"Apa? Jadi Selena sudah menikah dengan seorang pria kaya?" tanya Sarah, seorang perempuan berambut pendek, dengan nada terkejut.
Lili, yang duduk di hadapannya, mengangguk sambil menaikkan alisnya dengan ekspresi tenang.
“Ya, benar. Dia sekarang istri seorang pria kaya,” jawabnya santai.
Sarah menggelengkan kepala, masih tak percaya. "Ya Tuhan, aku tidak menyangka dia bisa seberuntung itu. Tapi, bagaimana dia bisa mendapatkan pria itu?" tanyanya penasaran, matanya berbinar.
Lili mendekatkan wajahnya ke arah Sarah, menurunkan suaranya menjadi bisikan. “Jangan beritahukan ini kepada siapa pun. Ini adalah rahasia kita.”
"Tunggu-tunggu! Rahasia apa maksudmu? Ya Tuhan, aku sangat tidak sabar mendengarnya. Oke, aku berjanji tidak akan memberitahu siapa pun," jawab Sarah sambil menggenggam tangan Lili dengan penuh antusias.
Lili tersenyum licik, lalu mulai bercerita. “Sebenarnya, Selena bukan istri sebenarnya dari Cristian. Dia hanya tunangan palsu Cristian. Kau tahu Cristian, kan? Dia anak dari Tuan Besar Mark. Keluarga mereka itu kaya raya, punya segalanya.”
Sarah terbelalak, matanya membesar. "Serius? Betapa luar biasa kaya keluarga itu!" katanya, suaranya hampir melengking.
Lili mengangguk, kali ini dengan senyum penuh arti. “Dan, apakah kau ingin menjadi wanita kaya juga?” tanyanya, sengaja menatap Sarah tajam.
“Hah? Tentu saja aku mau! Aku sudah lelah hidup seperti ini, bekerja setiap hari dengan gaji kecil. Tapi bagaimana caranya? Apakah aku benar-benar bisa jadi kaya? Hahaha…” Sarah tertawa sambil membayangkan kehidupan impian.
Lili mencondongkan tubuhnya ke depan. “Dengarkan aku. Kita akan mendapatkan uang dari Selena,” katanya, tersenyum lebar hingga giginya terlihat jelas.
Sarah terkejut. “Hah? Bagaimana caranya? Kau ingin kita berhutang kepada Selena?” tanyanya sambil menggaruk kepala, tampak bingung.
Lili memukul kepala Sarah dengan ringan. “Bukan begitu, bodoh!” serunya kesal.
“Lalu, bagaimana?” Sarah bertanya dengan wajah penuh rasa ingin tahu.
“Caranya, kita akan memeras Selena. Kita akan meminta uang tutup mulut darinya. Aku sudah berjanji pada Selena untuk menjaga rahasia bahwa dia adalah tunangan palsu Cristian. Aku juga tahu mereka sedang merencanakan pernikahan kontrak. Jadi, dia pasti akan membayar kita untuk tetap diam. Bagaimana? Ideku sangat cemerlang, bukan?” Lili tersenyum penuh kemenangan.
Sarah menatap Lili dengan kagum. "Ya Tuhan, kau benar-benar jenius, Lili! Aku setuju denganmu!"
Keduanya tertawa sambil membayangkan bagaimana mereka akan menjadi kaya raya dalam waktu dekat.
---
Sementara itu, di rumah besar Cristian, Selena baru saja menerima paket dari kurir. Ia membawa kopernya masuk ke dalam rumah dengan hati-hati.
"Syukurlah, akhirnya aku bisa mendapatkan koper ini kembali. Aku harus segera menyembunyikannya sebelum Cristian tahu," gumamnya sambil berjalan cepat menuju kamar.
Sesampainya di kamar, Selena mengunci pintu dengan rapat. Ia membuka kopernya untuk memeriksa isinya. Di dalamnya terdapat pakaian dan sebuah kotak kecil yang berisi foto masa kecilnya bersama sang ibu. Foto itu adalah satu-satunya kenangan yang tersisa setelah kebakaran yang merenggut segalanya.
“Bu, ini satu-satunya foto yang aku miliki. Aku tidak akan membuangnya, meskipun Cristian memaksaku. Dia tidak tahu betapa berharganya foto ini bagiku,” ucap Selena sambil mengelus kotak kecil itu.
Setelah memastikan semuanya aman, Selena menyimpan kembali barang-barang tersebut ke dalam koper dan menyembunyikannya di bawah tempat tidur. Namun, ketenangannya terganggu ketika teleponnya berdering. Nama Cristian muncul di layar.
“Ya Tuhan, dia lagi. Aku hanya ingin bersantai hari ini,” gumamnya sambil mendengus kesal.
Dengan enggan, Selena mengangkat telepon itu.
“Kau ke mana saja? Kenapa lama sekali mengangkat teleponku?” Cristian langsung bertanya dengan nada tajam.
Selena menarik napas panjang, berusaha menahan emosi. “Hei, ini tidak lama! Ada apa sebenarnya? Kenapa kau meneleponku?” jawabnya dengan nada judes.
“Kau sudah membersihkan akuarium?” tanya Cristian tanpa basa-basi.
“Ya ampun, kau masih ingat saja soal itu. Sudahlah, lupakan,” jawab Selena malas.
“Kalau kau tidak mau melakukannya, aku akan memotong gajimu,” ancam Cristian.
Selena mengerutkan kening. “Baiklah, aku akan membersihkan akuarium sekarang,” katanya dengan nada kesal, lalu melempar ponselnya ke atas kasur.
Ia berjalan ke belakang rumah, tempat akuarium besar itu berada. Akuarium tersebut setinggi dirinya, penuh dengan ikan hias berwarna-warni yang tampak indah.
“Ah, ini sepertinya mudah. Aku hanya perlu mengeluarkan ikan-ikan ini, menguras airnya, lalu memasukkan semuanya kembali,” kata Selena dengan penuh percaya diri.
Namun, pekerjaan itu ternyata jauh lebih melelahkan daripada yang ia bayangkan. Setelah hampir satu jam, akuarium itu akhirnya bersih, tetapi sebuah insiden terjadi. Seekor ikan kecil melompat keluar tanpa ia sadari dan terinjak kakinya hingga mati.
“Ya Tuhan, kau ikan kecil yang malang. Semoga Cristian tidak tahu,” gumam Selena dengan wajah cemas. Ia segera mengubur ikan itu di taman belakang rumah.
“Aku yakin dia tidak akan menyadarinya. Lagi pula, ada banyak ikan di akuarium. Mana mungkin dia tahu kalau satu ekor hilang,” katanya, mencoba menenangkan diri.
---
Malam harinya, pintu kamar Selena diketuk dengan keras. Selena yang sedang bersantai mendengus kesal.
“Cristian, kau benar-benar tidak memberi aku waktu untuk tenang,” katanya sambil berjalan menuju pintu.
Ketika pintu terbuka, Cristian berdiri di depannya dengan wajah marah.
"Di mana ikan kecil berwarna merah itu?” tanyanya dengan nada serius.
“Ikan merah? Ada di akuarium. Aku sudah membersihkan semuanya. Kau tidak lihat?” jawab Selena, berpura-pura tenang.
Cristian tidak percaya begitu saja. “Ikut aku sekarang!” perintahnya sambil menarik lengan Selena.
“Aduh! Bisakah kau sedikit lebih lembut?” protes Selena, merasa kesakitan.
Mereka berdua berdiri di depan akuarium. Cristian menunjuk akuarium itu dengan ekspresi murka. “Kau lihat? Hanya ada sebelas ikan di sini. Ikan kecil merah itu tidak ada! Ke mana dia?”
Selena akhirnya menyerah dan mengaku. “Maaf, ikan itu mati. Tapi aku sudah menguburnya,” jawabnya dengan nada memohon.
Namun, jawaban itu tidak meredakan kemarahan Cristian. Ia menampar pipi Selena dengan keras. Selena terkejut, tidak menyangka Cristian bisa bertindak sebrutal itu. Ia memegang pipinya yang memerah, air matanya mulai mengalir.
Cristian mendekat, menatapnya dengan tajam. “Kau tidak pernah melakukan apa pun dengan benar. Ingat, Selena, aku bisa memecatmu kapan saja,” katanya sebelum berbalik dan pergi, meninggalkan Selena yang terpaku di tempat.
Selena duduk di lantai, merasakan sakit di wajahnya dan hatinya. “Aku harus bertahan. Semua ini demi masa depan yang lebih baik,” gumamnya lirih, mencoba menguatkan diri.
"Kau berani menamparku?" tanya Selena dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia tidak menyangka Cristian akan menamparnya hanya karena seekor ikan kecil yang telah mati.Selena sudah terlalu remuk hatinya. Ia berbalik dan berjalan dengan cepat. Rasanya sungguh sangat menyakitkan bagi Selena. Ia sudah tidak tahan lagi berada di rumah ini."Selena?" panggil crhistian di tengah pintu dengan keras saat melihat Selena kini sudah menjauh dari gerbang rumahnya.Selena pergi dengan berlari cepat. Air matanya tumpah di kedua pipinya di malam hari yang dingin."Sial! Kenapa dia harus pergi? Huh! Aku yakin dia pasti akan kembali lagi kesini. Untuk apa mengejarnya malam malam seperti ini?" ucap Christian dengan tidak peduli. Ia kini pergi masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat .Sementara itu Selena masih dengan perasaan sedih. Berjalan di depan deretan toko yang seolah memandangnya. Entah kenapa Selena seolah tidak bisa menghentikkan langkah kakinya. Ia terlalu sa
Saat perjalanan pulang Lucas terlihat berbeda sekali. Selena tidak tahu kenapa Lucas sama sekali tidak bicara saat perjalanan pulang. "Aku mengantarmu sampai sini saja ya," ucap Lucas terlihat di jendela mobil. "Apa kau tidak mau menyapa kakakmu?" tanya Selena . "Tidak perlu, aku juga harus segera pulang ke apartemen. Aku lelah," kata Cristian dengan wajah datar. "Kalau kau mengantuk sebaiknya kau tidur di rumah ini saja," ucap Selena memberi saran. "Tidak perlu, aku akan baik baik saja. Sampai di apartemen aku akan segera tidur," ucap pria manis dengan kulit hitam itu. Lucas tersenyum kepada Selena dan melihat ke arah gerbang. "Baiklah kalau begitu aku akan masuk. Kau hati hati ya Lucas," Selena menepuk punggung Lucas dengan akrab. "Baiklah, sampai jumpa," ucap Lucas dengan segera mengaktifkan mobilnya dan melaju dengan cepat. Kini Selena dengan langkah cepat masuk ke dalam gerbang. Untung saja gerbang rumah itu belum
"Aku tidak bercanda sama sekali Selena, kami berdua serius." "Apa benar begitu sarah?" tanya Selena dengan menatap Sarah. "I-iya itu benar sekali," ucap Sarah dengan mengangguk. "Aku tidak menyangka kalian akan berbuat seperti ini kepadaku. Kenapa kalian sangat jahat kepadaku?" tanya Selena dengan wajah tak percaya. "Selena, apa menyenangkan menjadi miskin seperti ini? Aku dan Sarah sangat bosan hidup miskin seperti ini. Lagi pula calon suamimu itu pasti mempunyai uang seratus ribu dollar. Tidak mungkin dia tidak mau memberikan itu kepadamu," kata lili dengan tegas. "Tapi tidak seharusnya kalian berdua melakukan itu kepadaku. Setelah tujuh bulan aku dan cristian akan berpisah. Selanjutnya aku akan menemui kalian dan kita akan bisa membangun bisnis bersama sama dengan modal uangku," kata Selena dengan serius. "Kami berdua tidak mau. Sekarang yang kami inginkan adalah uang seratus ribu dollar. Kalau tidak kami akan berbicara kepada semuanya j
"Dasar bodoh! Kenapa kau memakai baju seperti itu?" bisik Christian pada telinga Selena. "Kita kan tidak akan kemana mana. Jadi aku pakai baju yang nyaman saja," selena berbisik. "Selena apa kau sedang bersantai? Maaf ayah mengganggumu," ee u Mark. "Oh iya ayah, aku hanya sedang di kamar saja. Aku sedang melihat lihat gaun pengantin di internet," kata Selena dengan berbohong. "Ayah, kau membawa banyak orang. Sebenarnya ada apa?" tanya crhistian melihat beberapa orang yang ada di belakang sofa. "Oh ya, maafkan ayah tidak mengatakan dulu kepadamu," ucap sang ayah tersenyum kepada sang anak. "Kalian semua duduklah terlebih dahulu," perintah Mark kepada beberapa orang. Kini semuanya duduk di sofa. Cristian dan Selena saling memandang dengan bingung. Karena mereka sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya akan di lakukan oleh Mark. "Kalian berdua duduklah di dekatku," ucap Mark pria paruh baya itu dengan ramah. Kini m
"Kau tidak satu kamar dengan Selena? Itu bagus crhistian. Menurut ayah itu sangat bagus karena mengingat kalian berdua belum resmi menikah," kata Mark dengan menepuk nepuk nepuk Christian. Kali ini Christian beruntung. Karena sang ayah tidak marah. "Ya itu benar juga sih, tapi kalau aku jadi kau. Aku akan sekamar dengan pacarku," ucap Lucas lalu tertawa kecil. Mark menepuk kepala Lucas dengan kesal . Beberapa menit setelahnya kini Selena terlihat memakai gaun panjang. Aksen bunga bunga terlihat di bagian belakang gaun. Gaun tanpa lengan itu terlihat begitu anggun di pakai oleh Selena. "Hai! Kau jangan terlalu terpana dengan calon istrimu!" Seru Lucas sambil menepuk mata Christian. Kini pria dengan bibir tipis itu segera berwajah tegas. Ia sangat malu sekali karena beberapa detik tadi ia sangat terpana dengan Selena. "Sial, kenapa aku bisa terpana dengan Selena," ucap Christian di dalam hatinya. "Bagaimana tuan Christian? Apa gaun ini
"Oh itu koper lama milikku dan isinya adalah barang barang tak bekas. Aku ingin menyumbang itu ke sebuah yayasan," ucap crhistian dengan tersenyum manis. "Baiklah, Nanti jika ayah pulang akan ayah bawa koper itu dan langsung ayah serahkan ke yayasan. kau tidak usah repot repot lagi. Lagi pula lebih cepat lebih baik," ucap Mark dengan tegas. "Baik ayah," seru Christian dengan mengangguk angguk. Selena kini berwajah panik sekali. Tapi ia tidak bisa melakukan apa apa. Hatinya sungguh merasa begitu sedih. Kali ini ia benar benar kehilangan kenangan kenangan bersama orang tuanya. Semuanya telah Mark lihat. Ia merasa sudah yakin untuk menikahkan sang anak di rumah yang besar ini. "Baiklah, jadi ayah sudah menyiapkan semuanya. Kau hanya perlu memikirkan tanggal yang tepat di bulan ini. Kapan tanggal pernikahan akan di langsungkan kau harus memikirkan itu baik baik," jelas sang ayah. "Kalau begitu aku segera pergi," ucap ayah dan kini Lucas juga men
"Lepaskan Julia. Kau ini wanita yang tidak pantas denganku," ucap Christian dengan kedua tangan melepaskan pelukan Julia. "Christian, kau pasti akan jatuh cinta denganku sampai mabuk. Ingat itu Christian priaku!" ucap Julia dengan tatapan dalam. Kini dirinya segera meninggalkan ruangan christian dengan langkah cepat. Ia berjalan melewati beberapa ruangan kantor dan akhirnya melihat punggung Selena. Segera saja tangannya dengan cepat memegang punggung Selena. "Hei kau!" seru Julia dengan tajam. Selena membalikkan badan sambil melepaskan tangan Julia dari pundaknya. "Kau tidak sopan sekali," Kata selena dengan tatapan tajam. "Oh maaf, aku juga sangat jijik saat menyentuhmu tadi," ucap Julia dengan membersihkan telapak tangannya dengan cara menggosoknya. "Dasar aneh," ucap Selena dengan melirik kesal. "Sebenarnya kau ini siapa? Kenapa kau tiba tiba akan menikah dengan chirstian? Apa pekerjaanmu? Apa kau mempunyai bisnis dengan k
Lucas dengan cepat membuntuti Selena. Karena rasa penasaran yang ada di benak Lucas terus saja menyerang. Lucas berjalan dengan hati hati agar Selena tidak melihatnya. "Selena mengatakan kepadaku jika dia ingin ke toilet. Tapi kenapa dia menuju ke jalan ini?" tanya Lucas dengan heran. Kini ia melihat lagi Selena yang sedang berjalan di jalanan yang mulai sepi. Sampai di sana terlihat Selena sedang bercakap dengan dua orang pelayan penjual ramen. "Hah? Bukankah Selena mengatakan jika dia tidak mengenal pelayan ramen itu? Kenapa selena tiba tiba menemui pelayan itu? " tanya Lucas di dalam hatinya. Kedua mata kecil Lucas menyipit. Pria berkulit hitam dengan bibir kecil yang manis itu kini lebih mendekat ke arah selena agar ia bisa mendengar percakapan Selena. "Kau harus memberikan uang tutup mulut lagi kepada kami berdua selena!" Bentak lili dengan kedua mata tajam. "Apa? Tapi aku sudah memberikan kalian uang tutup mulut sebanyak seratus ribu dollar. Itu uang yang bany
"Sabrina keluar dari apartemen ini sekarang juga!" July perempuan gendut itu menggedor gedor pintu dengan emosi. Anak kecil yang ada di dalam apartemen itu berlari kencang menghampiri sang kakak. "Kakak siapa itu? Aku takut," rengeknya sambil memeluk gadis berusia enam belas tahun. "Kau tetap disini ya. Duduklah," Sabrina memegang pundak adiknya sesaat. Lalu segera pergi menuju ke arah pintu. Tangannya membuka pintu dengan gementar. Ia sungguh takut sekali. "Bisakah kau pelan pelan," ucap Sabrina memohon. "Kau itu telah menunggak sewa apartemen selama tiga bulan! Dasar miskin!" Si gendut itu benar benar marah. "Maafkan aku July. Aku akan melunasinya. Tapi nanti," "Kau itu tidak bisa aku andalkan. Sudahlah pergi sekarang juga! Ayo cepat kemasi barang barangmu!" July menerobos masuk membuat Jason terlihat ketakutan. "Jangan sentuh barang barangku July. Aku pasti kan keluar dari sini!" bentak Sabrina di saat tangan July melempar keluar rak sepatu dan stand han
Lucas dan Kitty merasakan kerasnya kenyataan penjara sejak mereka pertama kali memasuki sel mereka. Kitty, yang terbiasa dengan gaya hidup mewah, mendapati dirinya terjebak dalam keadaan yang sangat berbeda. Di penjara wanita, ia hanya bisa duduk di sudut selnya, meratapi nasibnya yang kini terkungkung oleh jeruji besi.Kitty merasa seolah-olah telah kehilangan segalanya. Kepahitan menguasai hatinya, dan kesedihan menyakiti harga dirinya. Makanan penjara yang disajikan tidak mencerminkan kemewahan yang biasa ia nikmati. Ia menatap hidangan di depannya dengan wajah penuh kekecewaan, merindukan rasa dan kualitas yang sudah lama menjadi bagian dari gaya hidupnya.Sementara Kitty mencoba menahan air matanya menghadapi makanan yang tidak menggugah selera, seorang petugas penjaga dengan tatapan tajam mengamatinya. Suasana dingin di penjara membuatnya merasa terasing dan terjebak. Kitty merasa seolah-olah dunianya runtuh, dan sekarang, ia harus menghadapi akibat dari tindakan buruknya.Malam
Angin malam bertiup lembut di sekitar rumah mewah Christian dan Selena saat mereka kembali dari liburan yang diisi dengan kenangan manis. Cahaya bulan purnama menerangi taman yang indah, memberikan sentuhan magis pada malam yang seharusnya penuh kedamaian.Namun, semuanya berubah begitu mereka pulang dan melihat kepulan asap hitam yang meloncat-loncat di langit-langit. Hati mereka berdetak kencang saat mereka mendekati rumah mewah mereka, dan ketika mereka memasuki halaman, mata mereka langsung terbelalak kaget.Api merah menyala dan membara, melahap setiap sudut rumah mereka yang dulu begitu indah. Percikan api menerpa langit-langit, dan knalpot bergegas dari truk pemadam kebakaran di kejauhan. Christian dan Selena bersandar di mobil mereka, pandangan terpaku pada rumah mereka yang tengah dilalap oleh kobaran api."Apa yang terjadi?" Christian berbisik, suaranya penuh dengan kebingungan dan kesedihan.Selena hanya bisa menangis, hatinya hancur melihat rumah impian mereka menjadi jend
Rumah besar dengan desain yang modern menyambut Selena dengan keanggunan dan kemewahan. Begitu ia melangkah masuk, seorang pelayan dengan pakaian rapi menyambutnya dan mengajaknya menuju ruang tamu yang luas. Selena duduk di sofa yang nyaman, mengamati sekeliling yang dipenuhi dengan karya seni dan furnitur elegan."Rumah ini masih sama saat aku dan Christian berada disini," ucap Selena di dalam hati yang diam diam merindukan saat dulu.Pelayan ramah itu memberitahu Selena bahwa tuan rumah akan segera menyambutnya, dan ia diminta untuk menunggu sebentar. Dalam keheningan yang mewah, Selena merenung, merasakan ketegangan dalam suasana yang seolah-olah terkandung di udara.Tak lama kemudian seorang pria tua yang berwibawa melangkah mendekat ke ruang tamu. Itu adalah Mark, ayah dari Christian. Sorot matanya penuh dengan campuran kebahagiaan dan kesedihan saat melihat Selena. Mark menyambutnya dengan senyuman hangat."Selena, betapa senangnya saya bisa bertemu denganmu lagi setelah begitu
Suasana di restoran di New York begitu hangat dan elegan. Cahaya lampu gemerlap menyelimuti setiap sudut, menciptakan atmosfer yang romantis dan nyaman. Meja yang ditempati oleh Selena dan Cody dihiasi dengan lilin kecil yang memancarkan cahaya lembut.Cody duduk di kursi dengan senyuman tulus di wajahnya, walaupun ia mengalami kebutaan. Asistennya yang setia berada di sebelahnya, membantunya dengan penuh kehati-hatian. Pelayan yang profesional dengan sigap menyusun peralatan makan di depan Cody, memastikan semuanya berada di tempat yang tepat.Selena, dengan senyuman hangat, duduk di seberang Cody. Rambutnya yang tergerai indah dan gaun malamnya memberikan kesan elegan. Mata mereka bertemu, dan dalam keheningan sejenak, terasa keajaiban pertemuan di antara mereka."Selena, aku sangat senang kita bisa bertemu lagi. Maafkan aku atas segala kesalahanku di masa lalu."Selena tersenyum lembut, "Cody, kita semua pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita belajar darinya dan menjadi leb
"Ayah maafkan aku, aku mohon ayah," Christian mendekat kepada sang ayah dan bersujud di kaki sang ayah untuk memohon maaf.Melihat itu Lucas sangat merasa menang. Sementara Selena menatap Lucas."Lucas benar benar jahat sekali. Pasti ini adalah balas dendam Lucas. Karena cintanya di tolak oleh aku," ucap Selena di dalam hatinya dengan amarah."Berdirilah Christian," ucap Mark dengan mengangkat kedua lengan Christian.Sementara di dalam hati Selena sangat takut. Ia takut akan di usir oleh Mark. Karena sudah menjadi istri kontrak Christian. Kebohongannya sudah terungkap. Selena benar benar merasa takut. Ia sudah mengira bahwa sebentar lagi pasti ia akan di usir dari rumah ini.. "Aku ingin kalian tahu bahwa sebenarnya aku sudah mengetahui sejak lama tentang pernikahan kalian menikah kontrak," ucap Mark membuat ketiga orang di depannya itu membelalak."Koper yang ada di kamar crhistian. Itu adalah koper Selena kan? Banyak barang barang Selena di sana. Sejak saat itu saat ayah membuka kop
Dengan langkah-langkah yang berat, Lucas membuka pintu kamar hotelnya. Tatapan matanya penuh dengan amarah yang menyala, dan langkah kakinya terdengar menghantam lantai dengan keras. Pintu terbuka dengan kekuatan yang tidak biasa, seakan mencerminkan kekuatan amarah yang terpendam. Wajah Selena terlintas di benaknya saat mengatakan kata maaf dan penolakan cinta. Lucas sangat marah sekali dengan Selena.Kini Kamar hotel yang sebelumnya rapi dan nyaman seketika berubah menjadi medan perang pribadi. Lucas, pria berkulit hitam dengan pesona khasnya, mulai membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya. Koper terbang terlempar begitu saja, lampu meja pecah menjadi serpihan kecil, dan tirai jendela terlepas dari tempatnya. Ruangan itu seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran yang diakibatkan oleh patah hati."Selena? Kenapa kau melakukan itu kepadaku Selena?" Teriak Lucas dengan kehancuran.Semua kenangan manis dengan Selena seperti hantu yang menghantui Lucas, merayapi setiap sudut piki
Suasana taman kota yang sepi menyambut kehadiran Selena yang tengah terhempas dalam keputusasaan. Air mata mengalir deras dari matanya yang sayu, menciptakan jejak kesedihan di wajahnya yang pucat. Selena merenungi betapa dirinya menjadi sebab terjadinya pertengkaran hebat antara dua pria kakak beradik, Christian dan Lucas. Hatinya hancur karena perasaan bersalah, merasa menjadi pemicu konflik di antara kakak beradik tersebut. Ia menangis bukan hanya karena kehilangan dirinya sebagai objek pertarungan, tetapi juga karena kesedihan melihat kedua pria yang pernah bersahabat, kini terluka dan babak belur.Sambil duduk di bangku taman yang dingin, Selena meratapi nasibnya yang rumit. Meski seharusnya menikah dengan Christian berdasarkan kontrak demi melunasi hutangnya pada pihak peminjam, Selena merasa terjebak dalam keputusan yang sulit. Ia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan, dan terkadang pengorbanan terbesar adalah hati seseorang. Meskipun Christian adalah pilihan yang
Lucas dan Selena menikmati suasana taman kota Paris yang begitu indah saat mereka berdua bersepeda. Angin sepoi-sepoi di Paris membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan. Lucas tertawa riang, "Selena, siapa sangka kita bisa bersepeda bersama di Paris?"Selena tersenyum, "Iya, ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Lucas, sudah mengajakku kesini."Mereka berdua bersepeda tanpa arah yang pasti, hanya menikmati momen kebersamaan. Sambil menikmati pemandangan indah, Lucas tiba-tiba berkata, "Aku senang bisa bertemu denganmu di sini, Selena. Paris memang kota romantis, dan bagiku, momen ini menjadi lebih istimewa bersamamu."Selena tersenyum simpul, "Aku juga senang bisa bersamamu, Lucas. Kau selalu membuat hari-haraku lebih cerah."Lucas mengangguk, lalu melanjutkan, "Sejujurnya, Selena, aku merasa beruntung bisa dekat denganmu. Kau istimewa bagiku."Selena tersenyum tipis, "Lucas, kau juga istimewa bagiku. Kita memang teman yang baik."Mereka melanjutkan perjalanan dengan tawa dan obr