Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 324. Kenapa saya?

Share

Bab 324. Kenapa saya?

Author: HaniHadi_LTF
last update Huling Na-update: 2025-03-25 11:18:29
Sandra melipat tangan, bersandar di meja makan. Mata beningnya menatap Arya yang tengah bersiap mengenakan jam tangan.

"Papi tahu itu Sendang Agung?" tanyanya.

Arya menghentikan gerakannya sejenak, melirik ke arah istrinya. "Duluh sih pernah ke sana. Cuma sekarang sudah lupa-lupa ingat."

Sandra menggeleng kecil. "Kalau nggak tahu, tanya Agna. Dia pasti tahu daerah itu. Itu daerah terbesar yang mendukung Agna saat pemilu."

"Baiklah. Aku lebih baik tanya dia daripada tanya Geoglemap."

Dari arah ruang tengah, Agna yang baru saja keluar dari kamarnya mendengar percakapan itu. Alisnya mengernyit.

"Siapa yang ada di Sendang Agung?"

Arya menoleh. "Tamsir tonggal di sana. Dia mengajar di perguruan terbesar di desa itu."

Agna terdiam. Nama itu tak familiar di telinganya. "Mengajar? Dia guru?"

Arya melanjutkan, nada suaranya datar. "Iya. Aku mau bicara dengannya soal pernikahanmu."

Jeda singkat.

Agna melipat tangan di dada. "Papi yakin dengan anak itu?"

"Yang penting bisa menutup aib. Setelah an
HaniHadi_LTF

Bener banget tuh, Zidan. Tapi,.. bisakah?

| 2
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
ya kalau takut gak bisa jaga diri tinggal lah terpisah dengan alasan kerjaan kan bisa aja, semua asal ada niat dan kemauan serta usaha yg sungguh" pasti bisa, biar selamat semuanya, selamat dunia nya karena tertutup nya aib dan selamat akhirnya dengan menghindari dosa besar lagi
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 326. Butuh jawaban

    Malam turun ketika Tamsir melangkah ke tepi jalan. Ransel digendong erat, tubuh sedikit lelah setelah seharian penuh aktivitas. Udara terasa lembap, aroma tanah setelah hujan masih terasa. Lampu jalan berpendar redup, sesekali bayangan kendaraan melintas cepat di depan matanya."Kak, mau ke mana?" Senja dan Azra yang mau pergi darusan ke mushola, menyapanya."Kakak mau pulang, Senja. Kan pembelajaran sudah selesai," ucap Tamsir sambil tengok berkali- kali barangkali ada angkot yang lewat."Tapi habis lebaran, kembali kan?"Azra menyikut sahabatnya itu."Ya, tentu. Kan belum libur sekolahnya.""Aku nanti sekolah pindah ke sini lho, Kak," ucap Senja sambil lebih dekat dengan Tamsir. Gadis yang akan genap sebelas tahun di hari lebaran dengan tinggi badan sudah 160cm itu, tak jauh tingginya dari Tamsir. Tamsir bahkan merasa kikuk didekati Senja."Kalau gitu selamat. Dan seharusnya mulai sekarang kamu latihan panggil aku, Pak.""Ntar deh. Kan belum juga resmi pindahnya. Nunggu tahun ajaran

    Huling Na-update : 2025-03-25
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 326. Berusaha

    Arhand keluar dari rumah dengan langkah cepat, kunci mobil sudah tergenggam erat. Dadanya sesak, pikirannya kacau. Bayangan Agna terus berputar dalam kepalanya, seakan menghantuinya.Dia membuka pintu mobil dengan kasar, masuk, dan menyalakan mesin. Suara deru mesin seolah menyadarkannya sedikit, tapi tetap tak menghilangkan kekalutannya. Dengan satu tarikan napas dalam, dia menginjak pedal gas dan melaju ke jalanan Makassar yang semakin ramai menjelang berbuka puasa.Lalu lintas padat. Kendaraan melambat di beberapa titik, orang-orang mulai memenuhi trotoar, berburu takjil atau sekadar menunggu azan Maghrib. Aroma makanan bercampur dengan asap kendaraan, menciptakan suasana khas bulan Ramadan.Arhand menggertakkan gigi, tangannya mencengkeram kemudi. Dia harus menemukan tempat servis HP secepat mungkin. Dia harus bicara dengan Agna.Saat lampu merah menyala, dia memukul setir dengan frustasi."Sial!"Tak pernah sebelumnya dia merasa segelisah ini. Seandainya dia tak terbawa emosi, sea

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 327. Pertimbangan

    Malam semakin larut ketika Tamsir selesai istikharah. Tak ada jawaban pasti. Hatinya tetap ragu, pikirannya tetap penuh pertanyaan."Aku tak mendapat petunjuk, Bu."Tami mengangguk pelan. "Ibu juga berdoa tadi malam. Tak ada jawaban.""Kita harus bagaimana?"Hening sejenak sebelum Tami menjawab, "Mungkin ini bukan soal mendapat jawaban, Nak. Tapi tentang memilih yang paling benar."Tamsir menatap ibunya, mencoba memahami maksudnya."Kalau kamu tak menikahi Agna, apa kamu sanggup melihatnya jatuh ke tangan orang lain yang mungkin tak bertanggung jawab?"Tamsir diam."Dan kalau kamu menikahinya, apa kamu siap dengan segala konsekuensinya?"Ia menggeleng. "Aku tak tahu, Bu."Tami tersenyum tipis. "Maka mungkin jawabannya ada di hatimu sendiri."Tamsir menghela napas panjang. "Kalau aku menerima ini, apakah itu artinya aku menikah karena kasihan, bukan karena cinta?""Kasihan bukan alasan buruk, Nak. Kadang, rasa sayang lahir setelah kita memilih bertanggung jawab."Tamsir menggenggam can

    Huling Na-update : 2025-03-26
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 328. Wajarkah?

    "Nak, kamu kenapa?" Lani masih berusaha membujuk."Jangan nangis terus, Nak. Kasihan Bunda, kelelahan." Alzam mengambil dan menciuminya.Namun Excel terus menangis. Suara rengekannya memenuhi seluruh rumah, menggema di dinding-dinding, membuat malam semakin panjang bagi Lani. Tubuhnya masih lelah setelah berkali-kali terbangun menyusui, sementara Alzam mondar-mandir dengan wajah tegang. dan berkali-kali menimangnya."Sayang,... kamu tidur aja duluh, biar aku yang jagain.""Gimana bisa tidur, Mas? dia menangis terus?" ucap Lani. Namun karena terlalu lelah, akhirnya dia terlelap juga saat anak itu diam sejenak di dekapan Alzam."Anak pinter. Tidur ya?"Baru juga ditidurkan, sudah kembali meraung. Dengan cekatan, Alzam yang sudah terbiasa mengganti pampers itu, menggantinya lagi."Pampersnya sudah diganti?" tanya Lani dengan mata yang masih setengah terpejam.Alzam mengangguk. "Sudah, berkali-kali malah."Lani melirik tempat sampah di sudut kamar. Plastik-plastik popok berserakan. "Kenap

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 329. Kamu?

    Bis melaju di atas aspal yang berdebu. Tamsir menatap ke luar jendela, memperhatikan sawah-sawah yang mulai menguning. Udara hangat menampar wajahnya melalui celah jendela yang terbuka sedikit. Di sampingnya, Tami duduk dengan tenang, sesekali menarik napas dalam."Bu, kenapa tadi ikut?" tanya Tamsir, akhirnya membuka suara.Tami menoleh. "Urusan besar seperti ini harus kita hadapi bersama."Tamsir mengangguk. Sejak tadi, ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Istikharah yang dilakukan semalam tak memberi jawaban yang jelas. Tak ada mimpi aneh, tak ada petunjuk yang bisa ia tafsirkan sebagai 'ya' atau 'tidak'. Kosong."Mungkin ini sudah takdir," kata Tami pelan.Tamsir terdiam. Apakah benar ini takdirnya? Menikahi Agna bukan karena cinta, melainkan karena rasa terima kasih kepada Arya? Bagaimana jika mereka berdua tak bahagia?Perjalanan masih panjang. Bis terus berjalan, melewati perkampungan, deretan toko, dan pasar yang mulai ramai karena orang-orang bersiap menjelang buka puas

    Huling Na-update : 2025-03-27
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 330. Jaan keluar

    Pintu terbuka. Suasana dalam rumah mendadak tegang. Semua mata tertuju pada pria yang berdiri di ambang pintu.Arhand.Wajahnya dingin, matanya tajam, tetapi sorotnya penuh kegelisahan. Langkahnya mantap memasuki ruangan, seakan tidak peduli dengan tatapan penuh kemarahan yang menyambutnya.Hening.Suasana menegang. Tidak ada yang bergerak, seolah waktu membeku.Arya berdiri dari kursinya, tatapan tajam menusuk langsung ke arah Arhand. "Apa yang kau lakukan di sini?"Sandra yang baru saja turun dari tangga menghentikan langkahnya. Matanya membesar melihat kedatangan orang yang dicintai putrinya itu.Di sudut ruangan, Tamsir menatap pemandangan itu dengan perasaan campur aduk. Ibunya, Tami, duduk di sebelahnya, ekspresinya tenang, tetapi jelas mengamati segalanya dengan saksama.Agna berdiri di dekat meja, tubuhnya kaku. Napasnya tercekat ketika mata mereka bertemu."Aku datang untuk Agna," kata Arhand akhirnya, suaranya tegas.Arya tertawa sinis. "Setelah semua yang kau lakukan? Kau pi

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 331. Saat putriku mulai,..

    Alzam membungkuk pelan, mendekat ke tempat tidur bayi di samping ranjang mereka. Excel tertidur pulas, nafasnya naik turun dengan tenang, tubuh kecilnya terselimut hangat. Alzam tersenyum lega. "Wah… anak ayah ganteng banget, ya." Suaranya berbisik, nyaris seperti doa, lalu mencium pipinya yang mulai tembem berkali-kali.Bayi itu menggeliak.Lani, yang masih duduk bersandar di bantal, segera menegur dengan suara pelan, "Mas, jangan keras-keras. Jangan diciumi begitu juga. Nanti bangun lagi, nangis lagi, kita nggak bisa tidur."Alzam menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Cemburu, ya?" godanya, sebelum kemudian mendekat dan merengkuh istrinya. "Kamu juga ganteng kok… eh, cantik maksudnya." Dia mengecup pipi Lani dengan gemas.Lani tertawa kecil, tapi segera meletakkan telunjuk di bibirnya. "Ssstt… serius, Mas. Aku masih trauma. Kalau dia bangun dan nangis terus lagi seperti kemarin malam, aku bisa pingsan. Aku takut dia kenapa-napa."Alzam melirik Excel yang masih diam dalam tidurnya. "

    Huling Na-update : 2025-03-28
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 332. Arti sebuah rasa

    Senja berdiri di ambang pintu ruang keluarga. Cahaya lampu ruangan memantulkan siluet tubuhnya yang tinggi langsing. Sementara di dalam kamar, Lani dan Alzam saling bertukar pandang. Tatapan mereka penuh pertanyaan, seolah mencoba menebak apa yang ada di kepala anak itu.“Aku sudah bicara dengan Yangti dan Yangkung,” kata Senja tiba-tiba, suaranya tenang tetapi ada sedikit ketegangan di sana.Lani mengangkat alisnya. “Bicara soal apa?”“Mereka setuju untuk merayakan besar-besaran.”Alzam bersandar ke sofa, matanya meneliti wajah putrinya. “Maksudmu, merayakan di rumah mereka?”Senja menggeleng. “Bukan. Mereka ingin mengadakan acara dengan anak-anak yatim piatu.”Lani terdiam sejenak, mencerna ucapan itu. Raut wajahnya tidak menunjukkan ketidaksetujuan, justru sebaliknya.“Itu ide yang bagus,” katanya akhirnya. “Berbagi kebahagiaan dengan mereka yang kurang beruntung itu hal yang mulia.”Namun, alih-alih tersenyum senang, Senja malah mengalihkan pandangannya.“Kamu nggak suka?” tanya L

    Huling Na-update : 2025-03-29

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 362. Lamanya,..

    Munding Wangi masih diliputi kabut sisa embun malam. Pabrik milik Lani yang beberapa hari lalu ditutup karena libur lebaran, kini sudah kembali beroperasi penuh. Suara mesin-mesin penggilingan dan para buruh yang lalu-lalang memenuhi lorong pabrik menjadi tanda bahwa tempat ini hidup kembali. Namun suasana hati Lani masih diliputi kekhawatiran. Bukan soal produksi, bukan soal modal, melainkan soal Mira.Lani berdiri di tengah lapangan kecil yang menghubungkan bangunan utama pabrik dan kantor. Ia memanggil delapan orang satpam yang selama ini bertugas menjaga keamanan pabrik dan rumahnya. Beberapa wajah tampak masih ngantuk, tapi semua segera berdiri tegak saat Lani mulai bicara."Saya tahu ini bukan tugas biasa. Tapi beberapa malam terakhir, ada seseorang yang mondar-mandir di sekitar rumah saya. Mira khawatir, dan saya juga. Saya curiga orang itu Damar. Kalian tahu siapa dia karena duluh dia juga custumer pabrik ini untuk urusan lmbah kult jeruk. Jadi saya butuh kalian untuk siaga. K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 361. Janji Damar

    Damar duduk sendiri di teras rumahnya. Angin malam Surabaya membelai pelan wajahnya, namun keringat dingin justru mengalir di pelipisnya. Pikirannya kacau. Perasaannya tak tenang. Sejak kabar tentang Rey yang hilang dalam tugas diterimanya di warung kopi komplek seminggu lalu, dadanya seperti diikat erat oleh kegelisahan. Budi, rekan lama yang kini sering datang ke perumahan, jadi sumber informasi utamanya."Kulit jeruk dari Lani masih dikirim ke toko ya?" tanya Damar pada Budi waktu itu.Budi mengangguk. "Bukan cuma itu, Dam. Mira juga balik kerja ke tempat Lani. Mbok Sarem bilang dia sering diam, tapi kerjaannya rapi."Hati Damar berdesir. Mira. Nama itu tak pernah benar-benar hilang dari benaknya. Sejak Rey hilang, bayangan Mira muncul lebih sering, lebih nyata, seperti hantu masa lalu yang tak pernah selesai.Tapi malam ini bukan tentang Mira. Malam ini, suara Vero yang meninggi dari dalam rumah menusuk telinganya."Kamu pikir aku nggak tahu kamu sering keluar malam belakangan ini

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 361. Kenangan malam pertama

    Hampir sebulan Mira akhirnya larut dalam kerjaannya di Munding Wangi. Kesibukan jadi pelarian yang ampuh dari gelombang rindu yang menyerangnya nyaris setiap malam. Tapi malam ini, saat seisi rumah mulai sunyi, dan hanya suara jangkrik serta detak jam dinding yang terdengar, Mira kembali duduk di sajadahnya.Pakaian tidurnya masih basah di bagian pundak oleh air wudu. Ia menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai tipis. Di atas sajadah itulah, Mira menumpahkan segalanya. Dalam tiap doa tahajud, namanya selalu disebut. Bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali."Ya Allah... kembalikan Rey padaku... Jika dia memang untukku... Tolong jangan biarkan aku hidup dalam ketidakpastian seperti ini."Air matanya jatuh. Pelan. Tenang. Tapi menyayat. Seperti air yang mengikis batu, doanya terus mengalir setiap malam. Dan selalu saja ingatan tentang Rey tak bisa diusir.Ia menyentuh ponselnya. Layar menyala, dan di sana terpampang foto pernikahan mereka. Rey yang mengenakan beskap warna merah m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 360. Perjalanan

    POV Damar.Pagi belum sepenuhnya hidup ketika aku duduk di pojok warung kopi komplek perumahan para anggota veteran. Tempat itu bukan tempat favorit, tapi punya satu kelebihan: berita gosip dari segala lapisan bisa melintas di sana seperti aroma kopi robusta yang menyengat. Aku duduk dengan jaket hitam tipis, topi diturunkan sedikit, menyamarkan wajahnya dari siapa pun yang mungkin kenal."Rey belum pulang juga ya? Kabar terakhir sih katanya sempat ilang waktu patroli. Kayaknya kejauhan masuk zona rawan."Aku tak perlu menengok. Suara itu milik Pak Aryo, pensiunan tentara yang sekarang jualan pancingan. Dia sedang bicara pada teman duduknya sambil menyeruput kopi dengan pelan."Katanya yang ikut patroli itu bilang dia disuruh cek sendiri jalur komunikasi. Tapi nggak balik-balik. Udah semingguan, kan?""Hampir ebulan malah. Tapi keluarganya nggak mau buka suara. Padahal istrinya itu, yang cantik itu loh... siapa namanya—""Mira."Jantungku bergetar halus saat nama itu disebut. Mira. Ak

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 359. Menghibur

    Udara pagi menampar lembut wajah Mira yang masih pucat. Jendela kamar terbuka sejak subuh, tapi hawa sejuk pegunungan Sendang Agung tak mampu membekukan panas yang mengendap di dadanya. Ia duduk diam di pinggir ranjang, pandangan tertuju pada layar ponsel yang terus gelap. Tak ada notifikasi. Tak ada pesan masuk. Dan tak ada nama Rey yang muncul.Dari balik pintu yang setengah terbuka, Laras melongok pelan, lalu mengetuk."Mira, aku bawain teh anget, mau?" tawarnya sambil masuk tanpa menunggu jawaban.Mira hanya menoleh sebentar. Sorot matanya kosong, senyum pun tak muncul. Laras meletakkan gelas di meja kecil dekat tempat tidur."Kalau kamu pengen cerita... atau cuma pengen duduk bareng tanpa ngomong apa-apa, aku siap kok," lanjut Laras, duduk di kursi rotan.Mira tetap diam. Ia kembali menatap layar ponselnya. Lalu meletakkannya di pangkuan, seolah pasrah.Laras menghela napas pelan. "Nggak apa-apa. Aku ngerti kok. Tapi kamu jangan terus begini.""Iya, Tan, ayo jalan-jalan sama Lindi

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 358. Kita pulang

    Tangis belum benar-benar reda saat Marni mengusap kepala Mira yang terkulai di pangkuannya. Aroma lepet dan ketupat yang tadi sempat membuat suasana rumah di Sendang Agung jadi hangat, kini tak lebih dari sekadar sisa-sisa tradisi yang menggantung kaku di meja ruang tamu. Rere dan Maya duduk bersisian, tak lagi berkata apa-apa, hanya menatap Mira yang tak henti menatap pintu seperti mengharap sesuatu tiba-tiba muncul dari sana."Ndok, ikut pulang ke Sendang Agung, ya... biar tenang dulu hatimu." Marni membujuk sambil membenarkan letak kerudung Mira yang sedikit miring. Suaranya lirih, tapi sarat keteguhan seorang ibu yang ingin menyelamatkan anaknya dari gelombang yang terlalu besar untuk dihadapi sendirian."Nanti kalau Rey sudah pulang, kamu bisa kembali ke sini. Di rumah, kamu bisa tenang dulu," ujar Marni, suaranya serak seperti baru saja menangis di dalam mobil.Mira menggeleng pelan. "Kalau aku pulang sekarang, terus nanti Rey pulang... dia nggak langsung ketemu aku, Bu. Aku pen

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 357. Kamu udah janji

    Daun-daun pisang dibuka satu-satu, aroma santan dan kelapa parut langsung menyeruak dari anyaman ketupat dan lepet yang tersaji di tengah-tengah pelataran rumah Marni. Tua-mudayang laki-laki, berkumpul memadati halaman masjid yang biasa digunakan untuk pengajian ibu-ibu itu. Pagi yang ramai, ramai oleh tawa dan nyanyian tradisi Kupatan yang telah diwariskan turun-temurun di Sendang Agung.Marni duduk berselonjor di sudut bale bambu, matanya menelusuri keramaian yang terasa hangat seperti peluk cucunya. Di tangannya, lepet sudah tinggal separuh. Dia mengunyah pelan, matanya menerawang jauh—tak benar-benar melihat keramaian itu. Pikirannya tak lepas dari Mira."Nduk itu, sekarang makan lepet-nya masih pelan nggak, ya? Atau udah bisa ngabisin dua sekaligus kayak ibu-ibu kota?" Marni terkekeh pelan pada dirinya sendiri.Sejak Mira pindah ke rumah suaminya, Marni merasa seperti kehilangan bagian tubuhnya. Rumah jadi lebih sepi. Meski cucunya, selalu menemaninya, tapi ada ruang kosong yang

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 356. Ancaman

    Pagi itu cerah. Udara di teras rumah Rey dan Mira terasa segar, angin berhembus pelan membawa aroma tanah basah sisa hujan semalam. Mira yang tengah menyiram tanaman yang terletak di dalam teras, tersenyum kecil melihat mawar-mawar Rey mulai merekah."Sayang, kamu lihat ini? Mawarnya mekar," ujar Mira sambil menoleh ke arah Rere yang sedang duduk santai sambil menyeruput teh.Rere mengangguk. "Mawar Rey memang cemburuan. Makanya baru mekar pas abangku pergi."Mira tertawa kecil. "Rey pasti senang kalau lihat ini nanti."Namun di balik senyuman Mira, ada keresahan yang tak bisa ia sembunyikan. Hampir Subuh tadi dia seolah mendengar ada orang yang melempar sesuatu ke arah pintu. Saat dia menangok dia melihat sebuah kertas yang membuat tidurnya tidak lagi nyenyak. Surat tanpa nama lagi, hanya tulisan dengan spidol merah yang membuat jantungnya berdetak."Kamu milikku, Mira. Dan hanya aku yang akan membawamu pergi!"Mira tak tahu harus menceritakan pada siapa. Ia tidak ingin membuat Rey

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 355.Menunggu

    Rumah itu mendadak sepi. Tak ada langkah kaki berat Rey, tak ada aroma kopi pagi yang biasa diseduhnya dengan gaya sok barista. Hanya suara jam dinding yang pelan berdetak, seperti mengingatkan Mira bahwa waktu terus berjalan—meskipun baginya, rasanya lambat sekali sejak Rey pergi.Di sofa panjang yang terletak di ruang keluarga, Mira duduk sambil memeluk bantal. TV menyala, tapi tak ada yang benar-benar ditonton. Tangannya men-scroll ponsel, berharap ada pesan baru dari Rey. Tapi sinyal dari lapangan seringkali putus-nyambung. Tak bisa protes, dia hanya bisa berharap dan berdoa.Tiba-tiba suara pintu pagar dibuka pelan. Lalu terdengar langkah kaki menuju teras.Maya, dengan daster motif bunga dan sandal jepit, menyembul sambil membawa plastik berisi gorengan. “Mira, udah sarapan belum?”Mira tersenyum lebar. “Sudah, Ma. Masuk aja. Cuma saya tadii bikin telor ceplok doang.”Maya duduk di sofa, membuka plastiknya. “Tadi ada tukang gorengan lewat, Mama langsung inget kamu. Siapa tau belu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status