Kini aku di depan rumah sahabatku. Karena aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Mungkin hanya Lili dan Sarah yang bisa menolongku sekarang. Aku memencet bel dengan tangan bergetar. Karena di luar cuacanya sangat dingin lalu di tambah dengan perasaanku yang hancur. Itu menambah semakin tersiksanya aku. Wajah yang pertama kali kulihat sekarang adalah Lili. Dia sahabatku saat di sekolah SMA. Gadis dengan rambut keriting itu memelukku. Dia mengatakan jika sangat merindukan aku. Lalu dia melepas pelukannya dan melihat wajahku dengan kasihan. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi denganmu? Apa kau menangis semalaman? Matamu tampak sangat sedih," Aku hanya bisa mengangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lili. "Ya Tuhan, cepat masuklah Selena," kata Lili menarik pergelangan tanganku dengan cepat. Sarah kini keluar dari kamarnya dan dia juga sangat kaget melihat kedatanganku. Tentu dia kaget karena seakan aku adalah gelandangan. Aku membawa tas besar dan wajahku juga sangat kusut.
aku melihat kartu nama ini dengan kedua mata membulat. Aku tidak yakin pria itu adalah seorang CEO. Dia masih terlihat muda. mungkin saja dia membutuhkan seorang pekerja bersih bersih di kantornya. Apakah aku harus pergi ke kantornya? "Jangan banyak berfikir Selena. Kau cepat saja pergi ke kantornya pagi ini juga," ucap Lili dengan serius. "Sebenarnya aku juga bingung harus bekerja dimana lagi. Setelah dipecat di hotel ," ucapku dengan putus asa. "Itu semua gara gara Cody. Dia memang sudah gila. Kau terpancing emosi dan terjadi keributan di hotel. Hingga membuatmu di pecat," ucap Lili dengan kesal. "Aku rasa Christian adalah pria yang baik. Buktinya dia mau untuk mengantarmu ke rumah sakit. Dia juga sangat baik sekali memberikan kartu namanya. Mungkin dia kasihan denganmu Selena," ucap Lili melihatku dengan wajah kasihan. "Ya ampun, sungguh malang sekali nasibku ini. Baiklah aku akan bersiap bersiap sekarang juga untuk menuju ke kantor Cristian," ucapku lalu ber
"A-apa? Menikah denganmu? Apa itu sebuah perkerjaan?" Aku tidak bisa menahan tawa.Pria yang kini duduk di depanku lalu tiba tiba berdiri dan mendekat ke jendela kaca. Pemandangan kota terlihat jelas di bawah sana."Kau sangat membutuhkan uang 'kan? Maka menikahlah denganku," ucap Cristian dengan melipat kedua tangannya di dada.Kini Aku berdiri mendekatnya. Tepat berada di samping tubuhnya yang seakan menjulang tinggi."Tapi itu tidak mungkin terjadi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal tentang pernikahan," ucapku dengan kesal.Cristian membalikkan badan. Dia menatapku dengan serius. Kedua matanya terlihat begitu dalam menatapku."Apa kau yakin bisa membayar hutang sebanyak lima ratus ribu dollar jika kau tidak menikah denganku?" tanya pria itu dengan memiringkan wajahnya. Dia benar benar sombong sekali.Tiba tiba saja pintu terbuka. Terlihat perempuan berambut panjang terurai. Wajahnya di rias dengan make up yang begitu menawan.Tiba tiba saja tangan Cristian memegang lengan atas
"Apa? kau sudah mendapatkan pekerjaan baru? Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya," seru perempuan berambut keriting itu. "Iya aku juga sangat senang sekali. Aku juga sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena telah menampung aku di rumah ini. Sayang sekali aku harus pergi dari rumah ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua," ucapku dengan wajah sedih. "Kami berdua akan mengunjungi tempat kau bekerja jika kau merindukan kami. Benar kan lili?" tanya Sarah dengan antusias. "Oh maaf tidak bisa. Ya sepertinya tidak bisa. Karena aku bekerja di kantor Cristian. Aku takut itu akan menganggu. Aku berjanji akan menemui kalian jika aku mempunyai waktu luang," ucapku tersenyum lebar. "Oh jadi kau bekerja di kantor Cristian? Ya tidak mengapa meski kau di sana sebagai tukang bersih bersih kantor. Itu tidak buruk bukan?" Kata Sarah. "Ya itu tidak buruk sama sekali. Justru aku sangat bahagia sekali. Karena gajinya cukup menjanjikan," jelasku dengan berbohong . Aku terpak
"Kau harus hati hati dengan pria seperti Cristian. Karena dia itu hobi memainkan perempuan. Dia sudah banyak sekali berkencan dengan perempuan tapi akhirnya di tinggalkan begitu saja," kata pria kulit sawo matang itu dengan melirik Cristian."Sial! Pergi dari sini cepatlah!" cristian mendorong lengan laki laki itu dengan keras. Aku rasa laki laki itu adalah adik Cristian."Oke baiklah, tapi aku butuh uang. Kau harus mentransfernya. Jika tidak, aku akan tetap tinggal disini," kata laki laki itu dengan wajah menyebalkan."Pergi dari sini, Lucas. Aku akan mengirimu uang malam ini juga!" kata Cristian dengan tegas."Baiklah Cristian," katanya dengan segera pergi."hati hati gadis manis!" Seru laki laki itu dengan keras meninggalkan aku dan Cristian.Melihat itu aku hanya diam saja. Karena aku sudah tahu bahwa Cristian adalah pria yang suka sekali mempermainkan wanita. Itu sudah aku duga dari awal."Kau tidur di kamar itu!" Cristian menunjuk ke arah kiri."Cepat sana! Istirahat dengan nyen
Aku berjalan dengan kebingungan, mencoba mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Sesekali aku menoleh ke belakang, memastikan tidak ada yang mengejarku. Namun, aku salah. Lili terus mengikutiku. Aku tahu dia mengira aku Selena Watson, dan sepertinya dia tidak akan menyerah begitu saja. “Aku yakin sekali dia Selena. Tidak mungkin aku salah. Wajahnya cantik, dan dia bersama pria kaya raya,” gumam Lili, yang terus mengikutiku dari belakang. “Selena! Apa itu kau, Selena Watson?” teriak Lili dengan keras saat aku tiba di taman belakang gedung yang sepi. Aku menghentikan langkahku, panik. “Sial, apa yang harus kukatakan padanya?” pikirku. Aku menunduk, berharap dia tidak mengenaliku. Tapi Lili sudah berdiri di depanku, kedua tangannya dilipat di dada, menatapku tajam. “Angkat wajahmu, gadis cantik,” katanya dengan nada serius. Dengan perlahan, aku mengangkat wajah. Tatapan Lili semakin tajam saat dia mendekat, memperhatikan penampilanku dari ujung kepala hingga kaki. “Selena? Kau
"Apa? Jadi Selena sudah menikah dengan seorang pria kaya?" tanya Sarah, seorang perempuan berambut pendek, dengan nada terkejut.Lili, yang duduk di hadapannya, mengangguk sambil menaikkan alisnya dengan ekspresi tenang.“Ya, benar. Dia sekarang istri seorang pria kaya,” jawabnya santai.Sarah menggelengkan kepala, masih tak percaya. "Ya Tuhan, aku tidak menyangka dia bisa seberuntung itu. Tapi, bagaimana dia bisa mendapatkan pria itu?" tanyanya penasaran, matanya berbinar.Lili mendekatkan wajahnya ke arah Sarah, menurunkan suaranya menjadi bisikan. “Jangan beritahukan ini kepada siapa pun. Ini adalah rahasia kita.”"Tunggu-tunggu! Rahasia apa maksudmu? Ya Tuhan, aku sangat tidak sabar mendengarnya. Oke, aku berjanji tidak akan memberitahu siapa pun," jawab Sarah sambil menggenggam tangan Lili dengan penuh antusias.Lili
"Kau berani menamparku?" tanya Selena dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Cristian akan menamparnya hanya karena seekor ikan kecil yang telah mati.Selena sudah terlalu remuk hatinya. Ia berbalik dan berjalan dengan cepat. Rasanya sungguh sangat menyakitkan bagi Selena. Ia sudah tidak tahan lagi berada di rumah ini."Selena?" panggil crhistian di tengah pintu dengan keras saat melihat Selena kini sudah menjauh dari gerbang rumahnya.Selena pergi dengan berlari cepat. Air matanya tumpah di kedua pipinya di malam hari yang dingin."Sial! Kenapa dia harus pergi? Huh! Aku yakin dia pasti akan kembali lagi kesini. Untuk apa mengejarnya malam malam seperti ini?" ucap Christian dengan tidak peduli. Ia kini pergi masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat .Sementara itu Selena masih dengan perasaan sedih. Berjalan di depan deretan toko yang seolah memandangnya. Entah kenapa Selena seolah tidak bisa menghentikkan langkah kakinya. Ia terlalu sa
"Sabrina keluar dari apartemen ini sekarang juga!" July perempuan gendut itu menggedor gedor pintu dengan emosi. Anak kecil yang ada di dalam apartemen itu berlari kencang menghampiri sang kakak. "Kakak siapa itu? Aku takut," rengeknya sambil memeluk gadis berusia enam belas tahun. "Kau tetap disini ya. Duduklah," Sabrina memegang pundak adiknya sesaat. Lalu segera pergi menuju ke arah pintu. Tangannya membuka pintu dengan gementar. Ia sungguh takut sekali. "Bisakah kau pelan pelan," ucap Sabrina memohon. "Kau itu telah menunggak sewa apartemen selama tiga bulan! Dasar miskin!" Si gendut itu benar benar marah. "Maafkan aku July. Aku akan melunasinya. Tapi nanti," "Kau itu tidak bisa aku andalkan. Sudahlah pergi sekarang juga! Ayo cepat kemasi barang barangmu!" July menerobos masuk membuat Jason terlihat ketakutan. "Jangan sentuh barang barangku July. Aku pasti kan keluar dari sini!" bentak Sabrina di saat tangan July melempar keluar rak sepatu dan stand han
Lucas dan Kitty merasakan kerasnya kenyataan penjara sejak mereka pertama kali memasuki sel mereka. Kitty, yang terbiasa dengan gaya hidup mewah, mendapati dirinya terjebak dalam keadaan yang sangat berbeda. Di penjara wanita, ia hanya bisa duduk di sudut selnya, meratapi nasibnya yang kini terkungkung oleh jeruji besi.Kitty merasa seolah-olah telah kehilangan segalanya. Kepahitan menguasai hatinya, dan kesedihan menyakiti harga dirinya. Makanan penjara yang disajikan tidak mencerminkan kemewahan yang biasa ia nikmati. Ia menatap hidangan di depannya dengan wajah penuh kekecewaan, merindukan rasa dan kualitas yang sudah lama menjadi bagian dari gaya hidupnya.Sementara Kitty mencoba menahan air matanya menghadapi makanan yang tidak menggugah selera, seorang petugas penjaga dengan tatapan tajam mengamatinya. Suasana dingin di penjara membuatnya merasa terasing dan terjebak. Kitty merasa seolah-olah dunianya runtuh, dan sekarang, ia harus menghadapi akibat dari tindakan buruknya.Malam
Angin malam bertiup lembut di sekitar rumah mewah Christian dan Selena saat mereka kembali dari liburan yang diisi dengan kenangan manis. Cahaya bulan purnama menerangi taman yang indah, memberikan sentuhan magis pada malam yang seharusnya penuh kedamaian.Namun, semuanya berubah begitu mereka pulang dan melihat kepulan asap hitam yang meloncat-loncat di langit-langit. Hati mereka berdetak kencang saat mereka mendekati rumah mewah mereka, dan ketika mereka memasuki halaman, mata mereka langsung terbelalak kaget.Api merah menyala dan membara, melahap setiap sudut rumah mereka yang dulu begitu indah. Percikan api menerpa langit-langit, dan knalpot bergegas dari truk pemadam kebakaran di kejauhan. Christian dan Selena bersandar di mobil mereka, pandangan terpaku pada rumah mereka yang tengah dilalap oleh kobaran api."Apa yang terjadi?" Christian berbisik, suaranya penuh dengan kebingungan dan kesedihan.Selena hanya bisa menangis, hatinya hancur melihat rumah impian mereka menjadi jend
Rumah besar dengan desain yang modern menyambut Selena dengan keanggunan dan kemewahan. Begitu ia melangkah masuk, seorang pelayan dengan pakaian rapi menyambutnya dan mengajaknya menuju ruang tamu yang luas. Selena duduk di sofa yang nyaman, mengamati sekeliling yang dipenuhi dengan karya seni dan furnitur elegan."Rumah ini masih sama saat aku dan Christian berada disini," ucap Selena di dalam hati yang diam diam merindukan saat dulu.Pelayan ramah itu memberitahu Selena bahwa tuan rumah akan segera menyambutnya, dan ia diminta untuk menunggu sebentar. Dalam keheningan yang mewah, Selena merenung, merasakan ketegangan dalam suasana yang seolah-olah terkandung di udara.Tak lama kemudian seorang pria tua yang berwibawa melangkah mendekat ke ruang tamu. Itu adalah Mark, ayah dari Christian. Sorot matanya penuh dengan campuran kebahagiaan dan kesedihan saat melihat Selena. Mark menyambutnya dengan senyuman hangat."Selena, betapa senangnya saya bisa bertemu denganmu lagi setelah begitu
Suasana di restoran di New York begitu hangat dan elegan. Cahaya lampu gemerlap menyelimuti setiap sudut, menciptakan atmosfer yang romantis dan nyaman. Meja yang ditempati oleh Selena dan Cody dihiasi dengan lilin kecil yang memancarkan cahaya lembut.Cody duduk di kursi dengan senyuman tulus di wajahnya, walaupun ia mengalami kebutaan. Asistennya yang setia berada di sebelahnya, membantunya dengan penuh kehati-hatian. Pelayan yang profesional dengan sigap menyusun peralatan makan di depan Cody, memastikan semuanya berada di tempat yang tepat.Selena, dengan senyuman hangat, duduk di seberang Cody. Rambutnya yang tergerai indah dan gaun malamnya memberikan kesan elegan. Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan sejenak, terasa keajaiban pertemuan di antara mereka."Selena, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi. Maafkan aku atas segala kesalahanku di masa lalu."Selena tersenyum lembut, "Cody, kita semua pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita belajar darinya dan menjadi leb
"Ayah maafkan aku, aku mohon ayah," Christian mendekat kepada sang ayah dan bersujud di kaki sang ayah untuk memohon maaf.Melihat itu Lucas sangat merasa menang. Sementara Selena menatap Lucas."Lucas benar benar jahat sekali. Pasti ini adalah balas dendam Lucas. Karena cintanya di tolak oleh aku," ucap Selena di dalam hatinya dengan amarah."Berdirilah Christian," ucap Mark dengan mengangkat kedua lengan Christian.Sementara di dalam hati Selena sangat takut. Ia takut akan di usir oleh Mark. Karena sudah menjadi istri kontrak Christian. Kebohongannya sudah terungkap. Selena benar benar merasa takut. Ia sudah mengira bahwa sebentar lagi pasti ia akan di usir dari rumah ini.. "Aku ingin kalian tahu bahwa sebenarnya aku sudah mengetahui sejak lama tentang pernikahan kalian menikah kontrak," ucap Mark membuat ketiga orang di depannya itu membelalak."Koper yang ada di kamar crhistian. Itu adalah koper Selena kan? Banyak barang barang Selena di sana. Sejak saat itu saat ayah membuka kop
Dengan langkah-langkah yang berat, Lucas membuka pintu kamar hotelnya. Tatapan matanya penuh dengan amarah yang menyala, dan langkah kakinya terdengar menghantam lantai dengan keras. Pintu terbuka dengan kekuatan yang tidak biasa, seakan mencerminkan kekuatan amarah yang terpendam. Wajah Selena terlintas di benaknya saat mengatakan kata maaf dan penolakan cinta. Lucas sangat marah sekali dengan Selena.Kini Kamar hotel yang sebelumnya rapi dan nyaman seketika berubah menjadi medan perang pribadi. Lucas, pria berkulit hitam dengan pesona khasnya, mulai membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya. Koper terbang terlempar begitu saja, lampu meja pecah menjadi serpihan kecil, dan tirai jendela terlepas dari tempatnya. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran yang diakibatkan oleh patah hati."Selena? Kenapa kau melakukan itu kepadaku Selena?" Teriak Lucas dengan kehancuran.Semua kenangan manis dengan Selena seperti hantu yang menghantui Lucas, merayapi setiap sudut piki
Suasana taman kota yang sepi menyambut kehadiran Selena yang tengah terhempas dalam keputusasaan. Air mata mengalir deras dari matanya yang sayu, menciptakan jejak kesedihan di wajahnya yang pucat. Selena merenungi betapa dirinya menjadi sebab terjadinya pertengkaran hebat antara dua pria kakak beradik, Christian dan Lucas. Hatinya hancur karena perasaan bersalah, merasa menjadi pemicu konflik di antara kakak beradik tersebut. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan dirinya sebagai objek pertarungan, tetapi juga karena kesedihan melihat kedua pria yang pernah bersahabat, kini terluka dan babak belur.Sambil duduk di bangku taman yang dingin, Selena meratapi nasibnya yang rumit. Meski seharusnya menikah dengan Christian berdasarkan kontrak demi melunasi hutangnya pada pihak peminjam, Selena merasa terjebak dalam keputusan yang sulit. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan terkadang pengorbanan terbesar adalah hati seseorang. Meskipun Christian adalah pilihan yang
Lucas dan Selena menikmati suasana taman kota Paris yang begitu indah saat mereka berdua bersepeda. Angin sepoi-sepoi di Paris membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Lucas tertawa riang, "Selena, siapa sangka kita bisa bersepeda bersama di Paris?"Selena tersenyum, "Iya, ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Lucas, sudah mengajakku kesini."Mereka berdua bersepeda tanpa arah yang pasti, hanya menikmati momen kebersamaan. Sambil menikmati pemandangan indah, Lucas tiba-tiba berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Selena. Paris memang kota romantis, dan bagiku, momen ini menjadi lebih istimewa bersamamu."Selena tersenyum simpul, "Aku juga senang bisa bersamamu, Lucas. Kau selalu membuat hari-haraku lebih cerah."Lucas mengangguk, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, Selena, aku merasa beruntung bisa dekat denganmu. Kau istimewa bagiku."Selena tersenyum tipis, "Lucas, kau juga istimewa bagiku. Kita memang teman yang baik."Mereka melanjutkan perjalanan dengan tawa dan obr