"Apa yang kau lakukan disini? Sudah aku bilang untuk menelpon dokter pribadi kita, lalu kenapa kau membawanya ke rumah sakit?"Rey terpaksa meninggalkan pekerjaannya, disaat Senja memberi kabar padanya jika Bumi sudah berada diruang rawat inap."Apa kau mau semua orang tahu keadaanmu? Lihatlah, penampilanmu seperti ini, pasti membuat banyak tanda tanya, dan kecurigaan," tekan Rey lagi.Jika saja bukan di rumah sakit, Rey sudah meninggikan suaranya. Tapi kali ini, terpaksa Rey meledakkan amarah di dalam rongga dadanya, hingga dalam hatinya kian terasa terbakar. "Aku mengabarkanmu bukan untuk marah-marah. Kau harus bertanggung jawab atas Bumi. Perbuatanmu sudah membuat dia trauma, dan juga tulang jari telunjuknya retak mas," terang Senja.Rey menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum kecut. "Dia bukan anakku Senja. Bukan aku yang harus bertanggung jawab untuk hidupnya. Salahnya, semalam ikut campur masalah pertengkaran kita. Jadi jangan pernah menyalahkanku," kelit Rey."Kemaskan semua
"Nakal kamu, nakal kamu ya.."Senja dengan sengaja mencubit manja Bumi. Bisanya anak itu melepas jarum infusnya sendiri. Jika sampai jarumnya tertinggal didalam kulitnya gimana?Bumi yang mendapat cubitan Senja terus tertawa, tidak ada rasa sakit yang dia rasakan, hanya ada rasa geli.!!"Nakal kamu, nakal kamu ya.."Senja dengan sengaja mencubit manja Bumi. Bisanya anak itu melepas jarum infusnya sendiri. Jika sampai jarumnya tertinggal didalam kulitnya gimana?Bumi yang mendapat cubitan Senja terus tertawa, tidak ada rasa sakit yang dia rasakan, hanya ada rasa geliBumi yang mendapat cubitan Senja terus tertawa, tidak ada rasa sakit yang dia rasakan, hanya ada rasa geli."Bumi kan cari mama. Takut sampai mama di jahatin papa lagi,"Senja membawa Bumi ke dalam peluknya. Sebegitu besar Bumi ingin melindunginya, padahal tubuhnya sangat kecil untuk melawan orang dewasa."Ma, Bumi gak mau pergi liburan. Bumi gak mau bersama papa. Bumi hanya mau bersama mama. Bumi janji, Bumi gakkan iri da
"Ma, kita pulang naik apa?" tanya BumiSore ini mereka sudah bisa kembali pulang ke rumah. Senja memberikan senyuman ke Bumi sambil menyubit gemas hidung anaknya. Sangat terlihat Bumi tidak sabaran untuk segera kembali."Kita naik taksi sayang..." sahut Senja.Dia tidak mau memperumit kepulangan Bumi dengan meminta Rey menjemputnya.Bumi mengangguk setuju, sambil memperhatikan Senja yang sedang membereskan barang yang akan di bawa kembali."Ma, mau Bumi bantu..." ucap Bumi, tapi omangannya terjeda saat dia menunjukkan jarinya yang sedang diperban. "Sepertinya tidak bisa ma, lihat tangan Bumi," tunjuk Bumi. Wajah berubah cemberut.Senja tertawa kecil, ada saja tingkah Bumi yang membuat dia bisa tertawa. "Kami cukup bantu mama dengan duduk tenang," jawab Senja.Tidak banyak yang harus dibereskan oleh Senja, pakaian yang dia bawa juga hanyalah pakaian yang dia beli di lokasi terdekat rumah sakit. Setelah semuanya selesai, Bumi melompat turun, sehingga membuat Senja jantungan."Bumi...!"
Suara bising bisik-bisik terdengar kembali mengganggu Senja. Bukankah dia sudah mati?Suara bisikkan itu terdengar samar. Apakah malaikat sedang berebut akan memasukkannya ke neraka? Tapi suara yang terdengar seperti bisikan itu tidak asing di telinganya. Suaranya sangat mirip dengan suaminya. Apakah ini berarti dia masih hidup? Senja berusaha membuka matanya, tapi sangat sulit untuk terbuka, seperti ada batu yang menimpanya.Senja tidak menyerah, dia sekuat tenaga berusaha membuka matanya, hingga Senja bisa melihat kondisi kamar kembali. Dia ternyata tidak mati, berarti apa yang dia rasakan tadi hanyalah mimpi. Mimpi yang terasa sangat nyata."Mas, kamu sudah pulang?" sapa Senja.Senja sangat ingin mendengar dengan siapa Rey sedang berbicara. Senja berpikir akan memergoki Rey yang sedang menelpon selingkuhannya. Tapi apa yang dia harapkan harus pupus.Rey yang mengetahui Senja sudah bangun, tidak melanjutkan pembicaraannya, dia segera mematikan telpon secara sepihak. Sontak gelagat
Senja merasakan banyak perubahan Rey, dia sangat peduli, baik, dan juga tidak pernah lagi menuntut Senja untuk melayani para kolega bisnisnya.Siapa wanita yang tidak terhanyut perhatian? Walau pernah terluka. Senja sampai mengabaikan jika Rey sudah terlalu banyak menyakitinya. Ditambah kehadiran Gia, sahabatnya. Membuat Senja menyampingkan apa yang menjadi tujuannya kemarin. Begitulah Senja, mudah marah, tapi juga mudah mengubah sikapnya. "Beneran mas, kita jadi liburan bersama?" tanya Senja memastikan. Padahal Senja sudah mengubur harapan itu, di tambah Bumi yang juga tidak pernah kembali meminta.Rey mengangguk setuju, tentu saja Senja tidak bisa menutup rasa bahagianya. Besok mereka akan berlibur bersama, walau terkesan dadakan."Kalau begitu, biar aku bilang ke Bumi," Senja beranjak dari tempat tidurnya. Walau sudah masuk waktu malam, Senja masih yakin, Bumi belum tertidur nyenyak.Senja tidak tahu, disaat dia keluar dari kamarnya, Rey memandang ke arahnya dengan tatapan dingin
Senja tertawa hambar, pikirannya sangat kusut, sampai suara suami Gia terdengar mirip Rey. "Ahh!!" teriak Senja.Dia sengaja mengacak-ngacak rambutnya hingga berantakan. Sepertinya dia harus beristirahat, bukankah besok mereka akan berlibur? Menunggu Rey pulang juga tidak tahu kapan kembalinya.Senja beranjak dari duduknya, dia beralih ke kasur dimana biasa tidur berdua bersama Rey. Kasur yang sudah lama dingin, tanpa ada kegiatan panas di atasnya."Apakah aku kurang menarik? Tapi, begitu banyak rekanmu yang terpesona denganku mas," lirih Senja.Merasa bebannya berat, sengaja Senja menghempaskan tubuhnya di atas kasur, berharap beban pikirannya menjadi ringan, ternyata usahanya nihil. Senja semakin merasa buntu, dan memilih mengikuti malam untuk menutup tirai matanya.sepanjang tidurnya, Senja tidak bisa tertidur nyenyak, berulang kali dia harus tersentak, lalu melihat Rey yang belum kembali, hingga menjelang subuh Rey baru hadir lagi di kamar mereka."Mas dari mana? Kenapa pergi gak
Akhirnya mereka sampai di puncak bukit. Senja tidak menyangka, jika ada hotel, dan juga banyak fasilitas lainnya.Senja sampai terperangah melihat hotel mewah disana. Kakinya berlahan turun dari mobil, dengan tatapan yang masih bangunan megah tersebut."Kenapa ada hotel semewah ini, tapi tersembunyi?" tanya Senja di hatinya.Senja yang sudah turun, membantu Bumi untuk keluar dari mobil, sedangkan Rey masih bertahan di dalam mobil. Rey baru turun disaat seorang pelayan hotel datang untuk membantu barang bawaannya.Ketiganya berjalan masuk ke lobi hotel yang sangat luas. Kesan pertama masuk, tampak konsep hotel tersebut meniru gaya eropa.Rey menyuruh Senja untuk duduk dahulu bersama Bumi, saat dia akan memesan kamar untuk mereka.Senja menatap bingung pada suaminya, mereka hanya bertiga, harusnya paling banyak, hanya butuh dua kamar tapi ke genggaman Rey terdapat tiga kunci kamar."Mas, apa ada yang mau menginap disini lagi?" tanya Senja hati-hati.Rey melihat suasana sekitar, sebelum
Senja sudah tidak tahan dengan rasa panas yang mendera tubuhnya. Ingin sekali dia melepas seluruh pakaian saat itu juga.Suara ketukan pintu kembali terdengar, membuat Senja tidak sabar untuk menerkam suaminya di atas Ranjang.Tapi saat pintu di buka oleh Senja. Seketika Senja memundurkan langkahnya. Dua pria menerobos masuk ke dalam kamarnya."Siapa kalian?!" teriak Senja.Pria berbadan tinggi, berkulit sawo matang, dan berpakaian kasual. Berjalan mendekati Senja. "Kami pelangganmu sayang. Bukankah kau menunggu kami? Kau sangat seksi sekali," ujarnya.Senja semakin memundurkan langkahnya, sampai kakinya tersandung kursi, dan tersungkuh jatuh. "Dimana mas Rey?! Dimana dia?!" teriak Senja lagi.Tubuh Senja bergetar, keringat dingin mulai mengucur deras.pria kedua dengan badan yang lumayan berisi, ikut berjalan maju, setelah memastikan pintu tertutup rapat dan terkunci."Kenapa kau mencarinya, ini waktu