"A-apa? Menikah denganmu? Apa itu sebuah perkerjaan?" Aku tidak bisa menahan tawa.
Pria yang kini duduk di depanku lalu tiba tiba berdiri dan mendekat ke jendela kaca. Pemandangan kota terlihat jelas di bawah sana.
"Kau sangat membutuhkan uang 'kan? Maka menikahlah denganku," ucap Cristian dengan melipat kedua tangannya di dada.
Kini Aku berdiri mendekatnya. Tepat berada di samping tubuhnya yang seakan menjulang tinggi.
"Tapi itu tidak mungkin terjadi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal tentang pernikahan," ucapku dengan kesal.
Cristian membalikkan badan. Dia menatapku dengan serius. Kedua matanya terlihat begitu dalam menatapku.
"Apa kau yakin bisa membayar hutang sebanyak lima ratus ribu dollar jika kau tidak menikah denganku?" tanya pria itu dengan memiringkan wajahnya. Dia benar benar sombong sekali.
Tiba tiba saja pintu terbuka. Terlihat perempuan berambut panjang terurai. Wajahnya di rias dengan make up yang begitu menawan.
Tiba tiba saja tangan Cristian memegang lengan atasku dengan cepat. Aku yang kaget reflek melihat wajahnya. Dia tiba tiba menciumku dengan romantis. Aku seakan menjadi patung sekarang.
Aku segera menghindar dari wajah Cristian beberapa centi. Kini Dia melihat ke arah wanita yang ada di dekat pintu.
"Julia, untuk apa kau ke sini? Aku sedang bermesraan dengan tunanganku," kata Cristian dengan yakin.
"Tunangan? Dia tunanganmu? Aku tidak percaya! Dimana cincinnya?" tanya wanita dengan rambut hitam yang super lurus.
"Ini cincinnya," ucapku dengan memperlihatkan jari manisku. Kini aku sudah mulai berakting.
"cincin ini memang tidak terlalu menarik. Tapi ini adalah cincin warisan dari nenek Christian. Benarkan sayang?" Aku melirik Cristian dengan suara manja.
Cristian membelai pipiku dengan lembut.
"Ya itu benar sekali sayang," seru Cristian dengan senyum manis.
Kulihat ekspresi wajah Julia benar benar marah. Tapi dia berusaha untuk tetap terlihat cantik. Bola matanya melihat penampilan aku.
"Darimana kau mendapatkan wanita dengan baju norak seperti ini heh?" tanya Julia dengan melipat kedua tangannya di dada.
"Apa kau bilang? Penampilanku norak? Ya ampun. Kau ini benar benar tidak tahu fashion ya? Ini adalah pakaian yang baru saja di tampilkan di fashion show desainer terkenal Sarah Sechan. Kau pasti tidak tahu dia itu siapa kan? Dia sangat terkenal. Pengikut di I*******m nya bahkan sangat banyak," ucapku dengan yakin. Aku benar benar pandai sekali berbohong.
Mata Julia membelalak. Dia terlihat kebingungan akan menjawab pertanyaanku.
"Kalian berdua adalah badut!" teriak Julia keluar membanting pintu dengan kasar.
"Akting yang sangat bagus selena," ucap Cristian dengan merangkul aku begitu terlihat akrab. Namun aku segera melepaskan lengan itu dari leherku.
"Oh, maafkan aku. Aku terlalu terpana dengan aktingmu," ucap Cristian tersenyum manis.
"Jadi apa itu adalah wanita yang di jodohkan oleh orang tuamu?" Tanyaku.
"Ya kau benar sekali dan tentu aku tidak mau dengan wanita seperti Julia. Kau lihat sendiri sikapnya tadi. Dia bahkan tidak mengetuk pintu saat memasuki ruangan ini. Dia sangat arogan. Aku tidak suka dengan Julia," ucap Cristian denba yakin
"Aku kira Julia adalah wanita cantik yang tidak akan di tolak oleh para pria sepertimu," ucapku dengan melihat penampilan Cristian dari ujung kaki ke ujung kepala.
"Kau salah, aku sama sekali tidak seperti para pria yang kau maksud itu," ucap Cristian dengan tegas.
Ia lalu menampar bayangan di depan wajahnya.
"Ah sudahlah, jangan bicara julia. Ayo kita duduk saja. Kita bicarakan soal pekerjaanmu itu," ucap Cristian dengan langkah panjang mendekati kursi duduk lalu bersender dengan santai.
"Ok baiklah, jadi sederhana saja. Aku butuh seorang istri yang bisa meyakinkan ayahku. Bahwa aku sudah siap dan dia bisa menyerahkan perusahaan ini kepadaku sepenuhnya, yang perlu and lalakukan hanyalah berpura pura. Mari kita menjual kebohongan dan itu saja. Aku akan membayar apapun tagihan yang kau miliki dan saya akan memberikan uang tambahan jika kau bekerja dengan sangat baik," ucap dengan tegas.
Aku sudah tidak punya jalan lain lagi untuk melunasi hutang. Jadi aku mengangguk di depan pria berwajah manis ini.
"Oke bagus. Ada pertanyaan ?"
Aku melirik sejenak untuk memikirkan pertanyaan apa yang harus aku ajukan.
"Berapa lama aku akan menjual kebohongan ini?" tanyaku dengan serius.
Cristian melihat ke atas lalu mendekat ke meja.
"Oh ya, aku lupa," ucapnya dengan cepat dan membuka laci lalu memegang dokumen dan meletakkannya di atas meja.
"Ini adalah dokumen yang kau harus tandatangani. Kau akan menjalani kebohongan ini selama tujuh bulan," ucapnya sambil melihat dokumen lalu mendorongnya ke arahku.
Aku mulai membacanya dengan teliti. Tertulis nama aku dan cristian. Tanggal lahir kami berdua juga tertulis disana.
"Pertama Jika anda mencoba keluar dari pernikahan sebelum tujuh bulan berakhir. Anda tidak akan di bayar. Kedua anda harus menunjukan kasih sayang di depan umum. Ketiga Anda boleh menemui siapa saja yang anda inginkan. Selama itu bukan di tempat umum. Keempat jangan beritahukan perjanjian ini kepada siapapun atau perjanjian ini akan di batalkan. Kelima seletelah kontrak selesai anda akan menerima uang tambahan dan pergi. Tambahan bahwa kita berdua tidak akan melakukan hubungan seks tanpa persetujuan atau bahkan tidak akan pernah," aku membacanya dengan teliti. Di bagian terakhir aku benar benar menyetujuinya seribu persen.
"Kau sudah membacanya? Apa ada yang keberatan? Tidak ada kan? Jadi langsung saja kau tandatangani dengan benar," ucap Cristian membuatku gugup.
Aku mencoba menarik nafas dengan pelan dan dengan cepat aku mendatangani dokumen itu. Semoga saja aku bisa segera menyelesaikan pekerjaan ini. Lagi pula ini hanya tujuh bulan saja. Jadi aku bisa tenang setelah tujuh bulan.
"Jadi setelah ini apa yang harus aku lakukan?" tanyaku melihatnya dengan serius.
"Kemasi barang barangmu dan pindahlah ke rumahku."
"Apa? kau sudah mendapatkan pekerjaan baru? Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya," seru perempuan berambut keriting itu. "Iya aku juga sangat senang sekali. Aku juga sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena telah menampung aku di rumah ini. Sayang sekali aku harus pergi dari rumah ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua," ucapku dengan wajah sedih. "Kami berdua akan mengunjungi tempat kau bekerja jika kau merindukan kami. Benar kan lili?" tanya Sarah dengan antusias. "Oh maaf tidak bisa. Ya sepertinya tidak bisa. Karena aku bekerja di kantor Cristian. Aku takut itu akan menganggu. Aku berjanji akan menemui kalian jika aku mempunyai waktu luang," ucapku tersenyum lebar. "Oh jadi kau bekerja di kantor Cristian? Ya tidak mengapa meski kau di sana sebagai tukang bersih bersih kantor. Itu tidak buruk bukan?" Kata Sarah. "Ya itu tidak buruk sama sekali. Justru aku sangat bahagia sekali. Karena gajinya cukup menjanjikan," jelasku dengan berbohong . Aku terpak
"Kau harus hati hati dengan pria seperti Cristian. Karena dia itu hobi memainkan perempuan. Dia sudah banyak sekali berkencan dengan perempuan tapi akhirnya di tinggalkan begitu saja," kata pria kulit sawo matang itu dengan melirik Cristian."Sial! Pergi dari sini cepatlah!" cristian mendorong lengan laki laki itu dengan keras. Aku rasa laki laki itu adalah adik Cristian."Oke baiklah, tapi aku butuh uang. Kau harus mentransfernya. Jika tidak, aku akan tetap tinggal disini," kata laki laki itu dengan wajah menyebalkan."Pergi dari sini, Lucas. Aku akan mengirimu uang malam ini juga!" kata Cristian dengan tegas."Baiklah Cristian," katanya dengan segera pergi."hati hati gadis manis!" Seru laki laki itu dengan keras meninggalkan aku dan Cristian.Melihat itu aku hanya diam saja. Karena aku sudah tahu bahwa Cristian adalah pria yang suka sekali mempermainkan wanita. Itu sudah aku duga dari awal."Kau tidur di kamar itu!" Cristian menunjuk ke arah kiri."Cepat sana! Istirahat dengan nyen
Mungkin menurut orang-orang, ini adalah tempat yang paling menyenangkan. Tapi tidak bagiku. Bar yang paling disukai di new York ini sangatlah ramai. Hiruk pikuk orang -orang dan bau alkohol sangat terasa. Perjudian geng motor serta bau rokok membuatku ingin sekali berteriak. Sialnya hari ini ada salah satu karyawan yang tidak bisa hadir. Itu menjadikan aku semakin sibuk. Sebenarnya hari ini aku terpaksa bekerja shift malam. Karena harus membayar sewa rumah. Bulan ini aku yang harus membayarnya. Karena pacarku sudah memenuhi kebutuhan makan harianku. Ya, kami berdua tinggal bersama sudah satu tahun. "Hai gadis cantik! Lihatlah meja nomer 8! Saya meminta root beer Texas lima gelas! Kenapa Tidak ada satupun!" suara keras itu membuatku kesal. Aku segera menuju ke meja itu sambil membawakan apa yang mereka minta. Sialnya aku terlalu cepat melangkah hingga menabrak seorang geng motor. Gelas pecah di lantai. Itu sangat kacau sekali. Pandangan pria geng motor itu seperti
Kini aku di depan rumah sahabatku. Karena aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Mungkin hanya Lili dan Sarah yang bisa menolongku sekarang. Aku memencet bel dengan tangan bergetar. Karena di luar cuacanya sangat dingin lalu di tambah dengan perasaanku yang hancur. Itu menambah semakin tersiksanya aku. Wajah yang pertama kali kulihat sekarang adalah Lili. Dia sahabatku saat di sekolah SMA. Gadis dengan rambut keriting itu memelukku. Dia mengatakan jika sangat merindukan aku. Lalu dia melepas pelukannya dan melihat wajahku dengan kasihan. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi denganmu? Apa kau menangis semalaman? Matamu tampak sangat sedih," Aku hanya bisa mengangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lili. "Ya Tuhan, cepat masuklah Selena," kata Lili menarik pergelangan tanganku dengan cepat. Sarah kini keluar dari kamarnya dan dia juga sangat kaget melihat kedatanganku. Tentu dia kaget karena seakan aku adalah gelandangan. Aku membawa tas besar dan wajahku juga sangat kusut.
aku melihat kartu nama ini dengan kedua mata membulat. Aku tidak yakin pria itu adalah seorang CEO. Dia masih terlihat muda. mungkin saja dia membutuhkan seorang pekerja bersih bersih di kantornya. Apakah aku harus pergi ke kantornya? "Jangan banyak berfikir Selena. Kau cepat saja pergi ke kantornya pagi ini juga," ucap Lili dengan serius. "Sebenarnya aku juga bingung harus bekerja dimana lagi. Setelah dipecat di hotel ," ucapku dengan putus asa. "Itu semua gara gara Cody. Dia memang sudah gila. Kau terpancing emosi dan terjadi keributan di hotel. Hingga membuatmu di pecat," ucap Lili dengan kesal. "Aku rasa Christian adalah pria yang baik. Buktinya dia mau untuk mengantarmu ke rumah sakit. Dia juga sangat baik sekali memberikan kartu namanya. Mungkin dia kasihan denganmu Selena," ucap Lili melihatku dengan wajah kasihan. "Ya ampun, sungguh malang sekali nasibku ini. Baiklah aku akan bersiap bersiap sekarang juga untuk menuju ke kantor Cristian," ucapku lalu ber
"Kau harus hati hati dengan pria seperti Cristian. Karena dia itu hobi memainkan perempuan. Dia sudah banyak sekali berkencan dengan perempuan tapi akhirnya di tinggalkan begitu saja," kata pria kulit sawo matang itu dengan melirik Cristian."Sial! Pergi dari sini cepatlah!" cristian mendorong lengan laki laki itu dengan keras. Aku rasa laki laki itu adalah adik Cristian."Oke baiklah, tapi aku butuh uang. Kau harus mentransfernya. Jika tidak, aku akan tetap tinggal disini," kata laki laki itu dengan wajah menyebalkan."Pergi dari sini, Lucas. Aku akan mengirimu uang malam ini juga!" kata Cristian dengan tegas."Baiklah Cristian," katanya dengan segera pergi."hati hati gadis manis!" Seru laki laki itu dengan keras meninggalkan aku dan Cristian.Melihat itu aku hanya diam saja. Karena aku sudah tahu bahwa Cristian adalah pria yang suka sekali mempermainkan wanita. Itu sudah aku duga dari awal."Kau tidur di kamar itu!" Cristian menunjuk ke arah kiri."Cepat sana! Istirahat dengan nyen
"Apa? kau sudah mendapatkan pekerjaan baru? Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya," seru perempuan berambut keriting itu. "Iya aku juga sangat senang sekali. Aku juga sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena telah menampung aku di rumah ini. Sayang sekali aku harus pergi dari rumah ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua," ucapku dengan wajah sedih. "Kami berdua akan mengunjungi tempat kau bekerja jika kau merindukan kami. Benar kan lili?" tanya Sarah dengan antusias. "Oh maaf tidak bisa. Ya sepertinya tidak bisa. Karena aku bekerja di kantor Cristian. Aku takut itu akan menganggu. Aku berjanji akan menemui kalian jika aku mempunyai waktu luang," ucapku tersenyum lebar. "Oh jadi kau bekerja di kantor Cristian? Ya tidak mengapa meski kau di sana sebagai tukang bersih bersih kantor. Itu tidak buruk bukan?" Kata Sarah. "Ya itu tidak buruk sama sekali. Justru aku sangat bahagia sekali. Karena gajinya cukup menjanjikan," jelasku dengan berbohong . Aku terpak
"A-apa? Menikah denganmu? Apa itu sebuah perkerjaan?" Aku tidak bisa menahan tawa.Pria yang kini duduk di depanku lalu tiba tiba berdiri dan mendekat ke jendela kaca. Pemandangan kota terlihat jelas di bawah sana."Kau sangat membutuhkan uang 'kan? Maka menikahlah denganku," ucap Cristian dengan melipat kedua tangannya di dada.Kini Aku berdiri mendekatnya. Tepat berada di samping tubuhnya yang seakan menjulang tinggi."Tapi itu tidak mungkin terjadi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal tentang pernikahan," ucapku dengan kesal.Cristian membalikkan badan. Dia menatapku dengan serius. Kedua matanya terlihat begitu dalam menatapku."Apa kau yakin bisa membayar hutang sebanyak lima ratus ribu dollar jika kau tidak menikah denganku?" tanya pria itu dengan memiringkan wajahnya. Dia benar benar sombong sekali.Tiba tiba saja pintu terbuka. Terlihat perempuan berambut panjang terurai. Wajahnya di rias dengan make up yang begitu menawan.Tiba tiba saja tangan Cristian memegang lengan atas
aku melihat kartu nama ini dengan kedua mata membulat. Aku tidak yakin pria itu adalah seorang CEO. Dia masih terlihat muda. mungkin saja dia membutuhkan seorang pekerja bersih bersih di kantornya. Apakah aku harus pergi ke kantornya? "Jangan banyak berfikir Selena. Kau cepat saja pergi ke kantornya pagi ini juga," ucap Lili dengan serius. "Sebenarnya aku juga bingung harus bekerja dimana lagi. Setelah dipecat di hotel ," ucapku dengan putus asa. "Itu semua gara gara Cody. Dia memang sudah gila. Kau terpancing emosi dan terjadi keributan di hotel. Hingga membuatmu di pecat," ucap Lili dengan kesal. "Aku rasa Christian adalah pria yang baik. Buktinya dia mau untuk mengantarmu ke rumah sakit. Dia juga sangat baik sekali memberikan kartu namanya. Mungkin dia kasihan denganmu Selena," ucap Lili melihatku dengan wajah kasihan. "Ya ampun, sungguh malang sekali nasibku ini. Baiklah aku akan bersiap bersiap sekarang juga untuk menuju ke kantor Cristian," ucapku lalu ber
Kini aku di depan rumah sahabatku. Karena aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Mungkin hanya Lili dan Sarah yang bisa menolongku sekarang. Aku memencet bel dengan tangan bergetar. Karena di luar cuacanya sangat dingin lalu di tambah dengan perasaanku yang hancur. Itu menambah semakin tersiksanya aku. Wajah yang pertama kali kulihat sekarang adalah Lili. Dia sahabatku saat di sekolah SMA. Gadis dengan rambut keriting itu memelukku. Dia mengatakan jika sangat merindukan aku. Lalu dia melepas pelukannya dan melihat wajahku dengan kasihan. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi denganmu? Apa kau menangis semalaman? Matamu tampak sangat sedih," Aku hanya bisa mengangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lili. "Ya Tuhan, cepat masuklah Selena," kata Lili menarik pergelangan tanganku dengan cepat. Sarah kini keluar dari kamarnya dan dia juga sangat kaget melihat kedatanganku. Tentu dia kaget karena seakan aku adalah gelandangan. Aku membawa tas besar dan wajahku juga sangat kusut.
Mungkin menurut orang-orang, ini adalah tempat yang paling menyenangkan. Tapi tidak bagiku. Bar yang paling disukai di new York ini sangatlah ramai. Hiruk pikuk orang -orang dan bau alkohol sangat terasa. Perjudian geng motor serta bau rokok membuatku ingin sekali berteriak. Sialnya hari ini ada salah satu karyawan yang tidak bisa hadir. Itu menjadikan aku semakin sibuk. Sebenarnya hari ini aku terpaksa bekerja shift malam. Karena harus membayar sewa rumah. Bulan ini aku yang harus membayarnya. Karena pacarku sudah memenuhi kebutuhan makan harianku. Ya, kami berdua tinggal bersama sudah satu tahun. "Hai gadis cantik! Lihatlah meja nomer 8! Saya meminta root beer Texas lima gelas! Kenapa Tidak ada satupun!" suara keras itu membuatku kesal. Aku segera menuju ke meja itu sambil membawakan apa yang mereka minta. Sialnya aku terlalu cepat melangkah hingga menabrak seorang geng motor. Gelas pecah di lantai. Itu sangat kacau sekali. Pandangan pria geng motor itu seperti