakkan dan kekosongan mendalam. Dia menghela nafas dalam-dalam saat menatap langit yang mulai gelap, mencoba mencari jawaban atas kebingungannya.Kayshan memutuskan ke klub malam favoritnya. Tak lama setelah memasuki tempat itu, sang CEO memesan minuman lalu duduk di sudut ruangan. Dia tenggelam dalam alunan musik yang menggelegar, berharap suasana gelap dan gemerlap klub menjadi pelipur lara baginya."Bodohnya aku!" Kayshan terkekeh menertawai sikapnya kemarin malam. Kayshan teringat, telah menyalahkan Farhana atas kesalahpahaman tragisnya, mengira bahwa dia adalah Elea. Namun, pada kenyataannya Farhana memiliki pesona tersendiri dan sempat membuat Kay terpana.Lelaki itu duduk menegak, sejenak merenung sebe
"Boleh?" lirih Kay mengulangi ucapannya, tanpa melepas dekapan.Tidak ada penolakan serius dari Farhana membuat Kayshan seakan mendapat lampu hijau. Dia membimbing sang istri kembali menuju peraduan.Di sisa malam, Kayshan langsung rubuh setelah memberikan hak bagi istrinya. Sang CEO bahkan memunggungi Farhana dan langsung memejam setelah melepas pergumulan mereka.Tiada pujian atau ucapan terima kasih bagi Farhana, apalagi kecupan tanda sayang sebagai simbol penghargaan atas apa yang sudah dipersembahkan, membuat suasana kamar seketika dingin."A-bang?" lirih Farhana melihat ke sisi kirinya. Sepi hingga beberapa menit, membuat Farhana bergeser dan balik badan. Namun, tiba-tiba lengan Kayshan mengalungi pinggangnya. Lelaki itu bahkan menempeli punggung Farhana. Kesedihan urung menyembul di ujung netra Farhana. Sejenak, dia menikmati keintimannya dengan sang suami sebelum azan subuh terdengar.Menjelang fajar, Farhana bergeser ke sisi ranjang dan perlahan bangkit. Kayshan pun berbari
Kayshan memijat keningnya sejenak, enggan menjawab pertanyaan tadi. Sejurus itu, dia kembali melihat Farhana. "Katakan apa maumu!" Farhana tertawa kecil, seiring satu butir beningnya turun. "Huft." Dia menghempas lelah ke udara, masih memandangi Kayshan. "Permintaanku belum Abang pikirkan?" ujar sang gadis, mencoba bersabar.Kayshan terdiam, dia berlalu pergi tanpa berkata apapun lagi."Abang!" teriak Farhana, semakin kecewa. Jika biasanya dia akan mengejar Kayshan, maka kali ini tidak. Sebelum pintu depan hunian menutup, suara Kayshan terdengar kembali. "Tidak! Untuk semua keinginanmu!" Brak!Meski sudah menduga jawaban Kayshan, tetap saja Farhana belum bisa menguasai emosinya. Dia terduduk lemas di kursi makan menatap kekosongan.CEO Ghazwan Enterprise melangkah tegap menuju kendaraannya di basement. Dia masuk ke sana lalu membanting pintunya kencang.Dia membenturkan kepala pada head band jok seraya memejam beberapa menit. Tak lama kemudian, lelaki itu mulai menyalakan mesin mob
"Ya, Maa," sahut Kay malas sembari melepas simpul dasinya."Kamu kok kayak hantu. Kita sekantor tapi jarang ketemu. Di hubungi pun susah," omel Kamala sedikit kesal pada putranya."Kan lagi banyak kegiatan di luar," elak Kayshan mulai bangkit berdiri."Setelah ini ambil cuti, Kay. Kalian juga belum liburan," ujar sang mama lagi.Sebelum menjawab Kamala, Kayshan melirik ke arah Farhana yang juga sedang melihatnya. "Heemm!" Lelaki itu tak menanggapi permintaan ibunya, dia melangkah keluar kamar dan membiarkan istrinya berbincang dengan Kamala.Sang CEO memberikan nada dering berbeda untuk nomer kontak keluarga sehingga tanpa melihat identitas, dia bisa mengenali dari bunyinya.Tapi dugaan Kayshan salah, dia kira panggilan itu berasal dari keluarga lain. Mungkin setelah ini, dia akan memberi nada berbeda untuk salah satu kubu.Kayshan samar-samar mendengar saat Kamala menanyakan ponsel Farhana, sebab pesannya untuk sang menantu sampai kini belum terbaca."Aku lagi off main medsos, Ma," j
"Si ... apa?" lirih Kayshan, bertanya memastikan. "Abang nanya?" kekeh Farhana menertawai ekspresi Kayshan sejak tadi. "Siapa lagi ... Abang, lah.""Uhuk! Uhuk!"Farhana bangun, menepuk tengkuk Kayshan beberapa kali. "Izin observasi ODGJ tamvan," ujarnya ketika batuk Kayshan mereda.Gadis itu tertawa sampai gigi gingsulnya terlihat. Akan tetapi, Kayshan tak menyadari itu. Farhana lalu duduk dan mulai menyantap sarapannya, ditemani oleh pandangan dingin Kayshan.Setelahnya, suasana kembali lengang sampai Kayshan selesai sarapan. Lelaki itu langsung bangun dan pergi.Namun, baru beberapa langkah menjauh, Kayshan berhenti dan menatap ke arah Farhana yang asik sendiri. Dia merasakan ada kejanggalan tapi bingung tak menemukan sumbernya."Nyari apa?" kata Farhana, celingukan ke kanan-kiri ketika melihat Kayshan terpaku.Kayshan mengendikkan bahu, lalu berbalik arah dan pergi dari sana. Dalam perjalanan ke basement, Kayshan memikirkan ucapan Farhana. Apakah benar kini dirinya mengidap NPD