"Kau harus hati hati dengan pria seperti Cristian. Karena dia itu hobi memainkan perempuan. Dia sudah banyak sekali berkencan dengan perempuan tapi akhirnya di tinggalkan begitu saja," kata pria kulit sawo matang itu dengan melirik Cristian.
"Sial! Pergi dari sini cepatlah!" cristian mendorong lengan laki laki itu dengan keras. Aku rasa laki laki itu adalah adik Cristian.
"Oke baiklah, tapi aku butuh uang. Kau harus mentransfernya. Jika tidak, aku akan tetap tinggal disini," kata laki laki itu dengan wajah menyebalkan.
"Pergi dari sini, Lucas. Aku akan mengirimu uang malam ini juga!" kata Cristian dengan tegas.
"Baiklah Cristian," katanya dengan segera pergi.
"hati hati gadis manis!" Seru laki laki itu dengan keras meninggalkan aku dan Cristian.
Melihat itu aku hanya diam saja. Karena aku sudah tahu bahwa Cristian adalah pria yang suka sekali mempermainkan wanita. Itu sudah aku duga dari awal.
"Kau tidur di kamar itu!" Cristian menunjuk ke arah kiri.
"Cepat sana! Istirahat dengan nyenyak karena besok jadwalmu padat," ucap Cristian dengan tegas.
"Tapi sebelum tidur aku ingin mandi dulu. Apa ada pakaian di kamar itu yang bisa aku pakai?" Tanyaku dengan wajah memohon.
"Ya Tuhan, kau benar benar merepotkan sekali," Cristian menggaruk kepalanya dengan frustasi.
"Itu semua gara gara kau yang meninggalkan koperku di hotel," ucapku dengan kesal.
"Kau pakai saja baju adikku. Sudah cepat sana!" kata Cristian lalu berbalik dan segera masuk ke dalam kamarnya. Benar dugaanku. Laki laki kulit sawo matang itu adalah adik Cristian.
"Ya Tuhan, hari ini aku lelah sekali. Sebaiknya aku mandi air hangat dan tidur," ucapku dengan membuka pintu kamar Lucas.
Terlihat kamar Lucas yang berantakan sekali. Tapi untungnya ada bau ruangan yang cukup harum.
Baju kotor ada di lantai. Sementara meja dengan buku komik juga sangat berantakan. Aku dengan kilat merapikan kamar itu. Setelahnya aku pergi ke kamar mandi untuk mandi.
"Kenapa susah sekali membuka kran ini? Kalau begini bagaimana aku bisa mandi?" tanyaku dengan kesal. Karena sudah beberapa kali ia mencoba dan itu tidak berhasil akhirnya aku pergi ke kamar cristian.
"Cristian aku butuh bantuanmu," seruku sambil mengetuk keras pintu kamar .
"Sial, gadis seperti Selena benar benar menyusahkan aku saja," Cristian dengan cepat membuka pintu.
"Aku tidak bisa membuka kran. Aku ingin mandi air hangat. Tolong aku Cristian," ucapku dengan wajah memohon.
"Sebenarnya aku malas sekali," kata Cristian dengan wajah jutek. Ia berjalan menuju kamar.
"Begini saja kau tidak bisa!" ucap Cristian dengan kesal sambil memutar kran dengan sekuat tenaga .
"Sial! Kenapa dengan kran ini?" tanyanya dengan kesal karena air tidak bisa mengalir.
Aku kini masuk ke dalam kamar mandi dan berusaha membuka kembali kran itu. Tapi tetap saja tidak terbuka. Aku berwajah kesal. Kini Cristian berusaha lagi untuk membuka kran dan akhirnya kran itu keluar air. Shower juga tiba tiba keluar air yang begitu banyak. Aku dan Cristian bahkan kewalahan dan Basah dimana mana.
Tiba tiba saja pintu terbuka dan wajah Lucas terlihat kaget. Begitu juga wajahku dan Cristian.
"Oh, maafkan aku menganggu waktu kalian beradegan romantis di kamar mandi. Aku hanya ingin mengambil komikku yang tertinggal,"
"Ini semua gara gara kau! Dasar anak kecil!" seru Cristian dengan melihat wajahku. Ia segera keluar dari kamar mandi.
Aku menatap punggung pria itu dengan menyipitkan mata.
"Cristian! Awas saja kau! Dia selalu saja menghinaku!" umpatku dengan geram.
"Sial! Aku malu sekali dengan Lucas. Dia melihat aku dan Cristian seolah sedang mandi bersama. Sial! Ini benar benar membuatku geram sekali," ucapku dengan kesal.
Pagi harinya aku dan Cristian pergi ke sebuah butik termahal di kota. Butik yang luas dengan banyak baju mewah yang di pajang. Mataku bahkan tak henti hentinya membelalak takjub dengan pakaian yang sangat indah.
"Tolong bersikap layaknya orang kaya. Kau tidak usah membelalak dan menganga seperti itu ketika melihat apa yang ada disini," bisik Cristian.
"Oh, baiklah . Aku akan mencobanya," ucapku menunduk malu.
Kini aku dan Cristian berada di depan lemari besar dengan dress warna hitam. Cristian memandang baju indah itu dengan memiringkan wajahnya. Lalu melihat ke arahku. . Mungkin Cristian berpikir dress itu akan cantik di pakai olehku.
Aku canggung karena Cristian memperhatikanku. Aku menunduk dengan malu.
"Pelayan?" panggil Cristian dengan melambaikan tangannya. Kini pelayan perempuan dengan seragam yang rapi itu datang dengan tersenyum lebar.
"Tuan Cristian, apa yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin kau merubah gadis ini. Maksudku adalah jadikan gadis ini seperti seorang ratu. Kau mengerti apa yang aku maksud? Karena dia adalah tunanganku. Aku dan dia akan menghadiri acara pesta pensiunan ayahku," ucap Cristian dengan jelas.
"Sepertinya baju berwarna hitam ini sangat cocok untuk Selena," kata Cristian.
"Baiklah saya akan melaksanakan apa yang anda inginkan Tuan. Silahkan menunggu disana," ucap pelayan itu dengan sopan. Kini Cristian duduk di ruangan VIP . sementara aku hanya mengikuti pelayan dari belakang.
"Kau beruntung sekali bisa menjadi tunangan dari tuan Cristian," kata wanita berseragam pelayan itu dengan wajah berbinar.
"Terimakasih atas pujianmu," ucapku dengan memperlihatkan senyuman palsu.
"Nah sekarang, kau coba pakailah baju ini," kata pelayan itu dengan memberikan dress berwarna hitam.
"Haruskah saya mencobanya?" Tanyaku dengan ragu. Karena aku belum pernah memakai dress dengan pernak pernik mewah.
"Tentu saja kau harus mencoba dress ini. Biar aku membantumu .ayo cepat masuk ke dalam ruang ganti," kata pelayan itu.
Dress hitam yang sangat pas di pakai olehku. Terlihat elegan dan mewah. Tapi sebenarnya aku sangat tidak nyaman pada bagian dada. Karena terlalu terbuka. Bagian lengan juga tidak ada sama sekali.
"Apakah aku akan kedinginan jika memakai ini di pesta nanti? Aku takut sekali," ucapku dengan lirih.
"Jika kau kedinginan kau harus menahannya. Karena di pesta itu pasti juga banyak wanita yang memakai baju mewah seperti ini," ucap pelayan membuatku hanya bisa diam.
Setelah dress telah selesai di pilih. Kini aku menghadap ke arah cermin. Aku melihat wajahku yang tidak lagi kusut. Wajah yang kusut setelah bekerja di bar kini tak ada lagi. Karena sekarang aku bisa beristirahat cukup banyak.
"Ternyata menjadi istri palsu tidak terlalu buruk. Bahkan ini sangat menguntungkan aku," ucapku di dalam hatinya.
. Kini perias mulai merias wajahku dengan hati hati. Perias yang satu ini sangat cerewet sekali. Selalu bertanya kepadaku tentang banyak hal.
"Jadi bagaimana kau bisa bertemu dengan tuan muda tampan Cristian itu? Ya ampun aku sangat penasaran," kata perempuan dengan seragam butik itu.
"Maaf, sebaiknya anda tidak perlu mengetahuinya. Lebih baik anda jangan berbicara. Aku ingin hasil yang bagus," kataku dengan tegas. Aku terpaksa melakukan itu karena aku juga tidak tahu harus bercerita bagaimana tentang hubunganku dengan Cristian. Karena Cristian tidak pernah mengatakan kepadaku tentang cerita pertemuan aku dan dia.
Kini wajah pelayan perias itu berubah menjadi tidak bersemangat. Karena aku bersikap sombong dan terkesan bahwa aku adalah wanita kaya raya yang tidak ingin di ganggu oleh kalangan menengah ke bawah.
"Ya ampun, wajahku menjadi sangat cantik sekali," seruku melihat wajahku sambil memegang pipi. Aku tak menyangka setelah Berjam jam di rias. Akhirnya hasilnya sangat menakjubkan.
"Aku sudah seperti artis saja," ucapku tersenyum lebar di depan cermin.
"Nyonya Selena tunggu disini. Aku akan memanggil tuan Cristian," kata pelayan itu dengan cepat pergi.
"Ya Tuhan, kenapa hatiku menjadi berdebar seperti ini? Pasti cristian akan mengejekku kalau aku jelek," ucapku di i dalam hatinya.
Kini terlihatlah Cristian dengan berdiri tegak melihat wajahku di cermin. Ia tepat berada di belakangku.
"Coba kau berdiri Selena," kata Cristian dengan tegas.
"Baiklah sayang, aku akan berdiri," ucapku dengan lembut. Itu adalah salah satu aktingku. Ya, aku harus bersikap romantis di depan umum bukan?
Mendengar kata sayang dari mulutku. Wajah Cristian sempat berubah beberapa detik. Dari kesal menjadi pura pura tersenyum.
"Wah! Fantastis! Kau sangat terlihat cantik sayang," ucap Cristian dengan membelai pipiku.
"Kalian berdua sangat cocok sekali, ya ampun kalian berdua juga sangat romantis," ucap pelayan itu dengan takjub melihat pasangan kekasih di depannya.
Kini saat malam hari telah tiba. Aku dan Cristian sudah sampai di sebuah gedung yang besar. Sementara dari halaman yang ada di depannya. Di penuhi mobil mobil mewah. Bunga ucapan juga begitu banyak.
Tuan besar Mark begitu serius untuk merencanakan pesta pensiunannya hingga mewah seperti ini.
"Nanti di dalam akan banyak orang yang akan melihatmu. Jadi aku harap kau bersikap layaknya orang kaya. Bilang saja kepada mereka jika kau berbisnis di bidang content creator global. Kau menulis sebuah buku novel terkenal seluruh dunia. Kau adalah seorang ghost writer. Jika mereka menanyakan hal yang membuatmu tidak bisa menjawab. Kau hanya perlu pura pura memegang punggungku dari belakang. Kita harus selalu bersama. Kita harus mesra di depan umum," jelas Cristian dengan tegas.
Aku menghembuskan nafas dan memejamkan mata sesaat. Aku berharap akan baik baik saja di dalam pesta itu.
Kini mereka berdua memasuki area pesta. Terlihat mata para tamu menyoroti kami. Aku dengan dress warna hitam dengan rambut bergelombang yang panjang sementara Cristian dengan langkah tegap dan dagu tegasnya terlihat begitu tampan.
Tanganku melingkar pada lengan Cristian. Aku sangat pandai sekali berakting. Aku membayangkan jika aku berada di sebuah film.
Beberapa tamu memberikan tangannya untuk berjabat tangan dengan Cristian . Cristian juga memperkenalkan aku kepada mereka.
"Ya Tuhan, kau pandai sekali memilih calon istri. Dia sangat cantik sekali," puji seorang wanita paruh baya dengan gaun merah.
"Terimakasih atas pujianmu bibi. Aku memang pandai mencari wanita yang akan menjadi istriku," kata Cristian dengan tersenyum lebar.
"Bibi kau juga sangat cantik dengan gaun warna merah. Kau terlihat lebih muda," pujiku dengan akrab kepada wanita itu.
"Baiklah sayang, ayo kita berjalan menuju ke ayahku," ucap Cristian dengan lembut.
Sungguh aku sangat berdebar tidak tahu apa yang selanjutnya akan terjadi .
Kini aku dan Cristian segera berjalan menuju ke panggung besar yang ada di depan sana. Aku sangat gugup sekali. Aku tidak menyangka akan berbohong kepada pria tua yang adalah ayah dari Cristian.
"Ya Tuhan, maafkan aku harus berbohong kepada semua orang. Itu karena aku harus membayar hutang kepada pihak peminjam," ucapku di dalam hati.
"Cristian anakku yang paling gampang. Akhirnya kau mempunyai tunangan," ucap pria berkumis itu dengan membentangkan kedua tangan dan memeluk sang anak dengan bangga.
Mereka berpelukan.
"Ayah, itu berkat doamu untukku. Sehingga aku bisa mendapatkan gadis cantik seperti Selena ini," seru Cristian dengan bangga melihat gadis cantik bergaun Hitam di sampingnya.
"Selena adalah nama yang bagus untuk gadis cantik sepertimu," ucap pria itu dengan tersenyum manis kepadaku
Kini aku dan pria itu berpelukan sesaat.
"Saya sangat bahagia sekali bisa mendapatkan anak dari seorang tuan besar yang sangat terhormat," ucapku dengan ramah.
"Oh kau harus memanggil aku ayah. Karena nanti kau akan menjadi menantuku," ucap pria paruh baya itu dengan tersenyum bangga.
Tiba tiba saja mataku menangkap gadis berambut keriting yang memakai seragam pelayan. Gadis itu sedang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman.
"Sial! Kenapa lili ada di pesta ini?" mata lili dan aku bertemu dengan kaget.
"Ya Tuhan dia melihatku. " ucapku di dalam hati dengan panik.
Ia segera saja melepas tangannya dari lengan Cristian dan berbalik badan lalu pergi dengan langkah cepat.
"Hei! Sayang kau mau kemana?" Suara Cristian terdengar jelas dari telingaku.
Mungkin menurut orang-orang, ini adalah tempat yang paling menyenangkan. Tapi tidak bagiku. Bar yang paling disukai di new York ini sangatlah ramai. Hiruk pikuk orang -orang dan bau alkohol sangat terasa. Perjudian geng motor serta bau rokok membuatku ingin sekali berteriak. Sialnya hari ini ada salah satu karyawan yang tidak bisa hadir. Itu menjadikan aku semakin sibuk. Sebenarnya hari ini aku terpaksa bekerja shift malam. Karena harus membayar sewa rumah. Bulan ini aku yang harus membayarnya. Karena pacarku sudah memenuhi kebutuhan makan harianku. Ya, kami berdua tinggal bersama sudah satu tahun. "Hai gadis cantik! Lihatlah meja nomer 8! Saya meminta root beer Texas lima gelas! Kenapa Tidak ada satupun!" suara keras itu membuatku kesal. Aku segera menuju ke meja itu sambil membawakan apa yang mereka minta. Sialnya aku terlalu cepat melangkah hingga menabrak seorang geng motor. Gelas pecah di lantai. Itu sangat kacau sekali. Pandangan pria geng motor itu seperti
Kini aku di depan rumah sahabatku. Karena aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Mungkin hanya Lili dan Sarah yang bisa menolongku sekarang. Aku memencet bel dengan tangan bergetar. Karena di luar cuacanya sangat dingin lalu di tambah dengan perasaanku yang hancur. Itu menambah semakin tersiksanya aku. Wajah yang pertama kali kulihat sekarang adalah Lili. Dia sahabatku saat di sekolah SMA. Gadis dengan rambut keriting itu memelukku. Dia mengatakan jika sangat merindukan aku. Lalu dia melepas pelukannya dan melihat wajahku dengan kasihan. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi denganmu? Apa kau menangis semalaman? Matamu tampak sangat sedih," Aku hanya bisa mengangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lili. "Ya Tuhan, cepat masuklah Selena," kata Lili menarik pergelangan tanganku dengan cepat. Sarah kini keluar dari kamarnya dan dia juga sangat kaget melihat kedatanganku. Tentu dia kaget karena seakan aku adalah gelandangan. Aku membawa tas besar dan wajahku juga sangat kusut.
aku melihat kartu nama ini dengan kedua mata membulat. Aku tidak yakin pria itu adalah seorang CEO. Dia masih terlihat muda. mungkin saja dia membutuhkan seorang pekerja bersih bersih di kantornya. Apakah aku harus pergi ke kantornya? "Jangan banyak berfikir Selena. Kau cepat saja pergi ke kantornya pagi ini juga," ucap Lili dengan serius. "Sebenarnya aku juga bingung harus bekerja dimana lagi. Setelah dipecat di hotel ," ucapku dengan putus asa. "Itu semua gara gara Cody. Dia memang sudah gila. Kau terpancing emosi dan terjadi keributan di hotel. Hingga membuatmu di pecat," ucap Lili dengan kesal. "Aku rasa Christian adalah pria yang baik. Buktinya dia mau untuk mengantarmu ke rumah sakit. Dia juga sangat baik sekali memberikan kartu namanya. Mungkin dia kasihan denganmu Selena," ucap Lili melihatku dengan wajah kasihan. "Ya ampun, sungguh malang sekali nasibku ini. Baiklah aku akan bersiap bersiap sekarang juga untuk menuju ke kantor Cristian," ucapku lalu ber
"A-apa? Menikah denganmu? Apa itu sebuah perkerjaan?" Aku tidak bisa menahan tawa.Pria yang kini duduk di depanku lalu tiba tiba berdiri dan mendekat ke jendela kaca. Pemandangan kota terlihat jelas di bawah sana."Kau sangat membutuhkan uang 'kan? Maka menikahlah denganku," ucap Cristian dengan melipat kedua tangannya di dada.Kini Aku berdiri mendekatnya. Tepat berada di samping tubuhnya yang seakan menjulang tinggi."Tapi itu tidak mungkin terjadi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal tentang pernikahan," ucapku dengan kesal.Cristian membalikkan badan. Dia menatapku dengan serius. Kedua matanya terlihat begitu dalam menatapku."Apa kau yakin bisa membayar hutang sebanyak lima ratus ribu dollar jika kau tidak menikah denganku?" tanya pria itu dengan memiringkan wajahnya. Dia benar benar sombong sekali.Tiba tiba saja pintu terbuka. Terlihat perempuan berambut panjang terurai. Wajahnya di rias dengan make up yang begitu menawan.Tiba tiba saja tangan Cristian memegang lengan atas
"Apa? kau sudah mendapatkan pekerjaan baru? Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya," seru perempuan berambut keriting itu. "Iya aku juga sangat senang sekali. Aku juga sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena telah menampung aku di rumah ini. Sayang sekali aku harus pergi dari rumah ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua," ucapku dengan wajah sedih. "Kami berdua akan mengunjungi tempat kau bekerja jika kau merindukan kami. Benar kan lili?" tanya Sarah dengan antusias. "Oh maaf tidak bisa. Ya sepertinya tidak bisa. Karena aku bekerja di kantor Cristian. Aku takut itu akan menganggu. Aku berjanji akan menemui kalian jika aku mempunyai waktu luang," ucapku tersenyum lebar. "Oh jadi kau bekerja di kantor Cristian? Ya tidak mengapa meski kau di sana sebagai tukang bersih bersih kantor. Itu tidak buruk bukan?" Kata Sarah. "Ya itu tidak buruk sama sekali. Justru aku sangat bahagia sekali. Karena gajinya cukup menjanjikan," jelasku dengan berbohong . Aku terpak
"Kau harus hati hati dengan pria seperti Cristian. Karena dia itu hobi memainkan perempuan. Dia sudah banyak sekali berkencan dengan perempuan tapi akhirnya di tinggalkan begitu saja," kata pria kulit sawo matang itu dengan melirik Cristian."Sial! Pergi dari sini cepatlah!" cristian mendorong lengan laki laki itu dengan keras. Aku rasa laki laki itu adalah adik Cristian."Oke baiklah, tapi aku butuh uang. Kau harus mentransfernya. Jika tidak, aku akan tetap tinggal disini," kata laki laki itu dengan wajah menyebalkan."Pergi dari sini, Lucas. Aku akan mengirimu uang malam ini juga!" kata Cristian dengan tegas."Baiklah Cristian," katanya dengan segera pergi."hati hati gadis manis!" Seru laki laki itu dengan keras meninggalkan aku dan Cristian.Melihat itu aku hanya diam saja. Karena aku sudah tahu bahwa Cristian adalah pria yang suka sekali mempermainkan wanita. Itu sudah aku duga dari awal."Kau tidur di kamar itu!" Cristian menunjuk ke arah kiri."Cepat sana! Istirahat dengan nyen
"Apa? kau sudah mendapatkan pekerjaan baru? Syukurlah. Aku sangat senang mendengarnya," seru perempuan berambut keriting itu. "Iya aku juga sangat senang sekali. Aku juga sangat berterimakasih kepada kalian berdua karena telah menampung aku di rumah ini. Sayang sekali aku harus pergi dari rumah ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua," ucapku dengan wajah sedih. "Kami berdua akan mengunjungi tempat kau bekerja jika kau merindukan kami. Benar kan lili?" tanya Sarah dengan antusias. "Oh maaf tidak bisa. Ya sepertinya tidak bisa. Karena aku bekerja di kantor Cristian. Aku takut itu akan menganggu. Aku berjanji akan menemui kalian jika aku mempunyai waktu luang," ucapku tersenyum lebar. "Oh jadi kau bekerja di kantor Cristian? Ya tidak mengapa meski kau di sana sebagai tukang bersih bersih kantor. Itu tidak buruk bukan?" Kata Sarah. "Ya itu tidak buruk sama sekali. Justru aku sangat bahagia sekali. Karena gajinya cukup menjanjikan," jelasku dengan berbohong . Aku terpak
"A-apa? Menikah denganmu? Apa itu sebuah perkerjaan?" Aku tidak bisa menahan tawa.Pria yang kini duduk di depanku lalu tiba tiba berdiri dan mendekat ke jendela kaca. Pemandangan kota terlihat jelas di bawah sana."Kau sangat membutuhkan uang 'kan? Maka menikahlah denganku," ucap Cristian dengan melipat kedua tangannya di dada.Kini Aku berdiri mendekatnya. Tepat berada di samping tubuhnya yang seakan menjulang tinggi."Tapi itu tidak mungkin terjadi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan hal tentang pernikahan," ucapku dengan kesal.Cristian membalikkan badan. Dia menatapku dengan serius. Kedua matanya terlihat begitu dalam menatapku."Apa kau yakin bisa membayar hutang sebanyak lima ratus ribu dollar jika kau tidak menikah denganku?" tanya pria itu dengan memiringkan wajahnya. Dia benar benar sombong sekali.Tiba tiba saja pintu terbuka. Terlihat perempuan berambut panjang terurai. Wajahnya di rias dengan make up yang begitu menawan.Tiba tiba saja tangan Cristian memegang lengan atas
aku melihat kartu nama ini dengan kedua mata membulat. Aku tidak yakin pria itu adalah seorang CEO. Dia masih terlihat muda. mungkin saja dia membutuhkan seorang pekerja bersih bersih di kantornya. Apakah aku harus pergi ke kantornya? "Jangan banyak berfikir Selena. Kau cepat saja pergi ke kantornya pagi ini juga," ucap Lili dengan serius. "Sebenarnya aku juga bingung harus bekerja dimana lagi. Setelah dipecat di hotel ," ucapku dengan putus asa. "Itu semua gara gara Cody. Dia memang sudah gila. Kau terpancing emosi dan terjadi keributan di hotel. Hingga membuatmu di pecat," ucap Lili dengan kesal. "Aku rasa Christian adalah pria yang baik. Buktinya dia mau untuk mengantarmu ke rumah sakit. Dia juga sangat baik sekali memberikan kartu namanya. Mungkin dia kasihan denganmu Selena," ucap Lili melihatku dengan wajah kasihan. "Ya ampun, sungguh malang sekali nasibku ini. Baiklah aku akan bersiap bersiap sekarang juga untuk menuju ke kantor Cristian," ucapku lalu ber
Kini aku di depan rumah sahabatku. Karena aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Mungkin hanya Lili dan Sarah yang bisa menolongku sekarang. Aku memencet bel dengan tangan bergetar. Karena di luar cuacanya sangat dingin lalu di tambah dengan perasaanku yang hancur. Itu menambah semakin tersiksanya aku. Wajah yang pertama kali kulihat sekarang adalah Lili. Dia sahabatku saat di sekolah SMA. Gadis dengan rambut keriting itu memelukku. Dia mengatakan jika sangat merindukan aku. Lalu dia melepas pelukannya dan melihat wajahku dengan kasihan. "Ya Tuhan! Apa yang terjadi denganmu? Apa kau menangis semalaman? Matamu tampak sangat sedih," Aku hanya bisa mengangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lili. "Ya Tuhan, cepat masuklah Selena," kata Lili menarik pergelangan tanganku dengan cepat. Sarah kini keluar dari kamarnya dan dia juga sangat kaget melihat kedatanganku. Tentu dia kaget karena seakan aku adalah gelandangan. Aku membawa tas besar dan wajahku juga sangat kusut.
Mungkin menurut orang-orang, ini adalah tempat yang paling menyenangkan. Tapi tidak bagiku. Bar yang paling disukai di new York ini sangatlah ramai. Hiruk pikuk orang -orang dan bau alkohol sangat terasa. Perjudian geng motor serta bau rokok membuatku ingin sekali berteriak. Sialnya hari ini ada salah satu karyawan yang tidak bisa hadir. Itu menjadikan aku semakin sibuk. Sebenarnya hari ini aku terpaksa bekerja shift malam. Karena harus membayar sewa rumah. Bulan ini aku yang harus membayarnya. Karena pacarku sudah memenuhi kebutuhan makan harianku. Ya, kami berdua tinggal bersama sudah satu tahun. "Hai gadis cantik! Lihatlah meja nomer 8! Saya meminta root beer Texas lima gelas! Kenapa Tidak ada satupun!" suara keras itu membuatku kesal. Aku segera menuju ke meja itu sambil membawakan apa yang mereka minta. Sialnya aku terlalu cepat melangkah hingga menabrak seorang geng motor. Gelas pecah di lantai. Itu sangat kacau sekali. Pandangan pria geng motor itu seperti