Home / Romansa / ISTRI RAHASIA / Malam Pertama

Share

Malam Pertama

Author: Puji Jiejie
last update Last Updated: 2022-01-25 15:40:22

“Hah, akhirnya kita sampai di rumah barumu, Sayang.”

Aku yang sedari tadi bersandar di bahu Mama akhirnya bangkit, ikut melihat rumah yang bisa dibilang lumayan mewah untuk orang biasa sepertiku. Ya, rumah ini yang akan menjadi tempat tinggal baruku dengan manusia menyebalkan itu. 

“Gimana Bel, bagus kan?” dengan mata berbinar Mama bertanya kepadaku.

“Iya, bagus kok Ma."

“Kamu tahu, rumah ini yang milihin kakeknya Gavin. Kakeknya Gavin bahkan menanyakan dekorasi yang kamu sukai, mulai dari warna dan barang-barang favoritmu. Pak Wira berharap dengan begitu kamu akan betah tinggal disini. Baik banget memang beliau itu,” Mama sepertinya sangat menghormati Pak Wira, kakek Gavin yang belum pernah kutemui. Beliau saat ini sedang dinas diluar negeri, jadi beliau tidak bisa menghadiri pernikahan kami tadi.

Setelah turun dari mobil, aku langsung masuk kedalam rumah dengan menarik koper merah yang berisi sebagian kecil pakaianku. Sedangkan sisanya masih ada di mobil dan beberapa masih ada di rumah. Aku hanya membawa barang terpenting, karena pindahan ini dadakan jadi tak sempat untuk mengemas semuanya.

Kalian pasti penasaran, kemana pria itu. Dia pasti di dalam sekarang, mungkin saat ini dia sedang bersantai atau mungkin juga sedang rebahan dikamar. Sebenarnya orang itu sudah pindahan sejak kemarin, jadi setelah acara selesai tadi dia langsung pulang kesini. Sedangkan aku masih disibukkan dengan semua barang-barangku. 

“Assalamu’alaikum,” aku memasuki rumah dengan mata terbuka lebar. Pemandangan yang sangat menyilaukan. Desain rumah yang terlihat biasa dari luar, tapi setelah masuk aku bisa melihat keindahan rumah ini. Ini rumah impian semua orang, sangat elegan dengan berbagai perabotan yang terlihat mewah, sangat menyilaukan mata.

“Bel! Ngapain bengong ditengah pintu? Ini barang-barangmu masih ada yang tertinggal dimobil loh. Sana buruan diambil!” tepukan Mama di pundakku membuatku tersadar.

“Ah, iya Ma,” dengan cepat-cepat aku mendorong koper ke dekat sofa di ruang tamu lalu bergegas keluar mengambil sisa barang.

“Eh, Tante juga ikut nganter ya,” sesosok pria dengan celana pendek dan baju oblong warna putih turun dari tangga. Rambutnya terlihat basah dan sedikit acak-acakan, sepertinya dia baru selesai mandi.

“Tunggu! Kok kamu manggilnya Tante? Seharusnya Mama dong, kan kamu sekarang sudah jadi suami Bella, itu artinya sekarang kamu itu anak Mamah juga.”

“Eh i-iya, maaf ya Tan. Eh Mah,” Gavin tergagap, ekspresinya sangat lucu sekarang. Campuran antara tidak enak hati dan sedikit gugup. Ternyata dia masih punya sopan santun juga sama orang tua.

“Sudah Papa bawa semua kok, Bel,” Ujar Papa yang sedang kerepotan membawa dua tumpuk kardus besar yang sampai menutupi wajahnya.

‘Sebentar Pa, aku bantu,” Gavin berlari menghampiri Papa, mengangkat satu kardus dari tangan Papa. 

“Nggak salah aku menyerahkan Bella padamu!” ujar Papa sembari tertawa ringan.

“Ini mau dibantuin sama Mama atau nggak nih beres-beresnya?” 

Sebenarnya aku sih malah seneng kalau dibantu beres-beres sama Mama. Aku juga ingin mereka lama-lama disini, atau kalau boleh sekalian saja mereka menginap. Tapi masalahnya, aku bukan orang yang berkuasa di sini jadi aku tidak berani berpendapat lebih.

“Mama! Kamu itu nggak peka banget sih! Masak mau lama-lama dirumah penganten baru. Biarkan mereka menghabiskan waktu bersama. Kayak nggak pernah malam pertama saja Mama ini,” belum juga jawaban keluar dari mulutku, Papa sudah dengan peka pada situasi. Alhasil keinginan Mama untuk membantu dan keinginanku untuk ditemani lebih lama sirnalah sudah. 

Sekarang mereka sudah pulang, meninggalkan aku yang mematung memandangi koper dan bawaanku lainnya. Tidak tahu harus dibawa kemana semua barang ini. 

“Woi! Cepetan beresin barang-barangmu! Jangan cuma nglamun aja,” suara beratnya menyadarkanku.

“Em, kamarnya yang mana?” dengan berat hati aku bertanya padanya.

“Kamu di kamar itu, jangan pernah berani masuk ke kamar sampingmu. Karena itu kamarku!” tegasnya.

“Setelah semua beres nanti turun ke bawah, ada yang mau aku bahas tentang aturan selama kita tinggal bersama disini.”

Begitulah kata-kata terakhir yang dia ucapkan sebelum aku berkutat membereskan barang bawaan. Bukan, lebih tepatnya aku hanya memindahkan barang-barang itu ke kamar, untuk sisanya akan kulakukan nanti. Aku ingin segera menyelesaikan urusanku dengan Gavin, agar bisa segera tidur. Tubuh sangat butuh diistirahatkan.

“Mau bahas apa?” 

Aku menghampiri Gavin yang sedang memainkan ponsel di sofa. Dia menoleh kearahku sekejab, lalu kembali fokus pada ponselnya. Dingin, cuek dan menyebalkan, itulah gambaran Gavin dipikiranku saat ini. 

“Duduk,” Ujarnya tanpa memalingkan wajahnya.

Untuk saat ini aku hanya akan menurutinya saja. Aku sungguh sangat lelah, baik fisik maupun batin. Setelah melalui semua hal melelahkan, mulai dari pernikahan, pindahan sampai penolakan dari suami dihari pertama pernikahan. Siapa yang masih punya semangat kalau ditempatkan dalam posisiku. Untuk sesaat seperti duniaku berubah jadi hitam dan putih saja, tanpa warna, alias buram.

“Oke,” Gavin meletakkan ponselnya ke meja. Sepertinya dia akan mulai bicara.

“Langsung ke intinya saja ya. Aku sudah menulis semua aturan yang harus kita sepakati selama hidup sebagai pasangan suami istri,” dia menyodorkan kertas yang sedari tadi sudah ada dimeja itu padaku. Dibagian atas tercetak dengan jelas tulisan 'Surat perjanjian’. Sepertinya aku tau apa isinya walaupun aku belum membaca poin per poin. Hal seperti ini sering kan ditayangkan dalam drama-drama, terutama drama tentang pernikahan kontrak. Dan rata-rata salah satu isinya pasti ‘tidak boleh saling jatuh cinta’, begitulah seingatku. Tapi pernikahanku ini kan bukan pernikahan kontrak. Aku menikah dengannya dengan sah menurut agama maupun negara, walaupun tanpa dasar cinta sih. 

“Ini kamu baca baik-baik, terus kalau ada poin yang mau kamu tambahkan silahkan tulis, besok pagi baru kita bahas kelanjutannya.”

Setelah mengatakan itu dia langsung bangkit sambil mengambil ponselnya, lalu melenggang pergi tanpa pamit.

“Dasar cowok nyebelin, seenak jidat ninggalin orang!”

Terhitung sudah dua kali ini aku ditinggalkan dalam diam oleh orang yang sama hari ini. Jujur, aku tipe orang yang tidak suka dicuekin, atau tidak dianggap keberadaannya seperti ini. Karena sudah pasti akan menyisakan rasa sesak dan sakit setelahnya.

Setelah melamun sesaat, dengan gontai aku naik ke kamar. Akan ku baca besok saja perjanjian ini. sekarang aku harus tidur dulu untuk memulihkan semua tenaga. Sepertinya kedepannya kehidupanku akan berubah menjadi medan perang, aku perlu banyak amunisi.

Tititit.., tititit.., tititit.

“Aaah, aku masih ingin tidur,” racauku dengan mata masih terpejam. Alarm ponselku berdering, artinya sekarang sudah pukul 05.00, waktunya bangun sholat. 

Biasanya bahkan sebelum alarm hidup aku sudah bangun, karena Mamah sering ngajak sholat berjamaah sama Papah. Tapi kali ini aku harus melewati pagiku seorang diri, terlebih lagi rasa lelah ditubuhku belum a pulih. Akibatnya mata ini berat sekali untuk dibuka.

“Aaaaahh.., masih ngantuk banget, cepet banget sih paginya,” aku bangkit sembari mengacak asal rambut yang semula sudah awut-awutan, tak lupa mematikan alarm sebelum bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Setelah selesai sholat, pandanganku tertuju pada kertas yang semalam diberikan Gavin. Aku mulai membaca setiap poinnya satu persatu. 

“Apa-apaan ini?” mataku melebar dengan mulut menganga, tak percaya dengan apa yang baru saja kubaca.

Related chapters

  • ISTRI RAHASIA   Perjanjian Aneh

    Kupikir hal seperti ini hanya terjadi dalam drama atau novel-novel romance saja. Dimana pasangan tersebut membuat kontrak kalau dia bisa bebas berhubungan dengan wanita mana saja sesuka hatinya. Tapi ternyata kisah itu sekarang berlaku padaku juga. kalau soal berhubungan dengan wanita manapun diluar rumah ini mungkin aku masih bisa sedikit memakluminya. Tapi kalau dia mau bebas melakukan apapun disini, lalu bagaimana denganku. Ini bukan tentang kecemburuan, hanya saja aku yang masih nol pengalaman soal percintaan membayangkan hal-hal yang terjadi saat pria dan wanita berkencan di rumah pasangan membuatku merasa risih sendiri. Ini nyata soalnya, kalau cuma film atau drama aku tidak akan punya masalah.Isi perjanjian yang ditulis Gavin sebenarnya hanya ada empat poin. Pertama, dia ingin pernikahan ini disembunyikan dari publik, baik kampus, sosial media maupun teman terdekat sekalipun. Kedua, dilarang mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Ketiga, selama kita menik

    Last Updated : 2022-01-25
  • ISTRI RAHASIA   Hari Pertama

    Astaga, mulutnya harus ikut disekolahkan. Masak iya, dia akan memperkenalkanku sebagai pembantu. Biar bagaimanapun aku ini istrinya, masak nanti dia tega memperkenalkanku pada wanitanya sebagai seorang pembantu. Lagian mana ada sih pembantu yang secantik aku. Tapi sebenarnya banyak sih pembantu yang lebih cantik dari aku.“Apa tidak ada opsi lain? Gila kamu ya? Masak iya kamu kenalin aku sebagai pembantumu?” protesku tak terima dengan usulannya.“Tenang saja, soal alasan itu banyak. Kamu tidak usah khawatirkan itu. Yang terpenting kamu jalani saja tugasmu, untuk yang lain biar aku yang urus.”“Bella, ayok buruan! Nanti kalau telat kita bisa kena hukum,” Yura berteriak sembari melambai-lambaikan tangan.“Iya, sebentar,” dengan tergopoh-gopoh aku berlari menghampirinya yang sudah menungguku di depan pintu gerbang kampus.“Ayok buruan masuk, tuh lihat sudah sepi. Kita pasti telat!” tanganku

    Last Updated : 2022-01-25
  • ISTRI RAHASIA   Siapa Pria Ini?

    “Gavin!”“Gavin!” suasana kembali riuh, bahkan masih ada banyak gadis yang berdatangan menambah sesak kerumunan. Diantara banyaknya gadis disana, ada satu orang yang sangat menarik perhatianku.“Tunggu, itu kan Yura.” kutemukan sosok Yura diantara puluhan gadis yang tengah berkerumun disekitar Gavin.“Yura!” dia tak bergeming. Mungkin dia tak mendengar, suaraku kalah dengan teriakan penggemar Gavin.“Yura!” karena Yura tak kunjung mendengar, kuputuskan untuk menghampirinya.“Dasar si Yura, dihampiri malah kedepan,” rutukku kesal pada sahabatku itu. Dia malah meju kedepan mendekati Gavin.Yura memang belum tau kalau aku sudah menikah dengan pria itu, mengingat isi perjanjian kita yang tidak memperbolehkan status pernikahan ini bocor walaupun di tangan sahabat sendiri. Maaf Yura, aku berbohong padamu.“Wah, gila! Dia boleh juga Vin,” sa

    Last Updated : 2022-04-11
  • ISTRI RAHASIA   Ruang Karaoke

    “Sampai,” Yura memarkirkan mobil Brio warna merah miliknya tepat di depan tempat karaoke yang sering dijadikan tempat berkumpul anak kampus sini.“Kok tempat karaoke sih, katanya mau makan?”Aku jadi bingung dengan tingkah Yura yang menurutku mencurigakan. Dia tidak menjawab pertanyaanku tapi malah mengalihkan pembicaraan, seperti ada yang sedang ia sembunyikan.“Ayok buruan kita turun.”“Yura! Aku tanya kok kita bukan ke rumah makan atau cafe tapi malah ke tempat karaoke? Katanya tadi kamu ngajak aku makan?” kuulang lagi pertanyaanku dengan nada sedikit kesal.“Di dalam kan ada menu makanan juga, Bel. Tenang saja, pokoknya aku berani jamin perutmu akan kenyang sepulang dari sini.”“Tapi untuk apa kita kesini? Memangnya kamu pengen karaokean? Tumben banget,” setauku Yura tidak terlalu suka karaokean, dia bilang tidak percaya diri dengan suaranya yang cempreng. Suaraku pun tak jauh beda dengan suara Yura sebenarnya, dan memang kami berdua bukan tipe oran

    Last Updated : 2022-04-15
  • ISTRI RAHASIA   Pahlawan Tak Terduga

    “Jangan mimpi lepas dariku,” bibirnya kini sudah hampir meraih bibir ranumku. Ciuman pertamaku! Aku tidak rela orang sepertinya merebut ciuman pertamaku. Tanpa pikir panjang kutendang harta berharga miliknya dengan sekuat tenaga.“Auh! Sialan!”Plak!Dia menampar wajahku dengan sangat keras, bahkan sampai tubuh mungilku terjerembab ke lantai.Bugh! Bugh!Perlahan kuangkat kepalaku setelah mendengar pukulan keras yang dilayangkan bertubi-tubi pada pria itu. Gavin, dia memukuli sahabatnya sendiri.“Rendy, ingat ini baik-baik! Jangan pernah sekali lagi merendahkan wanita ini baik dihadapan maupun dibelakangku. Kalau sampai aku tahu kamu merendahkannya lagi, jangan salahkan aku akan terjadi hal buruk pada dirimu. Pastinya lebih buruk dari ini,” ujar Gavin pada sahabatnya yang sudah terkulai lengkap dengan cairan berwarna merah yang mengalir dari hidung dan pojok bibirnya.“Memangnya kenapa kalau aku meren

    Last Updated : 2022-04-18
  • ISTRI RAHASIA   Genggaman Gavin

    “Sebentar, jadi yang ingin menyembunyikan hubungan ini intinya hanya Gavin saja?” mata Yura langsung melotot menatap Gavin dengan tajam sampai yang ditatap bergidik ngeri dibuatnya.“Bukan, bukan seperti itu. Ini semua atas kesepakatan kami berdua. Bukan hanya keinginan Gavin,” sanggahku cepat. Jangan sampai Yura tahu tentang perjanjian itu.“Kamu yakin Bel?” tanyanya masih berusaha mencari kebohongan di wajahku.“Yakin, aku juga ingin menikmati statusku sebagai mahasiswa tanpa embel-embel status pernikahan,” jawabku penuh dengan keyakinan.Aku memang masih ingin menikmati masa emas ini, ingin punya pacar, ingin jatuh cinta dan bebas melakukan apa saja yang kuinginkan. Andai Gavin tidak membenciku, mungkin keinginan itu akan terwujud dengannya. Tapi sudahlah, aku harus fokus pada duniaku sendiri ada atau tanpa adanya Gavin di dalamnya.“Kamu yakin?” tanya Yura lagi dengan senyuman mi

    Last Updated : 2022-04-20
  • ISTRI RAHASIA   Pertemuan

    “Sebelumnya Mama sama Papa minta maaf, Bel. Kami berdua terpaksa melakukan hal ini padamu.”Mama tiba-tiba terlihat serius. Padahal sebelumnya kami sedang menonton film sambil bercanda santai. Namun tiba-tiba Mama merubah suasana menjadi menegangkan.“Kamu harus segera menikah dengan cucu keluarga Wardhana, Bel," seketika mataku terbelalak, setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Semoga aku salah dengar. Aku belum ingin menikah!“Maafkan Mama dan Papa, ya. Kami terpaksa menerima perjodohan ini, semua demi masa depanmu, Sayang.”Apa? Masa depan? Yang ada masa depanku akan hancur karena perjodohan ini.Umurku baru 19 tahun, dan baru saja satu lulus SMA satu bulan yang lalu. Dan sekarang mereka akan menikahkanku dengan orang yang tidak kutahu sama sekali.Aku ini Bella, gadis yang belum pernah merasakan romansa. Gadis biasa yang tidak berani pacaran karena dilarang orang tua. Kukira setel

    Last Updated : 2022-01-25
  • ISTRI RAHASIA   Taman Depan Rumah

    “Nak Bella, sini-sini,” ajak seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih tua dari Mama. Dia adalah ibu Gavin, ibu Mertuaku. Tadi Mama memperkenalkanku dengan belau sebelum pernikahan berlangsung.“Gavin, gandeng Bella dan ajak berkenalan dengan keluarga kita,” Nyonya Farah Wardhana menyuruh anak bungsunya itu untuk membawaku berkeliling menemui satu persatu sanak saudaranya.“Bella ikut sama Gavin, ya.” Aku mengangguk, mengikuti Gavin yang sudah berjalan mendahuluiku.Semenjak pertemuan kita tadi, sampai acara pernikahan ini hampir selesai, belum ada percakapan diantara kami. Sama sekali belum ada. Bahkan kalau diingat lagi, kami belum berkenalan. Dia hanya diam, sorot matanya pun terlihat dingin. Tapi tak bisa dipungkiri, hal itu malah membuat aura tampannya semakin meningkat. Dasar Bella aneh.Gavin mengajakku, ah bukan. Lebih tepatnya aku mengikuti Gavin, menyapa semua keluarganya. Bahkan disaat kami menyapa keluarganya pu

    Last Updated : 2022-01-25

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA   Genggaman Gavin

    “Sebentar, jadi yang ingin menyembunyikan hubungan ini intinya hanya Gavin saja?” mata Yura langsung melotot menatap Gavin dengan tajam sampai yang ditatap bergidik ngeri dibuatnya.“Bukan, bukan seperti itu. Ini semua atas kesepakatan kami berdua. Bukan hanya keinginan Gavin,” sanggahku cepat. Jangan sampai Yura tahu tentang perjanjian itu.“Kamu yakin Bel?” tanyanya masih berusaha mencari kebohongan di wajahku.“Yakin, aku juga ingin menikmati statusku sebagai mahasiswa tanpa embel-embel status pernikahan,” jawabku penuh dengan keyakinan.Aku memang masih ingin menikmati masa emas ini, ingin punya pacar, ingin jatuh cinta dan bebas melakukan apa saja yang kuinginkan. Andai Gavin tidak membenciku, mungkin keinginan itu akan terwujud dengannya. Tapi sudahlah, aku harus fokus pada duniaku sendiri ada atau tanpa adanya Gavin di dalamnya.“Kamu yakin?” tanya Yura lagi dengan senyuman mi

  • ISTRI RAHASIA   Pahlawan Tak Terduga

    “Jangan mimpi lepas dariku,” bibirnya kini sudah hampir meraih bibir ranumku. Ciuman pertamaku! Aku tidak rela orang sepertinya merebut ciuman pertamaku. Tanpa pikir panjang kutendang harta berharga miliknya dengan sekuat tenaga.“Auh! Sialan!”Plak!Dia menampar wajahku dengan sangat keras, bahkan sampai tubuh mungilku terjerembab ke lantai.Bugh! Bugh!Perlahan kuangkat kepalaku setelah mendengar pukulan keras yang dilayangkan bertubi-tubi pada pria itu. Gavin, dia memukuli sahabatnya sendiri.“Rendy, ingat ini baik-baik! Jangan pernah sekali lagi merendahkan wanita ini baik dihadapan maupun dibelakangku. Kalau sampai aku tahu kamu merendahkannya lagi, jangan salahkan aku akan terjadi hal buruk pada dirimu. Pastinya lebih buruk dari ini,” ujar Gavin pada sahabatnya yang sudah terkulai lengkap dengan cairan berwarna merah yang mengalir dari hidung dan pojok bibirnya.“Memangnya kenapa kalau aku meren

  • ISTRI RAHASIA   Ruang Karaoke

    “Sampai,” Yura memarkirkan mobil Brio warna merah miliknya tepat di depan tempat karaoke yang sering dijadikan tempat berkumpul anak kampus sini.“Kok tempat karaoke sih, katanya mau makan?”Aku jadi bingung dengan tingkah Yura yang menurutku mencurigakan. Dia tidak menjawab pertanyaanku tapi malah mengalihkan pembicaraan, seperti ada yang sedang ia sembunyikan.“Ayok buruan kita turun.”“Yura! Aku tanya kok kita bukan ke rumah makan atau cafe tapi malah ke tempat karaoke? Katanya tadi kamu ngajak aku makan?” kuulang lagi pertanyaanku dengan nada sedikit kesal.“Di dalam kan ada menu makanan juga, Bel. Tenang saja, pokoknya aku berani jamin perutmu akan kenyang sepulang dari sini.”“Tapi untuk apa kita kesini? Memangnya kamu pengen karaokean? Tumben banget,” setauku Yura tidak terlalu suka karaokean, dia bilang tidak percaya diri dengan suaranya yang cempreng. Suaraku pun tak jauh beda dengan suara Yura sebenarnya, dan memang kami berdua bukan tipe oran

  • ISTRI RAHASIA   Siapa Pria Ini?

    “Gavin!”“Gavin!” suasana kembali riuh, bahkan masih ada banyak gadis yang berdatangan menambah sesak kerumunan. Diantara banyaknya gadis disana, ada satu orang yang sangat menarik perhatianku.“Tunggu, itu kan Yura.” kutemukan sosok Yura diantara puluhan gadis yang tengah berkerumun disekitar Gavin.“Yura!” dia tak bergeming. Mungkin dia tak mendengar, suaraku kalah dengan teriakan penggemar Gavin.“Yura!” karena Yura tak kunjung mendengar, kuputuskan untuk menghampirinya.“Dasar si Yura, dihampiri malah kedepan,” rutukku kesal pada sahabatku itu. Dia malah meju kedepan mendekati Gavin.Yura memang belum tau kalau aku sudah menikah dengan pria itu, mengingat isi perjanjian kita yang tidak memperbolehkan status pernikahan ini bocor walaupun di tangan sahabat sendiri. Maaf Yura, aku berbohong padamu.“Wah, gila! Dia boleh juga Vin,” sa

  • ISTRI RAHASIA   Hari Pertama

    Astaga, mulutnya harus ikut disekolahkan. Masak iya, dia akan memperkenalkanku sebagai pembantu. Biar bagaimanapun aku ini istrinya, masak nanti dia tega memperkenalkanku pada wanitanya sebagai seorang pembantu. Lagian mana ada sih pembantu yang secantik aku. Tapi sebenarnya banyak sih pembantu yang lebih cantik dari aku.“Apa tidak ada opsi lain? Gila kamu ya? Masak iya kamu kenalin aku sebagai pembantumu?” protesku tak terima dengan usulannya.“Tenang saja, soal alasan itu banyak. Kamu tidak usah khawatirkan itu. Yang terpenting kamu jalani saja tugasmu, untuk yang lain biar aku yang urus.”“Bella, ayok buruan! Nanti kalau telat kita bisa kena hukum,” Yura berteriak sembari melambai-lambaikan tangan.“Iya, sebentar,” dengan tergopoh-gopoh aku berlari menghampirinya yang sudah menungguku di depan pintu gerbang kampus.“Ayok buruan masuk, tuh lihat sudah sepi. Kita pasti telat!” tanganku

  • ISTRI RAHASIA   Perjanjian Aneh

    Kupikir hal seperti ini hanya terjadi dalam drama atau novel-novel romance saja. Dimana pasangan tersebut membuat kontrak kalau dia bisa bebas berhubungan dengan wanita mana saja sesuka hatinya. Tapi ternyata kisah itu sekarang berlaku padaku juga. kalau soal berhubungan dengan wanita manapun diluar rumah ini mungkin aku masih bisa sedikit memakluminya. Tapi kalau dia mau bebas melakukan apapun disini, lalu bagaimana denganku. Ini bukan tentang kecemburuan, hanya saja aku yang masih nol pengalaman soal percintaan membayangkan hal-hal yang terjadi saat pria dan wanita berkencan di rumah pasangan membuatku merasa risih sendiri. Ini nyata soalnya, kalau cuma film atau drama aku tidak akan punya masalah.Isi perjanjian yang ditulis Gavin sebenarnya hanya ada empat poin. Pertama, dia ingin pernikahan ini disembunyikan dari publik, baik kampus, sosial media maupun teman terdekat sekalipun. Kedua, dilarang mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Ketiga, selama kita menik

  • ISTRI RAHASIA   Malam Pertama

    “Hah, akhirnya kita sampai di rumah barumu, Sayang.”Aku yang sedari tadi bersandar di bahu Mama akhirnya bangkit, ikut melihat rumah yang bisa dibilang lumayan mewah untuk orang biasa sepertiku. Ya, rumah ini yang akan menjadi tempat tinggal baruku dengan manusia menyebalkan itu.“Gimana Bel, bagus kan?” dengan mata berbinar Mama bertanya kepadaku.“Iya, bagus kok Ma."“Kamu tahu, rumah ini yang milihin kakeknya Gavin. Kakeknya Gavin bahkan menanyakan dekorasi yang kamu sukai, mulai dari warna dan barang-barang favoritmu. Pak Wira berharap dengan begitu kamu akan betah tinggal disini. Baik banget memang beliau itu,” Mama sepertinya sangat menghormati Pak Wira, kakek Gavin yang belum pernah kutemui. Beliau saat ini sedang dinas diluar negeri, jadi beliau tidak bisa menghadiri pernikahan kami tadi.Setelah turun dari mobil, aku langsung masuk kedalam rumah dengan menarik koper merah yang berisi sebagian kecil pa

  • ISTRI RAHASIA   Taman Depan Rumah

    “Nak Bella, sini-sini,” ajak seorang wanita paruh baya yang terlihat lebih tua dari Mama. Dia adalah ibu Gavin, ibu Mertuaku. Tadi Mama memperkenalkanku dengan belau sebelum pernikahan berlangsung.“Gavin, gandeng Bella dan ajak berkenalan dengan keluarga kita,” Nyonya Farah Wardhana menyuruh anak bungsunya itu untuk membawaku berkeliling menemui satu persatu sanak saudaranya.“Bella ikut sama Gavin, ya.” Aku mengangguk, mengikuti Gavin yang sudah berjalan mendahuluiku.Semenjak pertemuan kita tadi, sampai acara pernikahan ini hampir selesai, belum ada percakapan diantara kami. Sama sekali belum ada. Bahkan kalau diingat lagi, kami belum berkenalan. Dia hanya diam, sorot matanya pun terlihat dingin. Tapi tak bisa dipungkiri, hal itu malah membuat aura tampannya semakin meningkat. Dasar Bella aneh.Gavin mengajakku, ah bukan. Lebih tepatnya aku mengikuti Gavin, menyapa semua keluarganya. Bahkan disaat kami menyapa keluarganya pu

  • ISTRI RAHASIA   Pertemuan

    “Sebelumnya Mama sama Papa minta maaf, Bel. Kami berdua terpaksa melakukan hal ini padamu.”Mama tiba-tiba terlihat serius. Padahal sebelumnya kami sedang menonton film sambil bercanda santai. Namun tiba-tiba Mama merubah suasana menjadi menegangkan.“Kamu harus segera menikah dengan cucu keluarga Wardhana, Bel," seketika mataku terbelalak, setengah tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Semoga aku salah dengar. Aku belum ingin menikah!“Maafkan Mama dan Papa, ya. Kami terpaksa menerima perjodohan ini, semua demi masa depanmu, Sayang.”Apa? Masa depan? Yang ada masa depanku akan hancur karena perjodohan ini.Umurku baru 19 tahun, dan baru saja satu lulus SMA satu bulan yang lalu. Dan sekarang mereka akan menikahkanku dengan orang yang tidak kutahu sama sekali.Aku ini Bella, gadis yang belum pernah merasakan romansa. Gadis biasa yang tidak berani pacaran karena dilarang orang tua. Kukira setel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status