Share

Maafkan Om

Langit dan Senja ternyata masih tepat menjemput Bumi di sekolahnya. Padahal Bus sekolah yang selalu mengantar jemput Bumi sudah siap untuk berjalan.

"Kita mau ke rumah kakek, ya ma?"

Bumi sepertinya dalam otak kecilnya hanya menginginkan bertemu dengan Awan.

"Ya," jawab Singkat Senja.

Hanya dengan 2 huruf saja, Bumi sudah berjingkrak senang di dalam mobil. Sudah seperti mendapat harta karun tersembunyi.

Langit yang melihat reaksi Bumi merasakan hatinya menghangat. Ada rasa kebapakan menyeruak keluar. Tapi dia harus bisa mengendalikannya. Dia harus bersabar. Tidak mau semuanya kacau hanya karena luapan perasaannya sendiri.

Perjalanan yang membawa kegirangan hati, membuat perjalan tidak terasa begitu cepat sampai disana.

Mobil yang terparkir di restoran tadi, kini sudah terparkir di garasi mobil.

Bumi seperti biasa, sudah menyelonong keliar duluan. Rumah Awan sudah seperti rumah kedua untuknya.

"Papi.."

Langit cukup terkejut melihat Awan sudah duduk di ruang tamu, seperti sudah menduga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status